Home / Rumah Tangga / Suamiku Terjerat Rayuan Janda / Bab 5. Wanita Cantik itu...

Share

Bab 5. Wanita Cantik itu...

Author: Kanina
last update Last Updated: 2023-01-30 08:32:15

"Sudah selesai?" tanya Mas Raka saat aku baru kembali dari toilet.

Pria itu menyambutku, memintaku duduk di sampingnya. Sementara di sisi lain, Shakila duduk berhadapan dengan kami..

Wanita yang memiliki tubuh proporsional itu benar-benar sangat memukau. Gestur tubuh dan tutur kata nya membuat orang lain kagum dengan wanita yang bernama Shakila itu.

“Emm, ngomong-ngomong, kamu tinggal di mana, Ki?”

Aku melihat wanita itu tersentak. Pertanyaan ku seolah membuyarkan lamunannya. Ada yang salah kah?

Aku berusaha berpikiran positif. Sedari tadi aku melihat wanita itu memang tampak fokus dengan makanannya. Mungkin saja itu yang menyebabkan ia terkejut.

“E-eh, gimana Zi?” ulang wanita itu.

“Kamu tinggal di mana?” aku mengulang pertanyaan ku lagi.

“Aku tinggal di Jalan Cempaka. Gak terlalu jauh dari sini. Dan memang aku biasa makan di sini. Walau gak sering, sih. Kalau sering, ya rugi aku,” jawabnya diiringi tawa canggung.

Dilihat dari wajahnya, perempuan itu tampak polos. Dia lebih suka diam. Tak seperti wanita lain yang suka mencari perhatian orang lain. Lebih tepatnya, suami orang lain.

Apa aku yang terlalu berburuk sangka dengannya?

Aku tak yakin perempuan di hadapan kami ini adalah seorang wanita yang seperti itu.

Aku berusaha mengenyahkan segala pikiran buruk tentang wanita itu. Mungkin aku memang salah. Terlalu posesif mungkin? Sehingga selalu curiga jika ada wanita yang akrab dengan suamiku. Meski sedikit.

Makanan yang tadinya terhidang penuh di hadapan kami, kini hanya ada piring dan sendok garpu yang tertinggal.

Kami berbincang banyak hal. Dia cukup asyik untuk diajak ngobrol. Kami membicarakan hal-hal yang umum. Kami tak sedekat itu untuk membicarakan hal yang merupakan ranah pribadi kami.

Bukan hanya aku yang asyik mengobrol dengannya sebagai sesama wanita. Mas Raka juga tampak “nyambung” dengan obrolan kami.

Tanpa terasa, kami sudah menghabiskan waktu hampir dua jam di rumah makan ini.

“Aku pamit dulu, ya? Anakku sudah mengantuk,” ucapku.

“Kali ini aku yang traktir. Kamu gak perlu khawatir.” Perkataan ku membuat ia urung melangkah ke arah kasir.

“Wah, aku jadi gak enak, nih. Padahal aku yang mau nraktir. Eh malah ditraktir. Anyway, terima kasih, ya?”

Kami berpelukan layaknya seorang sahabat yang hendak berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.

Aku dan Mas Raka sedang dalam perjalanan ke rumah. Beberapa kali ponselnya berdering. Namun, selalu ia abaikan.

“Bukan hal penting,” ucapnya saat ia mendapati aku melirik ke arah ponselnya.

Sebuah panggilan dari penelepon tanpa nama. Hanya tertera tanda titik yang suamiku bubuhkan sebagai namanya.

Aku bisa menebak kalau itu adalah wanita yang dekat dengan suamiku sebelumnya.

Apa mungkin ia tahu kalau aku dan Mas Raka baru saja makan bersama di luar? Apa Mas Raka selalu memberi kabar ke mana pun ia pergi kepada wanita itu?

Sebenarnya, istrinya itu aku atau dia?

***

Sesampainya di rumah, aku gegas turun dari mobil. Ku gendong gadis kecilku itu dan bergegas berjalan ke kamar putriku.

Aku mengunci pintu kamar Delisha. Lalu aku meletakkan tubuh mungil putriku di atas ranjangnya dengan perlahan, berharap gadis kecilku itu tak terganggu dengan goncangan ringan yang ia terima saat aku memindahkannya.

Setelah memastikan putriku tidur dengan nyaman, Aku merebahkan diriku di atas sofa kecil yang ada di dalam ruangan itu. Aku sengaja berlama-lama di kamar Delisha. Pikiranku masih kacau. Terlebih melihat suamiku yang masih berhubungan dengan wanita itu.

Ku buka ponselku yang sedari tadi ada di tas selempang kecilku. Aku menggeser layar benda pipih itu ke atas dan ke bawah. Mencoba mengurai pikiran buruk yang masih jelas bersemayam di dalam sana.

Hingga gerakan jariku terhenti. Aku melihat sebuah profil seorang wanita di media sosialku. Dan aku merasa pernah melihat foto yang sama.

Aku mengingat-ingat kembali di mana aku melihat wajah wanita dalam foto itu. Aku mencoba membuka profilnya. Informasi yang tertera di sana menunjukkan bahwa ia adalah seorang Aparat Sipil Negara (ASN) yang berprofesi di bidang kesehatan. Midwidfe atau bidan adalah pekerjaan wanita itu.

Aku geser kembali layar ponselku. Hingga sesuatu yang tertera di sana membuatku nyaris menjatuhkan ponselku.

Mutual friend: Raka Prayoga.

Postingan akun itu dikunci. Namun, aku tak kehabisan akal. Ku buka akun sosial media suamiku. Berharap password akunnya masih sama, kumasukkan kombinasi sandi dan angka yang sering suamiku gunakan.

Berhasil!

Dan seperti dugaan ku, sesuatu yang tak wajar tersembunyi di dalamnya. Ku buka kolom perpesanan dalam akun media sosial itu. Benar saja, wanita itu adalah wanita yang sama. Wanita yang sering kali bertukar pesan dengan suamiku.

Masih tak bisa ditebak siapa wanita itu. Nama yang ia gunakan bukanlah nama asli. Dan juga foto yang ada di dalam sana hanya foto profilnya saja yang bisa ku lihat. Album foto lainnya terkunci. Aku harus mendapatkan informasi penuh mengenai wanita ini.

Aku membuat akun baru dengan nama samaran. Aku memasang foto profil seorang artis cantik yang hanya sedikit orang tahu tentang foto itu. Akun cadangan ku itu aku beri nama Kirana.

Untuk menghindari kecurigaan wanita itu, sebelum menambah pertemanan dengan akun wanita itu, aku menambahkan akun beberapa orang yang sama dengan miliknya. Salah satu strategi agar wanita itu tak mencurigai ku.

Tak mungkin bagiku terus menerus membuka akun suamiku. Dia pasti akan curiga kalau aku melanggar sesuatu yang selalu ia sebut sebagai privasinya.

“Tak lama lagi, pasti aku akan menemukanmu!” gumam ku.

Aku meletakkan ponselku di atas meja kecil tak jauh dari sofa itu. Badanku terasa pegal-pegal. Aku juga merasakan kantuk luar biasa. Hingga akhirnya tanpa sengaja aku terlelap di kamar itu.

***

Aku mendengar pintu diketuk dari luar.

“Zi, kamu masih ada di dalam? Kalian gak kenapa-kenapa, kan?” suara pria itu terdengar dari balik pintu ruangan itu.

“Zi, buka pintunya. Mas mau bicara. Atau tolong keluarlah sebentar,” pinta Mas Raka.

Ya, aku sengaja tak mencabut kunci pintu ruangan ini. Aku tahu kalau Mas Raka pasti akan menyusul ke kamar ini dan membuka pintu kamar Delisha tanpa izin karena dia juga memiliki kunci cadangannya.

“Tunggu sebentar,” jawabku setengah berteriak.

Meskipun enggan, aku membuka pintu ruangan itu, menemuinya.

“Ada apa, Mas?” tanyaku berusaha setenang mungkin.

Aku bisa menebak apa yang hendak ia tanyakan. Dia pasti menerima notifikasi bahwa ada perangkat baru yang mencoba masuk ke akun media sosialnya.

“Mas pengen kamu menjawab jujur. Apa kamu yang mencoba masuk ke akun media sosialku?” tanyanya sedikit marah.

Benar, bukan?

“Kamu menuduhku, Mas? Kenapa kamu pikir itu aku?”

“Ya karena kamu tahu password akun ku,” ucapnya sedikit meninggi.

“Bukankah dia juga tahu password akun kamu?” aku menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain yang cukup membuatnya gelagapan.

“Dia gak tau karena gak pernah Mas beritahu,” jawabnya tanpa sadar.

“Oh.”

Hanya dengan satu kata itu, membuat dia geram pada dirinya sendiri. Tanpa ia sadari, ia telah membuka sebuah rahasia lain lagi yang sebelumnya ia tutupi.

Aku tersenyum penuh arti.

“Bu-bukan seperti itu. Tolong kamu dengarkan dulu penjelasan Mas.”

“Apa lagi yang mau dijelaskan?” tantangku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 43. Seseorang yang Tak Terduga

    Seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di salah satu kursi ruangan itu menoleh ke arahku. Tanpa sadar kedua mataku membola, sementara tanganku refleks menutup mulutku yang sedikit menganga. Sama sekali tak pernah kusangka kalau wanita di hadapanku kini ternyata ibu dari seorang Rafa. Padahal aku sudah lama mengenal Rafa, baru kali ini bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya. "Apa masih perlu perkenalan lagi?" tanya Rafa seraya tersenyum. Aku menoleh ke arahnya, masih sedikit tak percaya dengan situasi yang ada. Ini benar-benar sesuatu yang sama sekali tak pernah aku duga sebelumnya. "Silakan duduk," ucap Bu Laili yang entah kapan sudah berdiri dan kini ada di sampingku, mengusap lenganku seolah berusaha menenangkan aku dari rasa keterkejutan ini. Aku pun menurut dan mengucap terima kasih. Kami bertiga duduk berhadapan. Rasa canggung masih begitu jelas kurasa. Membuatku sesekali melakukan kecerobohan tanpa sengaja. Berulang kali ku ucap maaf. Dan berulang kali ku dapatk

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 42. Bertemu Mamanya Rafa

    "Aku mau kamu untuk tidak menyerah tentangku," ucapnya sendu. Pemuda itu masih menatapku sementara aku tak berani membalasnya. Bagiku, permintaan itu cukup berat. Aku tidak yakin akan sanggup memikulnya. "Hanya itu?" tanyaku singkat. Dia mengangguk penuh semangat. Ada binar di kedua matanya yang membuatku tak tega. Namun, sepertinya untuk kali ini aku harus tegas pada pemuda yang kini masih ada di hadapanku. "Mama ...." Suara gadis kecilku menginterupsi pembicaraan kami. Dia masih mengucek kedua matanya yang belum sepenuhnya terbuka. Wajahnya masih kusut khas bangun tidur. Hanya saja itu tetap menggemaskan. "Om Dika," sapa Delisha meraih tangan Dika dan mencium punggung tangan pria itu dengan hormat. Kini bisa kulihat bagaimana Delisha cukup berjarak dengan Dika. Tak seperti saat dengan Rafa. Biasanya gadis kecilku akan merentangkan kedua tangan minta diraih dan digendong oleh Rafa. Begitupun Rafa, dia akan senantiasa menghampiri Delisha, menyejajarkan tingginya dan menghi

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 41. Karena Kamu Mengenalnya

    "Karena kamu mengenalnya," sahut Rafa membuatku tertegun sejenak. Kedua mataku menyipit, sementara isi kepalaku masih terus berpikir berusaha menggali memori siapa saja paruh baya yang mungkin saja aku kenal. Namun, tak ada sedikit pun petunjuk akan kalimat Rafa. "Mana mungkin. Kita berteman lama tapi kamu tak pernah mengenalkan orangtuamu padaku," ucapku terkekeh. "Ah, memang salahku tak mengenalkan mereka padamu sejak dulu. Kalau tau begini, bisa jadi kamu menikahnya denganku. Bukan dengan dia," canda Rafa. Aku tersenyum miring tapi membenarkan perkataannya. Mungkin saja seperti itu, bukan? "Aku akan mengabari mu lagi, kapan kita akan bertemu mamaku," ucap Rafa dan ku jawab dengan anggukan. Barangkali bertemu dengan mamanya Rafa bisa membuatku tak lagi trauma dengan mertua, bukan? Aku harap mamanya Rafa sebaik Rafa kepadaku. Dan semoga itu bukan hanya harapan kosong saja. *** Rafa sudah pulang beberapa jam yang lalu. Di rumah, aku kembali berdua dengan putri kecilku yang sed

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 40. Mama Pasti Menyukaimu

    "Siapa yang akan menikah?" Aku menoleh ke arah datangnya suara. Seorang pria lantas berjalan mendekati kami dengan tatapan serius. Kedua matanya nyaris tak berkedip saat menatap tajam ke arahku dan Rafa. "Om Dika," sapa Delisha dengan senyum manisnya. Ah, gadis kecilku sangat pandai mencairkan suasana. Yah, meski itu tak bertahan lama. Pasalnya, Delisha mengajukan pertanyaan polosnya kepada Dika. "Om, kalau Om Rafa menikah dengan mama, berarti Om Rafa jadi papa baru aku, 'kan?" tanyanya membuatku menahan napas. Berbeda denganku, Rafa justru terlihat santai melihat interaksi Delisha dan Dika. Dia bahkan tersenyum penuh kemenangan atas suatu kompetisi yang tak pernah dimulai. "Kau curang," desis Dika. Aku masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dia ucapkan pada Rafa. Dan aku hanya memutar kedua mataku malas. Kalau sudah begini, rasanya ingin aku seret mereka ke kandang macan. Biar mereka berkompetisi dengan macan saja! "Kalau berantem lagi, silakan pergi!" ucapku pada akhirny

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 39. Papa Rafa?

    "A-aku ...." "Aku masih menunggu jawabanmu mengiyakan pertanyaanku, Zi," ucap Rafa tanpa berkedip menatapku. Aku yakin dia tahu kalau aku jadi salah tingkah saat ini. Hanya saja, aku masih bingung, tak yakin dengan diriku sendiri. Pasalnya, setelah pernikahanku yang gagal, rasanya aku tak layak untuk kembali merasakan sesuatu yang namanya cinta. Meski aku tahu Rafa benar-benar serius dan yakin kalau aku layak untuknya. Tapi, tetap saja aku merasa tak layak untuk siapa-siapa. "Beri aku waktu-" "Sampai kapan?" sela Rafa membuatku tercekat. "Aku sudah memberimu banyak waktu, Zi. Tapi, untuk kali ini, maaf ... Aku harus mendesak mu, atau mungkin memaksamu menerimaku. Aku tau kamu masih takut dan mungkin trauma. Akan tetapi, tak ada salahnya untuk mencoba, bukan?" papar Rafa tanpa ragu. "Tidak bisakah kamu jujur pada dirimu sendiri?" Kalimat terakhir Rafa membuatku sedikit terusik. Sejujurnya memang ada sesuatu yang diam-diam mengusik pikiranku. Salah satunya adalah kedekatan

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 38. Perasaanku?

    "ngga mau ngobrol sama dia?" tawar Dika, "untuk yang terakhir kali ... Eh, untuk pertama kalinya sebagai mantan, mungkin?"Aku bergeming menatap Mas Raka yang kemudian berbalik meninggalkan pengadilan. Ku lihat langkahnya terseret meninggalkan gedung megah yang menjadi saksi perpisahan kami berdua. Jujur hatiku masih terasa sedikit berat. Namun, logikaku berjalan begitu cepat seolah mengatakan kalau dia layak mendapatkannya. Bukankah dia akan mendapatkan keluarga baru dari hubungan dengan selingkuhannya itu?Seharusnya aku kasihan pada diriku sendiri. Bukan mengasihani pria itu. Terkadang masih ada ragu, sanggupkah aku melewati hari setelah ini? Meski dalam beberapa waktu lalu bisa melewati hari dengan baik, bagaimana dengan Delisha nanti?"Zi?" Lambaian tangan di depan wajahku diiringi suara pria yang memanggil membuyarkan lamunanku."Ayo kita pulang saja," ajak ku."Nggak jadi makan siang bareng?" tawar Dika. Dia menoleh ke arah Rafa dan Dika yang menunggu kami tak jauh dari mobil.

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 37. Status Baru

    "itu tidak seperti yang kamu tuduhkan, Zi. Aku—" pria di hadapanku seolah kehabisan kata. Dia tak berani menattap ke arahku saking gugupnya. Wajahnya pun terlihat lebih pucat dibanding sebelumnya.Begitu pula dengan wanita yang masih berdiri dengan anaknya tak jauh dari tempat kami. Dia terlihat gugup dan pucat sembari mengedarkan pandangan ke sekitar. Kulihat dia menarik ujung lengan baju Mas Raka, memohon untuk pergi dari sana karena malu.Aku tak peduli meski jadi bahan tontonan sekali lagi. Karena itu adalah kenyataannya, mereka yang melakukan pengkhianatan."Aku tak percaya kalau kamu tidak pernah tidur dengan suamiku," ucapku mengarah pada Cindy."Jaga bicara kamu!" Tangan Mas Raka terayun dan hampir mengenai pipiku. Namun, sebuah tangan dengan sigap menghalau tangan pria itu."Kalian lagi!" ucap Mas Raka dengan nada mengejek.Kulihat dia sudah tak peduli dengan Dika dan tampak tak sopan, tidak seperti saat pesta waktu itu. Mas Raka terlihat tidak takut dengan keberadaan Dika di

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 36. Janda Anak Satu

    "Hanya apa?" desak Rafa dan Dika nyaris bersamaan."Mama! Om Rafa dan Om Dika kompak ya? Seperti kartun kembar, ngomongnya barengan," ucap Delisha yang tiba-tiba menyela.Aku pun tersenyum mendengar celotehnya. Benar, Rafa dan Dika akhir-akhir ini sepertinya selalu kompak. Apa karena mereka sering bertemu akhir-akhir ini ya?"Katakan, Zi. Apa kamu masih menyimpan rasa pada mantanmu sehingga kamu tak bisa menerima orang baru di hidupmu saat ini?" desak Dika.Pria itu terlihat tidak sabar. Mungkin karena dia terbiasa menjadi seorang atasan, sehingga dia sedikit lupa kalau saat ini kami bukan di lingkungan kerja. Apalagi aku bukanlah karyawan Dika.Aku menghela napas berat. Mengakui sebuah perasaan bagi seorang perempuan itu amatlah susah. Apalagi perempuan itu diciptakan sebagai makhluk gengsian. Dan aku tak menampik akan hal itu. Aku menatap Dika dan Rafa bergantian. Jelas sekali mereka menunggu jawaban yang akan aku berikan."Jujur, perasaan cinta yang pernah ada di antara kami rasany

  • Suamiku Terjerat Rayuan Janda    Bab 35. Apa Kamu Masih Mencintainya?

    "Mama!" Delisha langsung turun dari kursi yang ia duduki lalu berlari menghambur ke arah ku. Kusambut gadis kecilku dengan penuh senyum. Sehari tak bertemu dengannya membuatku sangat rindu. Kupeluk tubuh mungil Delisha dengan sangat erat, rasanya tak ingin lagi kulepas. Setelah pengkhianatan Mas Raka, hanya Delisha lah satu-satunya orang yang sangat berharga untukku. "I-ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Zi," ucap Raka menginterupsi. Pria itu gelagapan dan terlihat canggung saat melihatku di sana. Apalagi Cindy! Ke mana sikap arogan yang sering dia tunjukkan saat bertemu denganku? Apa dia mulai merasa bersalah? Oh, sepertinya tidak. Wanita itu sepertinya tak tahu malu untuk mengakui kesalahannya yang berkencan dengan suami orang. Ya, bagaimanapun secara dokumen negara Mas Raka masih suamiku karena akta cerai kami masih sedang dalam proses. Namun, ada rasa syukur karena itu akan menjadi bukti kongkrit bahwa ada wanita lain dalam pernikahanku dengan Mas Raka. Hanya saja, aku teta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status