공유

Sosok misterius.

작가: Simplyree
last update 최신 업데이트: 2025-07-06 09:00:32

"Hah? Maksudnya?" tanya Arga tak paham.

Pria itu menatap lebih dekat, matanya menyipit seolah meyakinkan dirinya sendiri. “Iya, Mas. Saya lihat mas persis banget kayak orang yang saya kenal dulu. Namanya Reksa. Teman lama saya, udah lama banget nggak ketemu," jelasnya.

Arga tertawa kecil. “Wah, maaf mas, saya bukan Reksa. Nama saya Arga. Mungkin cuma mirip aja,” ucapnya.

Pria itu masih menatapnya dengan ragu. “Yakin bukan Reksa? Soalnya mas bener-bener mirip sama temen saya, apalagi senyumnya,” ucap pria asing lagi.

Arga tersenyum lagi, kali ini lebih dipaksakan. “Nggak, saya yakin kok. Saya bahkan ngga kenal sama orang yang namanya Reksa, mungkin Mas salah orang," ujar Arga dengan tegas.

Namun pria itu tampaknya belum puas dengan jawaban Arga. Ia merogoh saku jaketnya, lalu mengeluarkan ponselnya. “Bentar, saya ada fotonya pas kuliah dulu,” ujarnya lalu membuka galeri dan menunjukkan satu foto.

“Ini nih. Lihat, mirip kan?” tanya pria tersebut sambil mengarahkan layar ponselnya ke hadapan Arga dan Vita.

Vita mencondongkan tubuh untuk melihat lebih jelas. Di foto itu, tampak seorang laki-laki muda berambut sebahu, mengenakan jaket kampus dan tertawa lepas di antara sekelompok mahasiswa lainnya.

Sekilas, wajahnya memang sangat mirip dengan Arga, garis rahang, bentuk mata, bahkan senyumnya hampir identik.

Tapi ada satu perbedaan mencolok,

sosok di foto itu bertubuh jauh lebih kurus, tampak ceking dan kecil dibanding Arga yang sekarang. Arga memiliki postur tubuh tinggi dan kekar, bahunya lebar dan tubuhnya tampak atletis karena kebiasaannya berolahraga.

Vita melirik ke arah Arga, mencoba membaca reaksinya. Namun Arga tetap terlihat tenang.

“Wah, iya mirip sih. Tapi tetap bukan saya, aya nggak pernah kuliah di kampus itu mas,” ucap Arga lalu menatap pria itu sambil tersenyum kecil.

Akhirnya pria asing itu mengangguk, walaupun ekspresinya belum sepenuhnya yakin. “Oh, yaudah deh, maaf ya saya udah ganggu waktu kalian,” ujar pria asing meminta maaf.

“Nggak apa-apa mas,” jawab Arga terlihat santai.

Pria itu tersenyum sopan dan melangkah pergi.

Vita masih menatap Arga, kini dengan tatapan yang penuh tanda tanya, dan curiga.

“Kenapa?” tanya Arga menyadari tatapan Vita yang tak lepas dari wajahnya.

“Nggak papa,” jawab Vita. Ia menyandarkan tubuh ke kursi, tapi matanya masih menatap wajah suaminya. “Kamu beneran nggak kenal sama orang tadi?” tanya Vita serius.

Arga menghela napas pelan. “Nggak. Kayaknya dia emang salah orang. Kamu tahu sendiri kan, di dunia ini banyak banget orang yang mirip?" ucap Arga membela diri.

“Iya.” Vita mengangguk pelan lalu tersenyum kecil.

Beberapa saat kemudian, pelayan datang membawa pesanan mereka. Pelayan itu menyusun pesanan dengan rapi, lalu menyalakan pemanggang di tengah meja. “Silakan dinikmati, ya.”

“Terima kasih,” ucap Arga dan Vita bersamaan.

Vita dan Arga mulai menikmati hidangan di hadapan mereka. Di tengah meja, daging samgyeopsal sudah mulai matang, mengeluarkan aroma gurih yang menggoda.

Vita mengambil potongan tteokbokki dan meniupnya perlahan sebelum mencicipinya. Teksturnya kenyal, saus gochujangnya pedas manis. Ia lalu menyendok sedikit bibimbap yang sudah diaduk rapi, mencampur nasi, sayur, telur, dan saus merah yang khas.

Arga sendiri sibuk memanggang daging. Ia memotongnya menjadi bagian kecil, lalu meletakkannya di atas selada bersama irisan bawang putih dan sedikit saus ssamjang. Ia melirik ke arah Vita sambil tersenyum, menawarkan satu gulungan ke mulut istrinya.

“Cobain ini, enak banget,” ucap Arga.

Vita membuka mulutnya sambil tersenyum. “Hmm enak!” ucapnya sambil mengangguk puas.

Namun suasana hangat itu tiba-tiba terhenti ketika ponsel Arga yang tergeletak di meja bergetar dan berbunyi. Layar ponselnya menyala, menunjukkan panggilan masuk. Arga menoleh cepat, ekspresinya berubah dalam sekejap.

Vita yang tadinya sedang mengunyah, melirik ke arah ponsel itu. Tapi Arga dengan cepat meraih ponselnya, dan tanpa memperlihatkan siapa peneleponnya, ia berdiri dari kursinya.

“Maaf ya, aku angkat telepon sebentar,” ucap Arga cepat sambil tersenyum canggung.

Belum sempat Vita bertanya, Arga sudah melangkah menjauh dari meja, mencari tempat yang lebih sepi di luar area makan.

Vita menarik napas pelan. Ia mencoba untuk tidak berpikir macam-macam. Ia tahu betul, Arga bukan tipe orang yang suka diganggu saat berbicara di telepon, terutama jika berkaitan dengan pekerjaan.

Namun tetap saja, dalam hatinya ada bagian kecil yang terus mengusik.

Rasa ingin tahu yang tak kunjung padam.

Siapa yang menelepon suaminya sesering ini?

Dan kenapa setiap kali ada panggilan masuk, Arga tampak seperti sedang menyembunyikan sesuatu?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Secarik kertas

    “Maaf ya, kalau lama,” ucap Arga begitu kembali ke meja. Ia menarik kursinya dan duduk di hadapan Vita, mencoba tersenyum seperti biasa.Vita menoleh sekilas, lalu tersenyum kecil. “Nggak papa,” jawabnya singkat sambil tetap mengunyah makanannya.Tanpa banyak bicara, Arga pun ikut kembali makan. Ia mengambil sepotong daging panggang dan meletakkannya di atas nasi. Setelah makanan mereka habis dan hanya tersisa piring-piring kosong di meja, Arga menghela napas puas sambil menyandarkan punggung ke kursi.“Kenyang banget,” ucap Arga sambil tersenyum.Vita mengangguk pelan sambil tersenyum.Arga berdiri dan mengambil dompet dari saku celananya. “Aku mau bayar dulu, kamu tunggu di sini aja ya,” ucap Arga.Vita mengangguk, ia memandangi suaminya yang berjalan menuju kasir. Arga terlihat berbincang sebentar dengan kasir sambil menyerahkan kartu pembayaran, lalu mengangguk saat transaksi selesai.Tak lama kemudian, ia kembali ke meja. “Udah, yuk pulang," ucapnya.Mereka berjalan beriringan k

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Sosok misterius.

    "Hah? Maksudnya?" tanya Arga tak paham.Pria itu menatap lebih dekat, matanya menyipit seolah meyakinkan dirinya sendiri. “Iya, Mas. Saya lihat mas persis banget kayak orang yang saya kenal dulu. Namanya Reksa. Teman lama saya, udah lama banget nggak ketemu," jelasnya.Arga tertawa kecil. “Wah, maaf mas, saya bukan Reksa. Nama saya Arga. Mungkin cuma mirip aja,” ucapnya.Pria itu masih menatapnya dengan ragu. “Yakin bukan Reksa? Soalnya mas bener-bener mirip sama temen saya, apalagi senyumnya,” ucap pria asing lagi.Arga tersenyum lagi, kali ini lebih dipaksakan. “Nggak, saya yakin kok. Saya bahkan ngga kenal sama orang yang namanya Reksa, mungkin Mas salah orang," ujar Arga dengan tegas.Namun pria itu tampaknya belum puas dengan jawaban Arga. Ia merogoh saku jaketnya, lalu mengeluarkan ponselnya. “Bentar, saya ada fotonya pas kuliah dulu,” ujarnya lalu membuka galeri dan menunjukkan satu foto.“Ini nih. Lihat, mirip kan?” tanya pria tersebut sambil mengarahkan layar ponselnya ke had

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Jalan-jalan

    "Dari mana?""Eh kaget!" seru Vita terkejut begitu membuka pintu. Ia tak menyangka Arga sudah berdiri di sana, menunggunya dengan tangan bersedekap dan alis sedikit terangkat.“Habis dari depan sebentar,” jawab Vita sedikit gugup.Arga tidak langsung menanggapi. Ia hanya menatap wajah istrinya dalam-dalam, sorot matanya sulit ditebak. Pandangan yang terlalu lama itu membuat Vita merasa tidak nyaman.“Kenapa ngeliatinnya kayak gitu sih?” tanya Vita dengan nada kesal.Arga tersenyum kecil, lalu melangkah mendekat dan memeluk istrinya. “Nggak papa, soalnya istri Mas cantik banget,” bisiknya pelan di telinga Vita.“Apasih? pagi-pagi udah gombal,” balas Vita dengan wajah yang sudah bersemu merah.“Mas nggak gombal, kamu emang selalu cantik,” ucap Arga lembut, ia lalu mengecup pelan rambut Vita yang harum, aroma sampo yang membuatnya semakin betah berlama-lama dalam pelukan itu.Sambil tetap memeluk istrinya, Arga bertanya, “Mau jalan-jalan nggak hari ini?”“Jalan-jalan ke mana?” Vita menol

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Pakaian berlumpur

    Vita berjalan menuju sudut rumah tempat keranjang pakaian kotor berada. Dengan cekatan, ia mulai memilah-milah baju kotor yang sudah menumpuk, lalu memisahkan pakaian berwarna putih, gelap, dan yang berbahan lembut.Namun tangannya terhenti saat ia mengambil sepotong celana panjang dan kemeja yang tampak lusuh dan penuh lumpur kering.Vita mengernyit. Tangannya refleks memegang bagian bawah celana yang nyaris mengeras karena tanah yang sudah mengering. Setelah diteliti, ternyata ada bekas cipratan lumpur di bagian lutut dan ujung lengan baju, bahkan terdapat sedikit sobekan kecil di sisi kemeja.Hatinya langsung dipenuhi tanya. Bagaimana pakaian Arga yang dipakainya semalam bisa dipenuhi oleh lumpur? Vita menghela napas pelan, ia lalu duduk di sisi keranjang sambil menatap pakaian itu. Ada rasa tak nyaman merayap pelan di dadanya. Pekerjaan kantor macam apa yang membuat suaminya sampai pulang dengan kondisi sekotor ini? tanya Vita dalam hati.Karena tak ingin dihantui rasa penasara

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Makanan Kesukaan

    Keesokan harinya, Vita terbangun karena suara nyaring yang berasal dari alarm yang ia pasang di ponselnya. Dengan mata masih terpejam, ia berusaha meraih ponsel yang berada di nakas sebelah ranjang menggunakan tangannya.Setelah berhasil mematikan alarm tersebut, ia berniat untuk kembali memejamkan mata, namun rasa kantuk itu seketika menguap saat ia menyadari ada seseorang yang melingkarkan lengan di pinggangnya.Vita menoleh dan mendapati Arga sedang memeluknya dalam keadaan tertidur. Vita tertegun sejenak, ia tak tahu kapan Arga pulang, karena semalam tidurnya sangat nyenyak.Dengan hati-hati, Vita memegang tangan Arga dan melepaskannya perlahan dari pinggangnya, berusaha membuat gerakan sepelan mungkin agar pria itu tidak terbangun.Begitu berhasil melepaskan diri, ia membalikkan tubuhnya dan kini berhadapan langsung dengan suaminya. Jarak wajah mereka kini hanya tinggal beberapa sentimeter.Vita memperhatikan wajah pria itu dengan seksama. Rambut Arga sedikit berantakan, dan ada

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Hari ulang tahun pernikahan.

    "Selamat ulang tahun pernikahan kita yang ke satu," ucap Vita sambil tersenyum lebar.Arga mengangguk, kemudian mendekat untuk mengecup kening Vita. "Terima kasih sudah bertahan dengan aku selama setahun ini," ucapnya lembut.Malam ini adalah tepat satu tahun sejak Vita dan Arga mengikat janji sebagai suami istri. Mereka meniup lilin bersama di atas kue kecil buatan Vita dengan tulisan: Happy 1st Anniversary, Arga & Vita.Tepat setelah lilin padam, suara dering ponsel terdengar. Arga buru-buru merogoh saku celananya dan melihat ke layar ponselnya. Ekspresinya berubah sepersekian detik saat ia melihat siapa yang menelepon. Namun sedetik kemudian, ia kembali tersenyum."Maaf sayang, aku angkat telepon sebentar ya," ucap Arga.Tanpa menunggu jawaban dari Vita, Arga beranjak dari kursinya dan berjalan meninggalkan Vita sendiri di ruang makan. Vita menatap lilin yang baru saja padam. Ia menarik napas pelan dan mencoba tersenyum. Ini bukan pertama kalinya Arga bersikap seperti ini.Setelah

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status