Share

Jalan-jalan

Author: Simplyree
last update Last Updated: 2025-07-05 20:28:44

"Dari mana?"

"Eh kaget!" seru Vita terkejut begitu membuka pintu. Ia tak menyangka Arga sudah berdiri di sana, menunggunya dengan tangan bersedekap dan alis sedikit terangkat.

“Habis dari depan sebentar,” jawab Vita sedikit gugup.

Arga tidak langsung menanggapi. Ia hanya menatap wajah istrinya dalam-dalam, sorot matanya sulit ditebak. Pandangan yang terlalu lama itu membuat Vita merasa tidak nyaman.

“Kenapa ngeliatinnya kayak gitu sih?” tanya Vita dengan nada kesal.

Arga tersenyum kecil, lalu melangkah mendekat dan memeluk istrinya. “Nggak papa, soalnya istri Mas cantik banget,” bisiknya pelan di telinga Vita.

“Apasih? pagi-pagi udah gombal,” balas Vita dengan wajah yang sudah bersemu merah.

“Mas nggak gombal, kamu emang selalu cantik,” ucap Arga lembut, ia lalu mengecup pelan rambut Vita yang harum, aroma sampo yang membuatnya semakin betah berlama-lama dalam pelukan itu.

Sambil tetap memeluk istrinya, Arga bertanya, “Mau jalan-jalan nggak hari ini?”

“Jalan-jalan ke mana?” Vita menoleh sedikit untuk menatap wajah suaminya

“Terserah, kamu mau ke mana? Mumpung hari ini Mas libur,” jawab Arga santai.

“Hmm... kemana ya? Atau… ke restoran Korea yang baru buka minggu kemarin?” usulnya dengan mata berbinar.

Arga tersenyum. “Boleh, mau berangkat sekarang?” tanya Arga sambil menatap Vita yang penuh antusias.

“Iya, aku langsung siap-siap sekarang ya,” jawab Vita sambil tersenyum senang.

“Oke, kalau gitu aku panasin mobil dulu, ya,” ucap Arga sebelum berbalik dan berjalan ke arah garasi.

Sementara itu Vita melangkah masuk ke dalam kamar. Ia membuka lemari pakaian dan mulai memilih baju yang nyaman tapi tetap cocok untuk makan di luar. Setelah beberapa saat memilih, ia memutuskan untuk mengenakan blus putih sederhana dan celana bahan berwarna krem, lalu menata rambutnya dengan cepat. Tak lupa ia memoleskan wajahnya dengan makeup, agar wajahnya tidak terlihat pucat.

Setelah selesai bersiap-siap, Vita keluar dari kamar. Ia melangkah ke ruang tamu dan mendapati Arga sudah siap menunggu. Suaminya tampil santai dengan kaos oblong hitam dan celana jeans berwarna biru tua.

“Udah siap?” tanya Arga sambil menoleh, senyum tipis menghiasi wajahnya begitu melihat istrinya.

“Udah,” jawab Vita sambil tersenyum riang.

“Oke, kita berangkat sekarang ya,” ucap Arga.

Ia kemudian menggandeng tangan Vita, lalu mengajaknya melangkah keluar rumah bersama.

Arga mengunci pintu rumah. Ia memutar kunci perlahan dan mengecek dua kali sebelum memasukkannya ke dalam saku celana. Setelah itu, ia berjalan ke arah mobil dan membukakan pintu untuk Vita.

“Ayo masuk,” ucap Arga sambil tersenyum kecil.

Vita mengangguk dan masuk ke dalam mobil, ia duduk di kursi penumpang. Tak lama kemudian, Arga menyusul masuk ke sisi kemudi dan menyalakan mesin. Mobil pun perlahan melaju keluar dari pekarangan rumah.

Di dalam mobil, suasana terasa hening. Tak ada yang memulai pembicaraan. Hanya suara mesin dan gemerisik jalanan yang menemani perjalanan mereka.

Vita melirik ke arah Arga yang fokus menatap jalan. Ia tahu betul suaminya memang bukan tipe orang yang suka mengobrol saat menyetir. Matanya akan selalu lurus ke depan dan pikirannya terpusat pada jalanan di depannya.

Namun meskipun begitu, wajah Vita tampak cerah. Ia menyandarkan tubuh ke jok, sesekali memandangi pemandangan yang melintas di balik jendela mobil.

Dan enntah bagaimana, secara perlahan ia bisa melupakan kejadian tadi pagi yang sempat mengganggu pikirannya.

Mungkin karena ia tak ingin merusak hari libur mereka. Atau mungkin, ia hanya ingin menikmati waktu bersama suaminya tanpa dibayangi prasangka.

Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya mobil berhenti di depan sebuah restoran Korea yang cukup mencolok di antara deretan ruko. Bangunannya bergaya modern minimalis dengan sentuhan khas Korea,lampion kecil tergantung di sepanjang kanopi, dan di bagian depan terpampang papan nama beraksara Hangul yang elegan, dengan tulisan kecil di bawahnya: "Hansik Story – Korean Authentic Food."

Arga mematikan mesin mobil, lalu menoleh ke Vita. “Sampai.”

Vita mengangguk antusias.

Arga keluar lebih dulu dari mobil, lalu dengan sigap berjalan ke sisi penumpang. Ia membukakan pintu untuk Vita.

Vita menerima uluran tangan Arga untuk keluar dari mobil. Begitu berdiri, mereka berjalan berdampingan menuju pintu restoran.

Restoran itu dipenuhi interior kayu hangat, dengan musik K-pop yang diputar pelan. Beberapa meja sudah terisi pengunjung, dan di setiap meja tersedia kompor kecil untuk memanggang daging sendiri.

Seorang pelayan menyambut mereka dengan ramah, “Annyeonghaseyo! Silakan duduk.”

Setelah memilih tempat duduk di dekat jendela, pelayan segera memberikan menu.

Vita membuka buku menu dan matanya langsung berbinar. “Kita pesen apa, ya?”

“Terserah, kamu suka aja,” jawab Arga santai.

“Yang ini aja,” kata Vita sambil menunjuk tteokbokki dan samgyeopsal ke arah pelayan.

"Baik, mohon ditunggu," ujar sang pelayan dengan sopan.

Pelayan pun mengambil kembali buku menu, dan meninggalkan mereka berdua untuk memproses pesanan.

Vita menyandarkan punggung ke kursi dengan wajah bahagia. Matanya menyapu interior restoran yang estetik, lalu ia mengeluarkan ponselnya dari tas.

“Mas, fotoin kita dong. Sayang banget kalau nggak ada dokumentasinya,” pintanya sambil menggeser duduk mendekat ke sisi Arga.

Arga tersenyum, mengambil ponsel dari tangan Vita. “Oke, senyum yang cantik ya.”

Beberapa jepretan pun diambil. Sesekali Vita mengatur posisi rambutnya, atau menyesuaikan angle wajah. Tak lama kemudian, ia menggeser ke posisi selfie, mengajak Arga foto berdua.

“Nah, gini dong,” kata Vita riang, wajahnya mendekat ke pipi Arga. “Senyum, satu… dua… tiga!”

Klik.

Namun sebelum Vita sempat memeriksa hasilnya, terdengar suara asing dari arah samping mereka.

“Permisi, Mas Reksa, ya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Perpindahan ke markas baru

    Nova menghabiskan hampir satu hari penuh untuk mencari tempat baru yang bisa dijadikan markas. Ia menelusuri ujung kota, melewati jalanan yang semakin sempit dan sunyi, hingga akhirnya menemukan sebuah penginapan tua bernama "Penginapan Ujung Area." Bangunannya berdiri di tepi jalan kecil yang jarang dilalui kendaraan, dan dikelilingi pohon-pohon besar yang menutupi sebagian fasadnya. Dari luar saja terlihat jelas bahwa penginapan itu sudah lama tidak ramai pengunjung, dibuktikan dengan cat dindingnya yang mengelupas.Ketika Nova menyampaikan temuannya pada Arga, rekannya itu langsung menyetujui tanpa banyak bertanya. Karena bagi pria itu tempat sunyi seperti ini justru ideal. Tak ada yang akan menaruh curiga, dan mereka bisa bekerja dengan tenang.Hari ini keduanya disibukkan dengan memindahkan perlengkapan dari markas lama ke tempat baru. Kotak-kotak berisi perangkat komputer, kabel, serta peralatan investigasi lainnya memenuhi bagasi mobil mereka. Di sela-sela kesibukan itu, Nova

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Tuntutan keadaan

    Setelah dua hari berdiam diri di rumah, hari ini Arga memutuskan untuk kembali berangkat ke kantor. Sebenarnya ia ingin berlama-lama menghabiskan waktu bersama Vita, namun ia juga sudah berjanji kepada Nova untuk memberikan jawaban hari ini.Akhirnya sepanjang perjalanan pelipis pria itu tampak menegang pertanda sedang memikirkan hal berat. Sesekali tangannya mengetuk setir, sementara pandangannya kosong menatap ke depan.Setibanya di bangunan yang tampak tua dan usang, Arga langsung memarkirkan mobilnya di tempat rahasia seperti biasa. Lokasi itu nyaris tak pernah diketahui siapa pun selain dirinya dan Nova.Ia menatap sekeliling sejenak, memastikan tak ada yang mengikutinya sebelum akhirnya melangkah menuju pintu.Tangannya mendorong sebuah pintu besi berkarat yang mengeluarkan suara decit panjang. Begitu masuk, Arga menuruni tangga sempit yang dindingnya penuh lumut dan cat yang mulai terkelupas. Namun di ujung tangga, suasananya berubah drastis. Sebuah ruangan bawah tanah yang tam

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Rencana licik

    “Bagaimana Pak? Dia adalah orang yang sudah mengambil tas istri saya!” ujar Arga dengan nada tegas. Matanya tak lepas dari layar laptop yang menampilkan cuplikan rekaman CCTV.Kedua polisi yang duduk di hadapannya memperhatikan video itu dengan seksama. Salah satu dari mereka, seorang pria paruh baya dengan garis tegas di wajahnya mengerutkan kening. Ia memutar rekaman beberapa kali, lalu menghentikannya tepat saat sosok berpakaian serba hitam menatap ke arah kamera.“Gerak-geriknya memang mencurigakan, tapi bagaimana Bapak bisa mendapatkan rekaman CCTV ini?” tanya polisi dengan nada ingin tahu.Arga terdiam sesaat. Ia menatap kedua polisi itu bergantian, lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia tahu ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, bahwa ia telah menembus sistem keamanan kota dan menyadap server CCTV secara ilegal.Dengan nada datar, ia menjawab, “Ngga penting saya dapat dari mana, Pak. Yang jelas bukti itu cukup kuat untuk menunjukkan siapa pelakunya. Tolong tang

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Dugaan sementara

    “Itu karena rekening dia habis diretas sama orang yang nggak dikenal, makanya semua uangnya habis,” jelas Vita. Arga menatapnya sejenak, kemudian mengangguk paham. Pria itu teringat kasus yang kemarin dibawa oleh Nova mengenai kasus peretasan rekening di korea oleh orang Indonesia.Apakah Gilang juga korban dari pelaku yang sama? Tapi seingatnya korban yang melaporkan semuanya adalah perempuan, ataukah ada korban laki-laki yang tak ia ketahui?“Kenapa sih emangnya?” tanya Vita sambil menatap Arga dengan ekspresi menyelidik, sedikit ingin tahu reaksi suaminya."Mas cuma nanya aja,” balas Arga sambil tersenyum tipis.Vita menghela napas pelan, matanya menatap jauh ke luar jendela. “Namanya musibah nggak ada yang tahu,” ucapnya lirih, seolah sedang merenungkan nasib temannya.Tiba-tiba Arga mencondongkan tubuhnya dan menarik hidung Vita dengan cepat. Sontak hal itu membuat Vita menjerit kaget.“Iih sakit! Mas Arga kenapa sih?!” seru Vita kesal.Arga terkekeh pelan, menatap reaksi istrin

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Perasaan curiga

    “Tadi pagi aku lagi jalan-jalan di taman, dan nggak sengaja nemuin tas kamu di bawah pohon,” ucap Gilang.“Tapi kok kamu bisa tahu kalau itu tas aku?” tanya Vita dengan mata menyipit.Gilang tampak salah tingkah. Ia menggaruk tengkuknya beberapa kali. Tanpa disadari Arga diam-diam mengamati gerakan kecil pria itu dari samping.“Waktu aku buka tasnya ada KTP atas nama kamu, makanya aku bisa tahu," jawab Gilang.Kini Vita paham, dan ia mengangguk pelan. Dengan penuh lega ia memeluk tasnya erat-erat seolah itu adalah bagian dari dirinya sendiri.“Untung aja kamu nemuin. Aku nggak tahu apa yang bakal terjadi kalau tas ini nggak ketemu,” ucapnya dengan nada senang. “Tapi kok tas kamu bisa ada di taman?” tanya Gilang.Vita menghela napas panjang, ekspresinya kembali sedih. “Ceritanya panjang, intinya tas aku dijambret sama orang waktu aku lagi di pasar,” ucapnya pelan.Wajah Gilang langsung berubah kaget, seolah ia mengerti mengapa Vita yang ditunggu-tunggu yang kunjung muncul di tempat ya

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Sang penemu tas yang hilang

    “Mas nggak kenal sama dia,” jawab Arga.Vita mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. “Tadi aku denger kok waktu kalian lagi ngobrol,” sangkalnya. Arga menghela napas panjang. Ia menyenderkan diri di kursi, membiarkan tubuhnya rileks sejenak walaupun pikirannya tetap sibuk.“Kamu inget waktu itu Mas pernah cerita soal alasan kenapa Mas bisa dikeluarkan dari kepolisian?” tanya Arga.Vita mengangguk pelan. “Inget, kenapa emangnya?” tanyanya penasaran.Arga tampak gelisah. Berulang kali ia menggosok tangannya di atas pahanya, menahan rasa tegang yang tiba-tiba muncul. Pandangannya menunduk sejenak sebelum akhirnya menatap Vita.“Dia dulunya adalah senior Mas di kepolisian yang sudah mengkambing-hitamkan Mas,” ucap Arga."Dia yang udah membuat Mas dikeluarkan dari kepolisian," lanjut pria itu. Vita membuka mulutnya lebar, lalu menutupnya dengan tangan.“Tapi… tapi orang tadi kelihatannya baik banget. Buktinya dia udah nolongin aku,” ucapnya pelan, masih tidak menyangka dengan fakta yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status