Beranda / Romansa / Suamiku [tidak] Sempurna / BAGIAN 1 ~ INGIN BICARA

Share

BAGIAN 1 ~ INGIN BICARA

Penulis: Destiny Rogers
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-22 17:53:53

Jenisa,

22 Mei [16.11 PM]

“Nis, aku ingin bicara sama kamu!”

Aku berhenti memotong sayur botol yang ada di atas meja dapur. Lalu menatap Aldo—suamiku—yang entah gerangan apa tiba-tiba mau ikut nongol di dapur bersamaku. Aldo bahkan sudah tak lagi pernah membantuku memasak sejak 3 tahun lalu. Padahal, sebelumnya, Aldo itu sangat rajin membantuku untuk memasak. Bahkan tanpa diperintahpun, Aldo sudah memasak di pagi hari. Dan memintaku untuk tidak memasak malamnya, karena suamiku ini, setiap malamnya akan membawaku makan di restoran yang mewah di tengah kota. Semuanya berubah sejak tiga tahun lalu, lebih tepatnya setelah kami periksa ke dokter. Aku menyadari perubahan besar Aldo, dan aku paham sehingga aku tidak pernah mau menuntut apapun padanya lagi setelah hari itu.

Dan ketika Aldo memintaku untuk berbicara dengan serius. Jantungku seakan tidak siap untuk menerima apa yang ingin Aldo bicarakan padaku. Ada rasa mengganjal setiap hari di dalam hatiku, lebih tepatnya setiap kali aku melihat Aldo ingin menyampaikan sesuatu padaku dan tidak jadi ketika lelaki itu sudah ada dihadapanku. Aku membersihkan tanganku di air kran yang mengalir dari wastafel, lalu duduk di sofa. Bersama dengan Aldo yang duduk di depanku. Kami duduk terpisah, semakin membuat kakiku lemas. Aku menatap wajah Aldo yang terlihat cemas dan kuatir. Membuat benakku bertanya-tanya dan takut akan suatu hal.

“Ada apa Al?” Aku memberanikan diri untuk bertanya. Sejak atau pun sebelum kami menikah sekitar 3 tahun lalu, kami memang sudah sepakat untuk memanggil nama saja. Tanpa ada embel-embel apa-apa. Meskipun Aldo sesekali merengek padaku, meminta untuk dipanggil dengan sebutan mas. Geli sih menurutku, selain karena tidak terbiasa. Aku juga tinggal di luar negeri selama menyelesaikan pendidikan S1 dan juga S2ku. Dimana budaya dan kebiasaan yang ada disana sangat bertolak belakang dengan kebudayaan Timur. Dan ketika Aldo tiba-tiba meminta padaku untuk memanggilnya dengan sebutan mas, aku benar-benar sangat risih. Tapi biarlah, apapun pun itu, jika Aldo yang meminta pasti aku akan menyanggupinya.

Aldo tiba-tiba beranjak dari kursinya dan duduk di sebelahku. Wajahnya sudah memerah, dan aku tau, bahwa sepertinya hari itu, hari yang aku paling takutkan juga akan tiba. Aku menguatkan hatiku, untuk tidak terbawa suasana.

“Ini!”

Aku mengerutkan kening saat menatap Aldo menyerahkan sebuah kartu padaku. Ini adalah black card milik Aldo. Aku semakin gugup, aku jelas tau apa yang akan Aldo sampaikan padaku. Aku mengangkat wajahku saat Aldo menggenggam tanganku lembut. Ahh, moment ini. Aku juga ingat pertama kali Aldo yang aslinya adalah pria pemalu. Dengan berani datang ke rumah ibu dan ayahku untuk meminangku. Wajahnya sangat memerah dan membuat ayahku—Ferdinant—tertawa setengah mati.

“Apa maksudnya Al? Jangan bilang kau—“

Aku terdiam saat Aldo menyatukan kedua bibir kami, melumat bibir bawahku. Lalu segera melepasnya. Akupun diam sembari menikmati ciuman singkat itu. Aku lalu menatap Aldo yang menatapku dengan air matanya yang menetes.

“Kita cerai saja Nis, aku sudah tekad dengan kemauanku ini”

Deg—rasa nikmat dari ciuman Aldo tadi langsung menghilang. Aku menguatkan hati, dan juga batinku. Akhirnya, apa yang selama ini aku takutkan terjadi juga. Aku melepaskan tanganku dari Aldo, lalu pergi dari ruang tamu. Memasuki kamar sembari menguncinya dari dalam. Aku lemas, aku tidak bisa menahan berat badanku lagi hingga aku terjatuh di atas ranjang. Air mataku langsung lolos begitu saja, membanjiri bantal yang menjadi tempatku berlindung saat ini. Aku sudah menduganya, gerak gerik Aldo juga selama ini sudah membuatku selalu berjaga-jaga. Dan ternyata benar, ini adalah apa yang membuat suamiku itu gelisah. Aku terisak semakin kuat, sampai rasanya dadaku sangat sakit. Cerai, tidak mungkinkan? Aku tau Aldo itu tidak bisa memberikanku keturunan, aku tau Aldo—suamiku—itu adalah orang yang paling tertekan di sini. Tapi kenapa kami harus bertemu jika pada akhirnya harus berpisah? Isakanku semakin keras, hingga saat aku mendengar ketukan dari luar pintu. Aku sadar, Aldo pasti mendengarku menangis lagi.

Tok..tok…tok

Aku masih diam, tidak beranjak dari kasurku. Berusaha untuk menetralkan suara tangisanku yang hampir meledak.

“Nis, aku ingin bicara sama kamu sayang. Tolong buka pintunya!” Suara Aldo terdengar serak dan pelan, apa jangan-jangan lelaki bodoh itu juga menangis?

Aku masih diam, tidak tau apakah masih sanggup jika harus menatap Aldo atau tidak. Tiga tahun ini, kami sudah melewati berbagai macam pengobatan untuk Aldo. Tapi, aku tidak pernah peduli, dan selalu bersemangat untuk mencobanya dengan Aldo. Aku tidak ingin berpisah dari lelaki itu, meskipun aku tau bahwa aku tidak berdaya di dalam hal ini.

Klik, aku membuka pintu dan menatap Aldo yang ternyata juga sedang menangis. Kan, bagaimana mungkin lelaki ini bisa mengatakan kata cerai, sementara dia juga tidak bisa dengan perpisahan ini? Aku membuka pintu lebar, dan bersamaan dengan Aldo yang langsung memelukku erat. Aldo menangis sembari memelukku erat, dan berakhir dengan aku yang juga ikut menangis.

***

“Sudah bangun?”

Aku tersenyum menatap Aldo yang masih mengerjapkan matanya. Setelah insiden semalam dan keputusan yang sudah kami buat bersama. Pagi ini, Aldo kembali tidur bersamaku. Setelah hampir 5 bulan, Aldo tidak mau tidur bersama denganku. Aku tersenyum dan naik ke atas ranjang, memberikan Aldo kecupan.

“Selamat pagi!”

Aku tersenyum menatap Aldo. Benar, apapun yang akan kami lalui. Maka kami harus melakukannya. Kami sudah sepakat, lebih tepatnya. Aldo sudah sepakat dengan persyaratan yang aku ajukan jika lelaki ini ingin meminta cerai. Pertama, aku dan Aldo akan bersama dalam 30 hari. Seperti saat pertama kali kami jumpa dan pacaran. Aldo harus merawatku, tidak bisa mengabaikanku, dan selalu membuatku prioritasnya selama 30 hari. Persyaratan kedua, Aldo juga harus rajin makan dan ibadah. Aku tau Aldo sudah meninggalkan ibadahnya selama 5 bulan ini. Hanya dua, dan jika sudah lewat dari 30 hari. Maka kami akan bercerai di pengadilan.

“Kenapa kau sudah bangun hmm?”

Aldo mencuri cium di keningku, aku hanya tertawa. Rasanya sudah cukup lama kami tidak berinteraksi seperti ini, layaknya suami dan istri. Aku menyuapi Aldo dengan buah yang baru saja aku potong dan masih di atas ranjang kami berdua.

“Bukankah hari ini, tidak, selama 30 hari ini kita harus bersenang-senang hmm? Kau sudah berjanji suamiku. Jangan berpikir untuk mengingkarinya lagi, kau bisa?” Aku menyandarkan kepalaku di bahu Aldo. Lelaki itu hanya tertawa dan mengacak rambutku.

Satu lagi kebiasaan yang menghilang dari kami selama ini.

“Aku berjanji, apa yang tidak akan aku berikan untuk istriku hmm?”

“Apa kau ke-kantor untuk hari ini?” Aku ingat, hari ini adalah senin. Dan waktunya untuk Aldo pergi kekantor, termasuk aku juga. Kami memang memiliki pekerjaan masing-masing. Dan rencana awalnya, setelah kami memiliki anak, aku akan resign dari pekerjaanku.

“Aku bisa telat datang kekantor sayang tapi tidak denganmu” Aldo kembali menyombongkan dirinya. Mentang-mentang Aldo adalah CEO dari perusahaan itu dan aku hanyalah kacung rendahan. “Mandilah, aku tau kau tidak bisa telat untuk hari ini, aku akan mengantar istriku yang sangat cantik dan akan memasak untukknya!”

Aku tertawa keras lalu mencium kening Aldo. Lalu tidak lama aku mengangguk, dan langsung memasuki kamar mandi karena Aldo benar. Aku tidak bisa telat di awal minggu ini. Dan terus berharap waktu 30 hari ini bisa dengan sangat lambat berlalu. Sehingga, aku tidak akan pernah lagi merasakan takut setiap harinya. Meskipun hanya dalam 30 hari saja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku [tidak] Sempurna    Bagian 15 ~ Sosok yang Lain

    “Sekarang apa yang harus kita lakukan? Sepertinya kelakukan kita subuh tadi tercium lagi oleh mereka!” Matt menatap Aldo yang masih duduk di sebelahku dengan tenang. Dia bersikap acuh tidak acuh mendengar Matt.“Apa mereka adalah musuh abadi Aldo, Matt?” seru Christian yang sedang sibuk dengan layar laptop di depannya.“Siapa lagi kalau bukan mereka? Kau lihat, mereka bahkan sudah mulai mengirimkan kita surel email ancaman. Permainan mereka masih saja tetap sama, tidak pernah di upgrade ke hal yang baru!” seru Dhava tenang. Dia menatap Matt dengan sebelah mata terangkat.Aku menatap Aldo yang menggenggam tanganku, tatapannya hanya tertuju padaku. Aku tersenyum begitu dia menatapku lama. Melihat Aldo, aku jadi teringat dengan apa yang dulu aku takutkan. Aku takut untuk menika

  • Suamiku [tidak] Sempurna    Bagian 14 ~ Hantu Magang

    Jenisa Pov Aku bangun, dan menyadari bahwa Aldo tidak berada di sampingku. Ini adalah Minggu, kemana Aldo pergi sepagi ini? Tidak menghiraukan kemana dia pergi, aku melangkah menuju kamar mandi dan membasuh wajahku. Mengoleskan krim lalu lekas keluar dari kamar. Ruangan tamu dan juga dapur kosong, sebuah makanan tersaji di atas meja. Perhatianku tertuju pada jam, ini masih pukul 08.15 tapi dia sudah selesai memasak? Tanpa banyak bertanya, aku lekas menghabiskan makanan itu dan kembali ke kamar, lekas mandi dan berganti pakaian. Jaket kulit berwarna hitam dan celana jeans terpasang di tubuhku, aku tidak perlu lagi menjadi sosok orang lain. Kesalahpahaman itu sudah terselesaikan beberapa hari lalu, yang sekarang perlu aku lakukan adalah mencari keberadaan Aldo—suamiku. Entah kemana perginya dia hari ini, tidak ada pesan yang ditinggalkan.

  • Suamiku [tidak] Sempurna    Bagian 13 ~ Psikopath

    Aldo povHelaan nafas terdengar di dalam ruangan pribadiku, mungkin sudah ketiga kalinya aku terus menghela nafas. X—sosok kepercayaanku sudah berdiri di depan pintu, dengan senyum bodohnya. Tanpa diberi izin, dia sudah memasuki ruanganku.“Membunuh ibu sendiri, apa maksudmu kali ini Al? Kau hampir membuatku pusing selama berhari-hari untuk memikirkan perlakuanmu ini!”“Tidak usah ungkit mengenai hal ini, Matt. Aku tidak kau mempermasalahkan apa yang aku lakukan, lagipula aku merasa tidak salah melakukan hal itu!”Matt—sosok X, sang tangan kanan yang tahu kebiasaan burukku satu ini. Dia duduk di depanku, menatap layar laptopku yang menampilkan sebuah surel yang beberapa menit lalu aku terima. Dia terlihat terkejut, sembari menatapku. Tapi raut waja

  • Suamiku [tidak] Sempurna    Bagian 12 ~ Dokter Pribadi Aldo

    Sejak kejadian malam itu, tidak ada lagi yang menggangguku di kantor. Josua sesekali masih bertanya padaku apa yang terjadi pada Wulan. Itu wajar. Karena jika aku berada di posisi Josua, mungkin aku juga akan bertanya dimana gadis ular itu. Mejaku juga sudah dipindahkan ke ruangan Aldo, suamiku itu benar-benar tidak ingin berpisah dariku.Tapi meski tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan, ada sesuatu hal besar yang memantau kami dari sudut tersembunyi. X—tangan kanan Aldo masih memberi kabar siaga. Itu artinya kami tidak aman dari jangkauan mereka.Aku menatap pintu Aldo yang terketuk, tatapanku tertuju pada jadwal Aldo. Seharusnya tidak ada jadwal yang berkunjung saat ini. Aldo juga lagi pergi beberapa menit yang lalu untuk rapat, dan hanya ada aku di ruangan ini. Aku menatap pintu ruangan Aldo yang masi

  • Suamiku [tidak] Sempurna    Bagian 11 ~ Motif Alex

    "Dari siapa?"Aku tersentak, menatap tangan yang melingkar di perutku. Sesekali tangan itu turun ke bawah dan mengelus bagian itu. Aku menghentikan tangan nakal Aldo, lekas berbalik dan mengalungkan tanganku padanya."X, dia sudah membersihkannya. Tidak ada yang melihat dan semua sesuai dengan kemauanmu! Dan, kamu juga berhutang penjelasan padaku Al."Aldo melepas tangannya yang melingkar di pinggangku, ingin menghindar dari pertanyaanku. Bibirku cemberut ketika Aldo benar-benar menghindari pertanyaanku, suamiku itu kembali ke atas ranjang. Tempat kami tadi bergulat sehabis pulang dari kantor, tepatnya setelah menyelesaikan Wulan dan ibu Aldo. Aku mengambil HodieeAldo dan mengenakannya, tubuhku tenggelam di dalamnya."Aku akan memasak dulu, tunggulah!""TIDAK, APA AKU PERNAH MENGIZINKANMU UNTUK MEMASAk?"Aku tersentak dengan suara Aldo yang sedikit meninggi, dia sudah berja

  • Suamiku [tidak] Sempurna    Bagian 10 ~ Setiap Orang Punya Sisi Gelap, Termasuk Aldo.

    “Siapapun yang menghina istriku akan berakhir seperti yang lainnya juga, aku tidak peduli itu adalah kamu. Aku tahu kau adalah wanita yang melahirkanku, tapi kau bukanlah sosok ibu yang tepat untukku. Apa kau pernah memberikanku pendidikan yang baik sebagai ibu? Auhh, bukan itu, apa kau mendengar jeritanku saat itu? Aku berteriak agar kau tidak pergi, tapi—tapi kau pergi dengan para lelakimu itu. Ayah juga pergi dengan para wanitanya, apa kau tahu sehancur apa hidupku saat itu? Sampai saat aku bertemu dengan wanitaku, dia memberiku harapan untuk hidup. Kau datang di hari pernikahanku untuk mencacinya dan sekarang kau juga berani menginjakkan tubuh menjijikkanmu itu disini, apa kamu waras? Hahahahha!”Wajah Maya semakin bergetar ketakutan dibawah kaki Aldo, Bruk—kaki jenjang Aldo menendang tubuh Ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status