Share

2. Siapa Suruh Kau Hamil?

“Aku... aku mengandung anak Albi, sudah tiga bulan.”

Kalimat itu meluncur dari bibir Shera, menjelaskan hubungannya dengan Albi. Berharap gadis di depannya mungkin akan mengerti dengan kondisinya saat ini. Shera sangat mencintai Albi, tak pernah ada keraguan di dalam cintanya.

“Lantas, apa urusannya denganku?” Gadis bergaun pengantin itu menatap sinis pada Shera. “Kau yang mengandung, kenapa aku harus tahu?” ucapnya enteng. Hal itu membuat Shera seperti ingin mati detik itu juga.

Namun, hinaan itu tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan apa yang harus dia pertahankan. Shera tidak keberatan menjatuhkan harga dirinya di depan gadis yang dia ketahui adalah calon istri dari kekasihnya.

Shera menyatukan kedua tangan, bersimpuh di atas lututnya dan memohon di belas kasihan sang gadis.

“Sebagai sesama perempuan, aku mohon... tolong batalkan pernikahan kalian, demi anak di dalam rahimku,” pinta Shera penuh permohonan.

Rahang Vivi mengetat. Kedua tangan saling mencengkeram menunjukkan betapa tidak senang dia mendengar kabar kehamilan Shera. Matanya melotot penuh amarah, seperti akan keluar dari rongganya.

“Siapa suruh kau tidur dengannya? Siapa suruh kau mengandung anaknya? Aku tidak peduli, dan jangan bermimpi aku akan membatalkan pernikahanku!”  sahut Vivi. Urat-urat leher yang menegang membuktikan ketegasan dalam kalimat itu.

Vivia melangkah pergi, tapi Shera masih berharap bisa melembutkan sedikit hati gadis itu. Shera pegangi tangan Vivia dan kembali dia memohon.

“Ayahku akan mati jika aku tidak menikah sekarang. Aku mohon... tolong kembalikan Albi padaku. Kami saling mencintai, kami sudah berjanji akan menikah begitu Albi lulus kepolisian,” isak Shera dalam keputusasaan.

Tanpa perasaan gadis itu mengibas gaun pengantinnya dan berkata dengan tajam!

“Gugurkan! Ayahmu tidak akan mati jika kau menggugurkan bayi itu!” Sang gadis berjalan menuju pintu keluar, tak lupa dia memberi perintah pada dua laki-laki yang berdiri di dekat Shera. “Kunci pintunya, jangan sampai aku melihat perempuan itu menghancurkan hari bahagiaku!”

“Kumohon, tolong kembalikan Albi padaku! Kami saling mencintai, dia sudah berjanji akan menikahiku!”

Raungan putus asa Shera sama sekali tak dihiraukan. Dia didorong ke luar secara kasar, sehingga Shera terjatuh. Albian juga tidak pernah keluar dari dalam sana, sama sekali tidak peduli akan perasaan gadis yang sudah menderita olehnya. Dengan hati yang hancur tak berkeping, Shera hanya bisa meraung dan menangisi kebodohan yang begitu saja percaya akan janji Albi.

***

Kenangan itu berputar bagaikan sebuah potongan film di mata Shera, mengingatkan kembali dirinya akan kejadian tujuh tahun yang lalu. Kenangan yang seharusnya sudah tak perlu diingat lagi, kini kembali mencuat setelah bertemu dengan orang-orang yang membuat hidupnya menderita. Shera ingin lari dari tempat ini, tapi tanggung jawabnya sebagai seorang desainer memaksa Shera harus mempertahankan harga diri.

“Halo, Nona Shera, kau baik-baik saja?”

Suara Vivia menyadarkan Shera dari ingatan masa lalu, dan menariknya pada kenyataan.

“Tampaknya kau tidak enak badan, atau ada sesuatu yang mengganggumu?” tanya Vivia lagi.

Tidak. Shera bukan gadis lemah. Tujuh tahun lamanya dia berusaha melupakan pengkhianatan itu, tidak akan Shera sia-siakan hanya karena bertemu dengan mereka. Akan Shera tunjukkan pada mereka bahwa Shera tidak terpengaruh melihat dua manusia ini di depannya!

Shera mengangkat wajahnya, dia ulas senyum sebelum menjawab sapaan Vivia.

“Halo juga, Ibu Via. Tidak, aku baik. Oh ya, kita sudah melakukan pengukuran, tapi aku tidak tahu model seperti apa yang kalian inginkan.” Tangan Shera mengeluarkan buku besar yang berisikan gambar-gambar sketsa miliknya, dan meletakkannya di atas meja. “Silakan, ini hasil karya saya yang sama sekali belum dipakai orang lain.”

Jika Shera sangat tegar menghadapi kenyataan itu, berbanding terbalik dengan Albian. Tampak jelas kegelisahan di wajahnya saat bertemu pandang dengan wanita masa lalunya.. Apalagi saat melakukan pengukuran tadi, Albi berkali-kali menahan napas ketika tangan Shera menempel di tubuhnya. Albi sangat gelisah, tak tahan berlama-lama berada di tempat itu sehingga  mencari alasan untuk segera pergi.

“Vi, aku harus pergi. Sebenarnya aku masih ada urusan di kantor.” Albi bersiap akan memutar tubuhnya, tapi Vivi memegangi suaminya agar tetap berada di sana.

“Duduk, Sayang, jangan sia-siakan usahaku. Nona Shera adalah desainer lulusan luar negeri, aku tidak ingin dia merasa tersinggung sehingga membatalkan kesepakatan kami. Lagian, bukankah dia sudah mengukurmu? Akan tidak sopan jika kita membatalkannya.” Vivi menatap Albi dengan sorot memperingatkan, yang mampu membuat lelaki itu terdiam di tempat.

Kemudian, Vivi larut memperhatikan setiap gambar di dalam buku milik Shera, memilih-milih desain mana yang akan dia pakai. Sedangkan Albi menatap wajah Shera yang sama sekali tidak peduli.

Hati Shera sudah mati, itu yang selalu diyakinkan gadis itu pada dirinya sendiri. Tak perlu Albi tahu seperti apa hancurnya hati Shera saat ini, dia harus terlihat tegar.

“Sebenarnya, satu minggu lagi adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Jika aku menginginkan yang ini, apakah Nona Shera bisa membuatnya secepat itu? Aku tidak suka sesuatu yang tidak sempurna, maka aku harus memastikan kelihaian dari desainer yang kupilih.” Vivi tersenyum menunjuk gambar sepasang gaun dengan jas di buku itu pada Shera. Senyumnya memang manis, tapi hatinya tidak semanis yang orang lain pikirkan!

Bagaimana tidak? Gambar itu adalah salah satu desain terumit milik Shera. Mungkin membutuhkan waktu satu bulan untuk membuatnya sempurna dikenakan oleh kostumer. Sedangkan ulang tahun pernikahan Albi dan Vivia hanya tinggal satu minggu lagi.

Albi hanya dengan melihat gambar itu saja pun tidak yakin Shera mampu melakukannya hanya satu minggu, mulutnya sampai menganga dan matanya menyipit menatap Vivi.

“Vi, itu sangat berlebihan. Kita bisa memilih desain yang biasa saja.”

“Kenapa? Ini untuk hari bahagia kita dan akan dihadiri sangat banyak undangan. Apa salahnya aku ingin kita tampil sempurna? Sayang, Nona Shera adalah desainer dari luar negeri, dia akan melakukannya untuk kita.”

Shera tahu Vivi berniat mempermalukannya sehingga terlihat tidak profesional. Dengan angkuhnya Shera menyanggupi permintaan Vivi, untuk mempertahankan harga dirinya.

“Tentu saja. Saya memiliki team yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan kami. Anda tidak perlu khawatir, saya akan membuat Anda berdua sangat serasi di hari ulang tahun pernikahan kalian.” Shera menekankan kata hari ulang tahun pernikahan, yang membuat Albian tampak salah tingkah. Hal itu sengaja dia lakukan untuk mengingatkan Albi akan pengkhianatan di masa lalu.

Wajah Albi menegang, matanya menatap Shera dengan seribu pertanyaan. Tapi mulutnya hanya diam, sama sekali tidak ada perlawanan yang dia lakukan di depan Shera juga Vivia. Shera semakin muak melihat Albian yang begitu patuhnya pada Vivia, sangat tidak kompeten dengan seragam cokelat yang sedang Albi kenakan.

Suara tepuk tangan Vivian terdengar menyadarkan Shera kembali pada kenyataan. Dia mengalihkan pandangannya dari Albi dan berusaha fokus pada perempuan yang memamerkan senyum misterius padanya.

“Nona Shera, aku harus jujur mengatakan bahwa kau adalah orang yang berani menantang risiko. Baiklah, karena kau setuju, kami akan memakai jasamu. Aku harap kau tidak akan mengecewakan di hari kebahagiaan kami .” Dia menatap Albi dan kemudian berkata, “Bukankah begitu, Suamiku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status