Share

Suamimu Juga Kekasihku
Suamimu Juga Kekasihku
Penulis: Butiran_Debu

1. Kau Tidak Penting Bagiku!

“Aku... hamil.” Kalimat itu terucap setelah Shera bersusah paya menahannya sejak tadi. Esok Albi harus kembali ke luar kota untuk mengikuti test kepolisian, seperti yang diinginkan keluarganya. Shera tidak bisa hanya diam dan menunggu Albi kembali, untuk memberitahu kehamilannya.

Saat itu pun senyum Albi merekah menatap Shera, seakan tidak ada rasa takut seperti yang Shera rasakan. Albi membingkai kedua pipi Shera dengan tangannya, sementara mata lelaki itu berbinar sangat senang.

“Kau serius, She? Kau tidak sedang berbohong?”

Bagaimana Shera bisa berbohong dengan keadaan yang sangat serius seperti itu? Dia memang mengandung setelah mereka melakukannya sebulan yang lalu, saat Albian pulang dari sekolah yang diikutinya. Dan karena itu pula Shera meminta Albi mengambil libur agar bisa berbicara empat mata dengan lelaki yang sudah tiga tahun menjadi kekasihnya.

“Aku takut, Bi. Jika ayahku mendengar ini... aku pasti mati,” ungkap Shera, mengingatkan Albi sekeras apa hati ayahnya. Tidak mungkin ada toleransi untuk Shera jika ayahnya sampai tahu kehamilannya.

Senyum Albi yang merekah pun mulai memudar. Dia sangat mengenal ayah dari gadis yang menjadi kekasihnya. Pria itu selalu mengingatkan agar hubungan asmara keduanya berjalan dengan semestinya tanpa mempermalukan keluarga. Jika ayah Shera tahu hal itu, sudah barang tentu akan membuatnya sangat berang.  Tapi Albi sadar saat ini dirinya tidak mungkin menikahi Shera, Albian harus menuntaskan terlebih dulu sekolahnya sebelum menikahi Shera, sehingga tak ada halangan dari pihak keluarga.

“She, kau percaya aku mencintaimu sangat banyak? Aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Aku mohon, sampai kululusanku diumumkan, kuharap sabar menunggu. Aku akan segera menikahimu begitu aku dinyatakan lulus masuk kepolisian,” ucap Albi, menatap mata kekasihnya sangat dalam. Albi tidak pernah berbohong dalam hal apa pun, sehingga Shera sangat mempercayai kekasihnya  sepenuh hati. Tak ada kebohongan di sorot mata Albian yang harus membuat Shera meragukannya.

Namun fakta yang terjadi, Albi kembali dengan calon istri dan melangsungkan pernikahan tanpa mengatakannya pada Shera.

***

Semua itu masih terekam jelas di ingatan. Shera tidak pernah melupakan janji yang Albi ucapkan mengatasnamakan janin yang ada di dalam perutnya. Shera ingat betul bagaimana Albi mengecup perutnya, meminta janinnya bersabar sebentar lagi demi masa depan mereka. Bahkan sampai detik ini, Shera tidak percaya Albi sudah mengkhianati kepercayaannya, juga ingkar janji pada janin mereka.

Kenapa harus bertemu kembali? Setelah tujuh tahun kenangan itu berusaha Shera lupakan, kenapa harus ada pertemuan diantara mereka lagi? Bukan hanya Albi, bahkan ada Vivia, istri Albian di sini. Vivi pula yang membuat Shera berada dalam situasi yang tidak Shera inginkan.

Apakah Vivi sengaja membuka kembali luka di dada Shera, dengan cara mempertemukan mereka?

Entah apa tujuan Vivi membuat Shera dalam kesulitan ini. Merelakan Albi menikah dengan Vivi saja sudah membuat dadanya sesak setiap kali teringat akan masa itu, tapi sekarang dia harus berhadapan dengan Albi, menyentuh tubuh lelaki itu untuk mengambil ukuran tubuhnya.

“Tolong angkat tangannya,” ucap Shera, hendak mengukur bagian dada Albi. Lelaki itu menurut seperti patung yang diberi baterai, mengangkat kedua tangan saat Shera meminta.

Ketika Shera melingkarkan tangannya di tubuh Albi, ada desiran yang sama dia rasakan. Desir kerinduan untuk memeluk Albi sangat kuat di dalam sana. Jika tidak mengingat betapa kejamnya lelaki itu mencampakkan Shera di masa lalu, mungkin Shera sudah melupakan bahwa kini ada Vivia di dekat mereka.

Belum lagi saat tatapan mereka saling bertemu, Shera tidak bisa menahan degupan jantung yang semakin membuncah di dalam sana. Wangi yang sama, Albian masih memakai parfum dengan wangi yang sama,  yang dulu Shera pilihkan.

“Sudah selesai, Nona Shera?” Vivi datang ke dekat suaminya, memeluk lengan Albi mesra. Kala itu pun Shera seakan tertampar setelah sebelumnya hanyut akan wangi tubuh Albian.

“I-ya. Sudah.” Shera tergugup dan bergegas menuju meja, mencatat ukuran tubuh Albi di kertas yang sudah disiapkan. “Sekarang giliran Ibu Via.”

Vivi tertawa kecil, melepaskan rangkulannya dari lengan Albi. Kemudian perempuan itu berjalan ke arah Shera, menatap wajah Shera sangat dekat dengan sorot yang sulit diartikan.

“Tidak perlu. Aku tidak suka tubuhku disentuh orang yang bahkan tidak penting dalam hidupku.”

Kata-kata yang sangat menohok bagi Shera. Dia tidak penting bagi perempuan itu, padahal Vivi sendiri yang menginginkan jasanya untuk membuatkan gaun. Apakah Vivi tengah mengingatkan bahwa Shera adalah perempuan tidak berguna?  Shera ingin membalas ucapan yang sangat merendahkannya sebagai seorang desainer, tapi hanya akan membuatnya terlihat menyedihkan.

“Maaf?” kata Shera, masih mencoba bersikap profesional. Andaikan Vivia tahu, Shera juga tidak pernah berharap bertemu dengan perempuan ini, apalagi sampai mengukur tubuhnya.

“Maksudku, aku sudah menyiapkan gaunku sebagai acuan untukmu. Tidak perlu repot mengukur,” ucap Vivi berbisik, wajahnya sangat mudah berubah dari yang tadinya penuh kebencian, sekarang sudah terlihat ramah dengan senyumnya.

Apa sebenarnya yang direncanakan perempuan ini? Ia meminta Shera datang mengambil ukuran tubuhnya, tapi kemudian menolak. Apakah sebenarnya Vivi tengah merencanakan sesuatu? Apa tujuan Vivi mengundang Shera ke tempat ini? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status