Share

4. Tak Bisa Hidup Tanpamu.

Pelukannya masih sama seperti dulu–hangat dan memberikan rasa nyaman. Shera sampai terlena oleh dekapan Albi yang begitu erat memeluknya dari belakang. Matanya terpejam menikmati sentuhan yang sudah lama tak dirasakan, bahkan Shera tak sadar bening hangat sudah meleleh dari sudut mata yang terkunci rapat.

“Albi?” panggil Shera berbisik. Tak kuasa dia menahan rasa rindu yang sekian lama mengekang diri. Tapi di detik berikutnya, Shera tersadar bahwa lelaki itu sekarang bukan lagi miliknya.

Segera Shera menepis tangan Albian dari lehernya, dengan cepat dia berdiri menatap lelaki itu.

“Apa yang kau lakukan?!” sentak Shera, nada suaranya bergetar.

Albian mematung. Dari sorot matanya terlihat jelas kerinduan mendalam, seperti tak ingin menjauh dari Shera.

“Aku mohon, tolong maafkan aku. Aku akan menebus semua kesalahanku padamu.”

“Kau gila!” Shera meraih tasnya dari atas meja dan bersiap akan meninggalkan Albi. Tapi tangan Albian lebih sigap mencengkeram lengan Shera.

“Jangan pergi, kumohon. Demi Tuhan, She, aku sangat merindukanmu selama ini.”

Apa maksud laki-laki ini? Apakah dia sedang mabuk, atau sengaja ingin mempermainkan hati Shera?

Kenapa dia datang, setelah tadi siang memamerkan kemesraan dengan istrinya? Apa tujuan lelaki itu sampai harus menemukan Shera di tempat ini? Belum cukupkah Albi mempermainkan hidup Shera, dan membuatnya dalam kesulitan?

Belum lagi Shera menemukan jawaban dari pertanyaan yang bergelayut di dalam pikiran, Albi sudah berlutut di depannya.

“Aku mencintaimu. Sama seperti dulu. Aku mohon, tolong berikan aku kesempatan sekali lagi.”

Entah lah, tapi Shera tidak yakin Albian sedang mabuk. Lelaki itu sadar seratus persen, tak ada bau alkohol yang keluar dari mulutnya. Tapi bagi Shera, justru semua ini menjadi misteri setelah siang tadi Albi bermesraan dengan Vivia di depannya.

“Aku mencarimu, tapi tidak mendapatkan informasi apa pun tentangmu. She, aku tidak bisa hidup tanpamu.”

“Maka jangan hidup. Kau boleh memilih kematian jika tak sanggup hidup tanpaku!” sahut Shera tak tertahan, dia muak dengan segala kata cinta yang diucapkan lelaki itu.

Siapa yang ingin jatuh ke lubang yang sama? Setelah dicampakkan begitu kejam, lantas Albian datang meminta maaf dengan gampangnya? Shera bukan perempuan bodoh yang sekali lagi harus mempercayai lelaki itu. Dulu mungkin dia mencintai Albi sangat dalam, tapi sekarang Shera tergila-gila ingin membunuh lelaki itu, andai dia bisa melakukannya!

“Shera! She! Tolong dengarkan aku, kau harus mendengar penjelasanku!” Albian mengejar Shera yang sudah berjalan beberapa langkah, menghentikan Shera secara paksa. Dengan mata memohon dia menatap Shera yang memilih melihat ke arah lain.

“Aku tahu salah mengingkar janji padamu. Tapi demi Tuhan, She, aku tidak bisa hidup tenang setelahnya. Rasa bersalah padamu juga anak kita, membuat aku tertekan setiap saat. Di mana anak kita? Aku ingin melihat darah dagingku.” Percaya diri sekali dia menyebut darah dagingnya, setelah semua yang terjadi.

“Anakku tidak butuh pengakuan ayah sepertimu, Albi. Jadi, jangan pernah menyebutnya demikian. Lebih baik seumur hidup tak memiliki ayah, daripada dia tahu ayahnya seorang yang tidak bertanggung jawab!” sahut Shera tegas. Menurutnya, tak ada yang harus dibahas lagi dengan lelaki itu. Semua sudah hancur, tak mungkin bisa ditata seperti dulu lagi!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status