Suara Di Bilik Iparku (20)
(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**
Tubuhku masih membeku setelah bapak melarangku untuk meneruskan kontak kerjaku di tempat kerja Mas Akbar yang itu artinya perusahaan Om David. Kenapa? Kenapa bapak tiba-tiba saja bersikap seperti itu, padahal sebelum ini bapak lah yang paling semangat ketika aku hendak melamar kerja di tempat yang sama dengan Mas Akbar.
"Nis. Kamu dengar Bapak, kan?" ucap bapak lagi membuyarkan lamunanku.
Aku tergagap, lalu menatapnya dengan wajah bingung.
"I-iya, Pak. Tapi kenapa?"
"Pokoknya Bapak nggak suka kamu kerja di sana. Batalkan saha, ya," tuturnya dengan wajah memohon.
Hatiku gamang, padahal tinggal selangkah lagi aku bisa membalas perlakuan Mas Akbar dengan menduduki jabatannya yang bisa membuatnya sombong seperti sekarang ini. Lagi pula, seharusnya bapak senang kalau aku bekerja di tempat sahabat lamanya.
"Pak, beri Nisa alasan yang tepat. Ke
Suara Di Bilik Iparku (21)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**"Bara! Cukup! Tutup mulutmu!" hardik Mas Akbar yang lagi-lagi membela istri Bara.Bara terdiam, begitu juga dengan kami semua yang seakan tercengang dengan sikap Mas Akbar ketika membela adik istrinya alias selingkuhannya."Kenapa? Memang itu benar adanya, bukan?" jawab Bara ketika Mas Akbar mulai membela Hanum.Hanum menatap Bara lekat dengan lelehan air mata di kedua pipinya. Aku sendiri pun tak menyangka bahwa Bara akan memperlakukan Hanum seperti ini."Mas, jadi ini tujuanmu menyuruhku datang ke rumahmu?" tutur Hanum pelan dengan suara sedikit bergetar.Bara tersenyum miring, lalu mundur selangkah menjauhi istrinya itu."Iya. Benar. Mana mungkin aku mau berbaik hati lagi pada orang yang sudah mengkhianatiku, dengan kakak kandungku sendiri pula. Lebih-lebih sampai ibuku meninggal gara-gara kelakuan bejat kalian itu!" tandas Bara membuatku menganggu
Suara Di Bilik Iparku (22)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**Kami berjalan dalam keheningan setelah akhirnya aku mau diantar pulang oleh Bara. Kulirik sekilas jam yang terpasang di pergelangan tanganku. Pukul sepuluh malam. Lumayan malam juga kalau tadi aku tetap tidak mau diantar olehnya."Mbak ....""Bar ...."Astaga, kenapa jadi begini, sih?"Em ... Kamu aja duluan," kataku saat tak sengaja kami hendak berkata secara serempak.Bara menggaruk tengkuknya, lalu kembali fokus ke arah jalanan yang mulai gelap karena lalu-lalang mobil semakin sepi."Mbak, belum ngajuin surat cerai?"Dahiku sedikit berkerut. Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu? Bahkan ia terlihat sangat yakin kalau aku akan menggugat cerai Mas Akbar."Eh ... Bukan gitu maksudku. Maksudku ....""Iya, nggak apa-apa. Aku paham. Emang nantinya aku juga bakal guhat cerai Mas Akbar, tapi nunggu waktu yang tepat dulu. Mung
Suara Di Bilik Iparku (23)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**"Lho, bagaimana bisa jabatan dan ruangan inu menjadi milik Anisa, Pak?" tanya Mas Akbar heran.Om David tersenyum, "saya tahu, Anisa ini istrimu, kan? Kebetulan ia melamar kerja di perusahaan ini, pendidikannya bagus, cocok untuk menduduki jabatan ini. Lagipula, aku sudah dengar kabar mengenai dirimu yang baru saja diarak warga karena kedapatan tengah berselingkuh dengan iparmu sendiri. Benar, kan?" tutur Om David tepat pada sasarannya.Kena kamu, Mas. Mau jawab apa? Sekarang tuai lah apa yang sudah kamu perbuat ini."Kenapa diam?" ungkap Om David lagi saat Mas Akbar hanya diam tak berani menjawab pertanyaan bosnya.Aku membetulkan letak hijabku yang sedikit berantakan, lalu kembali menatap Mas Akbar yang sepertinya gusar, bingung mau menjawab apa."I-iya, Pak. Tapi seharusnya tidak seperti ini, bukan? Memutuskan secara sepihak tanpa saya tahu
Suara Di Bilik Iparku (24)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)Pov Akbar**Sial!Entah dengan apa aku mengungkapkannya. Kini, jabatanku resmi di turunkan oleh bos, dari yang semula adalah meneger keuangan kini hanya berganti sebagai staf biasa. Menjengkelkan!Bos bilang, katanya ini semua karena perbuatan burukku yang bisa saja mencemari nama baik perusahaan jika aku masih terus menduduki jabatan itu. Persetan sengan nama baik, seharusnya ia tidak boleh memperlakukanku seenaknya sendiri seperti ini. Lagi pula, bukankah semua masalahku ini adalah masalah pribadiku, apa bos dan perusahaan patut mencampurinya?Dan lagi, kenapa harus Anisa yang menjadi penggantiku? Apa tidak ada orang lain yang bisa menduduki jabatanku itu? Ah, betapa sialnya aku sekarang.Seharusnya aku bisa merengkuh indahnya cinta bersama Hanum dan Anisa secara bersamaan, tapi semua hancur begitu Anisa tahu tentang perbuatan buruk
Suara Di Bilik Iparku (25)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)Pov Akbar II**"Pak! Mas! Kalian dengar nggak sih aku ucap salam!" ucapku sedikit membentak kedua orang yang tengah asik pada gawainya masing-masing itu.Sudah beberapa hari semenjak hubunganku dengan Hanum terbongkar mereka terlihat sangat menjaga jarak denganku, terlebih setelah ibu meninggal. Menatapku saja rasanya enggan, apalagi berbicara jika tidak ada hal yang penting.Sebenarnya apa maunya mereka? Bukankah setiap manusia itu pantas mempunyai kesalahan?Memang kuakui aku salah dan berdosa dengan telah melakukan hal itu dengan Hanum, tapi kami saling sayang. Apa perasaan pantas disalahkan? Kami berhak bahagia, bukan?Ah, aku memang tak paham dengan jalan pikiran mereka yang mendiamkanku itu.Mas Agus mendongak kearahku setelah aku berkata sedikit kasar kepadanya dan bapak. Raut marah terlihat jelas di wajahnya. Sepertin
Suara Di Bilik Iparku (26)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)Pov Akbar III**Tubuhku masih membeku begitu melihat mobil Bara terparkir di depan kontrakan Hanum. Bagaimana bisa, dia tahu letak kontrakan Hanum? Apa selama ini mereka masih berhubungan, atau hanya Bara diam-diam mencari tahu sendiri dimana istrinya itu berada?Dengan dada berdegup kencang aku berjalan pelan ke arah kontrakan Hanum yang sengaja aku pilihkan untuknya. Tempatnya tak terlalu besar, tapi terlihat cukup nyaman jika hanya dihuni oleh satu orang.Hanum memintaku untuk menemaninya selama proses perceraiannya dengan Bara belum selesai, karena ia merasa bahwa hanya aku lah yang bisa membuatnya nyaman saat keadaan tengah tak berpihak dengannya.Aku dengar kabar, dua hari pasca kejadian naas malam itu Bara langsung mengajukan perceraian ke kantor urusan agama. Entah kabar itu benar atau tidak, tapi Hanum pun juga bercerita seperti itu kepadaku.Syukurlah
Suara Di Bilik Iparku (27)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**Aku muak dengan tingkah Mas Akbar yang berbuat seenaknya sendiri. Bahkan ia tak segan memukul rahang Oki keras saat pertengkaran keduanya tengah berlangsung di kantin. Apa Mas Akbar sama sekali tidak bisa berkaca, bahwa perbuatannya sendiri lebih licik dan rendah dari apa yang telah dilakukan Oki? Bahkan Oki hanya simpati dan ingin berbuat baik padaku.Kutinggalkan dua orang yang masih berseteru itu, lalu melangkah menjauh hendak kembali ke ruangan. Baru hari pertama kerja saja sudah seperti ini. Menyebalkan, bukan?Bahkan ada begitu banyak pasang mata yang mengawasiku dan juga Oki serta Mas Akbar yang sedang terlibat perseteruan. Sebenarnya Mas Akbar tidak perlu bersikap searogan ini karena selain kami sedang di kantor, ia juga harusnya bisa mawas diri atas perbuatan yang telah ia lakukan."Anisa, tunggu ...." teriak Oki ketika aku mulai berjalan menjauh da
Suara Di Bilik Iparku (28)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**"Iya, pasti akan aku temani. Lalu setelah masa iddahmu selesai, aku akan segera melamarmu."Perkataan Oki terdengar jelas di telingaku, membuatku seketika membeku dengan degup jantung yang tak beraturan. Entah apa yang ia ucapkan, aku tak paham dengan isi kepalanya."Hahaha ... Prank!" Tawa Oki menggelegar ketika aku masih terdiam setelah ia berbicara demikian padaku.Aku mendengus kesal, lalu membuka pintu ruanganku dan masuk ke dalamnya. Bukan aku kesal karena perkataannya ternyata hanya sandiwara, melainkan aku kesal karena ia berhasil membuat jantungku tak aman."Tapi, Nis. Kalau kamu nganggep itu tadi serius juga nggak apa-apa," tuturnya lagi ketika aku telah mendudukkan tubuhku di kursi dan siap menandatangani berkasnya.Sekilas aku meliriknya tajam, lalu gegas membubuhkan tanda tangan di atas berkas yang ia bawa. "Nggak usah becanda, nan