"Ya ikutlah. Kami tidur di tempat tidur. Kamu tidur di lantai," sahut Celline asal."Tega banget," sungut Adrian.Selena dan Karenina tertawa melihat perdebatan antara Adrian dan Celline. Sedangkan yang ditertawakan masih sibuk berdebat."Udah, udah. Dri, kamu nanti tetep ikut tidur di kamar aku, bareng yang lainnya. Nanti kamu tidur di kasur lipat. Tenang aja, kasurnya dijamin empuk," kata Karenina melerai perdebatan Adrian dan Celline.Adrian mengangguk mendengar ucapan Karenina. Setelahnya, mereka akhirnya mengumpulkan barang yang mereka beli waktu ke kota Sinsani Raya."Ini barang-barangnya mau diletakkin di mana?" tanya Celline."Di sini dulu aja. Pas mau tidur nanti, baru kita bawa ke kamar aku," sahut Karenina."Oke. Kalau gitu, sekarang kita mau ngapain? Kita udah makan juga, jadi bingung mau ngelakuin apa," celetuk Selena."Bukannya ada tugas dari Pak Ridwan, ya? Yang bikin cerpen itu, loh," kata Adrian."Oh iya ya. Untung kamu ingatin, aku lupa kalo ada tugas bikin cerpen,"
Karenina beserta teman-temannya memutuskan untuk makan malam di dapur. Segera, Karenina mengeluarkan ayam yang mereka makan tadi siang. Setelah membuka bungkusannya, ayam pun dipanaskan.Nasi hangat telah disiapkan di atas meja makan. Untuk urusan mengatur makanan di meja sudah diserahkan kepada Celline. Sedangkan Selena bagian menggoreng nugget, kentang, dan camilan lainnya. Untuk persediaan saat mereka kumpul di kamar nanti.Adrian hanya disuruh untuk tetap duduk dengan tenang. Biar para perempuan yang menangani perintilan soal perdapuran."Ayamnya udah siap nih," seru Karenina sambil meletakkan ayam panggang dan ayam tepung ke atas meja."Nugget, kentang, dan lainnya juga udah selesai aku goreng," lapor Selena."Udah semua nih. Kita tinggal makan aja," kata Celline sambil menuangkan air ke dalam gelas."Buat Pak Bandi dan anaknya, apa udah disiapin makanannya?" tanya Adrian."Mereka udah aku pesenin makanan tadi. Udah kukasih kue kering sama pizza juga buat camilan pas jaga malam.
Karenina mengeluarkan selembar foto hitam putih, sebuah buku catatan berwarna hitam. Juga, kertas yang berisi tulisan tentang ucapan bapak tua yang bertemu dengannya di hari pertama menginjakkan kaki di pulau Rangit.Segera, Selena mengambil kertas yang diletakkan Karenina. Dia merasa penasaran dengan apa yang tertulis di sana. Karena dia belum diceritakan sepenuhnya tentang kejadian yang pertama menimpa Karenina, yang sampai mengakibatkan kecelakaan."Maksud tulisan ini apa, ya? Maksudnya kita disuruh mengungkap masa lalu yang berhubungan sama Karenina, gitu?" tanya Selena."Kurang lebih begitu. Dan pastinya ini semua berkaitan dengan masa lalu rumah ini, juga tentang sejarah di pulau ini," sahut Adrian.Selena mengangguk. Setelah itu, dia minta diceritakan tentang kejadian yang menimpa Karenina saat baru tiba di pulau Rangit.Karenina pun menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Tak dilebihkan atau dikurangi sama sekali."Berarti yang suara ketukan itu semacam pertanda teror ba
Setelah Karenina keluar bersama Celine, Adrian memilih untuk pergi ke kamar mandi. Sedangkan Selena lebih memilih untuk memakan cemilan yang ada di hadapannya.Tak berapa lama Adrian masuk ke dalam kamar mandi. Tiba-tiba, ada suara ketukan dari luar pintu kamar mandi. Adrian segera menyahut bahwa ia akan keluar sebentar lagi.Lalu setelah selesai dari kamar mandi. Segera Adrian mendatangi Selena dan menanyakan kenapa Selena mengetuk pintu kamar mandi."Kenapa, Sel? Kamu mau ke kamar mandi juga?" tanya Adrian.Selena terkejut dan tak paham dengan apa yang dimaksud Adrian."Apa, sih? Aku dari tadi di sini aja, loh. Lagi makan nugget sama kentang," sahut Selena."Tadi ada yang ngetuk pintu kamar mandi. Yah, aku kira itu kamu yang ngetuk," kata Adrian."Ngetuk pintu? Aku sama sekali engga gerak dari tempat ini, Dri. Suara ketukan? Jangan-jangan ini suara ketukan yang sering dibicarain Karenina. Kita harus cepat-cepat ngasih tahu Karenina sama Celline soal ini," kata Selena cepat."Engga. K
"Lebih baik kita mulai penyelidikan lagi. Celline buku yang kamu pinjam dari perpus tadi mana, ya?" tanya Adrian.Segera Celline memberikan buku yang dibaca Adrian tadi. Buku tentang sejarah pulau Rangit. Lembar demi lembar dibaca Adrian dengan perlahan. Sampai dia menemukan halaman yang membahas soal desa rewangi"Desa Rewangi adalah salah satu dari desa yang ada di Pulau Rangit. Tempatnya cukup terpelosok, karena akses jalan yang sulit untuk dicapai. Jalan berbatu, hingga tanah yang berlumpur, menjadi penghalang untuk orang luar masuk ke desa ini." Adrian membacakan isi buku tersebut."Namun, sebuah kejadian tragis sempat terjadi. Karena suatu hal, sebuah kebakaran hebat terjadi di desa Rewangi. Sehingga, membuat desa Rewangi lumpuh sama sekali. Setelah itu, pemerintah mulai menata kembali desa Rewangi. Kini desa Rewangi sudah menjadi desa yang cukup besar, lagi modern." Adrian menutup buku yang ada di tangannya."Sepertinya lukisan rumah terbakar memang berkaitan dengan desa Rewang
Adrian dan Karenina melangkah cepat masuk ke dalam rumah. Dalam keheningan, mereka terus mempercepat langkah agar lekas sampai ke kamar Karenina yang ada di lantai 2.Segera Adrian membuka pintu kamar, lalu masuk bersama Karenina. Selena dan Celline yang melihat Adrian begitu tergesa-gesa menjadi penasaran."Ada apa, Dri? Kok kaya dikejar gitu?" tanya Selena pada Adrian yang langsung tersandar ke sisi tembok."Iya. Ada apa? Ada sesuatu di lantai bawah?" tanya Celline pula.Adrian pun akhirnya menceritakan apa saja yang terjadi barusan. Ceritanya pun diamini oleh Karenina. Selena dan Celline yang mendengar pun menjadi ikut merasa takut."Berarti Pak Bandi yang kalian temui di dapur itu asli?" tanya Celline memastikan."Harusnya begitu. Karena pas kami nemuin Kak Gio, Pak Bandi keluar dari rumah sambil bawa teko air panas," sahut Karenina."Betul. Tapi, kami beneran lihat bayangan orang yang sedang tiduran di dalam tenda. Bahkan, Kak Gio juga lihat tadi. Makanya pas Pak Bandi keluar dar
Karenina melangkah perlahan menyusuri jalan bersama teman-temannya. Ini baru pertama kalinya dia berjalan ke arah pertigaan.Biasanya, dia hanya melihat Celline berjalan ke sana sampai hilang dibelokan pertigaan. Tetapi, hari ini dia juga ikut, bahkan bersama teman-teman yang lain."Kalo dilihat-lihat, area sini agak serem ya. Pohonnya besar-besar," kata Karenina sambil memeluk erat lengan Celline."Engga papa, kok, Karen. Di sini aman, malah orang-orang kayaknya lebih takut ama rumahmu daripada ama pohon di sini," kata Celline mencoba menenangkan Karenina."Bener? Padahal keadaan rumahku engga seserem itu, kok," balas Karenina bingung."Yah, namanya juga rumahmu banyak diceritain kalo udah jadi rumah angker. Mana kisahnya udah hampir semua orang tau, jadi begitulah," sela Adrian.Karenina mengembuskan napas, bahkan dengan pohon yang terlihat lebih seram saja, rumahnya masih lebih ditakuti orang-orang."Aneh-aneh aja emang warga sini," imbuh Selena."Ngatain warga sini aneh. Kamu juga
Delima memakai gelang mutiara pemberian Ardan. Terlihat sangat pas di tangannya yang berkulit kuning langsat.Ardan tersenyum saat melihat gelang pemberiannya langsung dipakai. Begitu mudah menyenangkan perempuan yang ada di hadapannya kini."Sekarang udah jam 10, kita istirahat dulu bentaran. Abis itu nanti kita cari oleh-oleh lagi. Pokoknya jam 3, kita udah siap buat pulang," kata Ardan."Oke, Kak."Delima merebahkan diri ke kasur, dia ingin tidur untuk mengembalikan tenaga yang habis karena bermain tadi. Ardan memilih untuk duduk ke sofa dan menonton tv.Ardan mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Menghidupkan daya ponsel yang sedari pagi dia matikan.Beberapa pesan dari kawan dan keluarga mulai berdatangan. Segera, Ardan membalas beberapa pesan.[Gimana liburannya? Delima engga bikin repot, kan?]Sebuah pesan yang dikirim oleh Bu Reni tengah dibaca Ardan.[Liburannya menyenangkan, Ma. Delima aman kok, Ma. Cuma ada sedikit mual muntah karena penciumannya jadi sensitif] balas A