Share

Malam Yang Sangat Mendebarkan

Gadis ini gemetar? Apa ini pertama kali dia mendapatkan sentuhan dari pria? Adrian buru-buru menepis pikiran itu. Mana mungkin ada gadis selugu itu di jaman sekarang.

Tangan Adrian bergerak kembali. Turun menyusuri leher Lalita dengan perlahan, membelainya hingga terus turun melewati area dadanya dengan pelan-pelan sekali.

Debaran jantung Lalita sudah seperti orang yang sedang lari maraton, dia tidak bisa mengontrolnya. Deru nafasnya mulai memburu dan dadanya terlihat naik turun.

Tangan Lalita kini sudah mengepal sangat erat. Wajahnya pun sudah mulai memanas. Dia sangat ingin segera lari dari ruangan itu dan menendang pria di depannya agar menyingkir dan berhenti menyentuh tubuhnya.

Lalita kemudian melihat jam di pergelangan tangannya, ternyata waktu yang mereka lewati baru sepuluh menit saja berlalu. Membuat dia sangat kesal, kenapa waktunya disini seolah berjalan lambat sekali.

“Waktu kebersamaan kita masih lama, waktu pagi masih terlalu jauh,” ucap Adrian kemudian menarik wajah Lalita agar menghadap padanya. Tanpa aba-aba langsung dilumatnya bibir kenyal gadis itu.

Mata Lalita melotot kaget karena tidak siap dengan serangan mendadak ini. Tempo permainan pria itu juga mulai meningkat.

Lalita kewalahan menghadapi ciuman Adrian. Ini bukan ciuman pertamanya, tapi di cium dengan teknik seperti ini adalah pertama kali untuknya. Dengan kekasihnya dia hanya pernah di kecup bibirnya saja, karena Lalita tidak pernah mengizinkan kekasihnya itu melakukan lebih.

Lalita sudah hampir tidak tahan, dia ingin sekali menendang pria di depannya ini yang dengan seenaknya mempermainkan tubuhnya. Lalita akui, ciuman pria mesum ini memang menakjubkan dan memukau dirinya. Tapi dia mulai tidak nyaman ketika pria ini mulai menciumi area leher dan juga dadanya. Bagian tubuh yang tidak pernah disentuh oleh pria manapun sebelumnya.

Lalita melihat jam di pergelangan tangannya kembali, sudah lima belas menit berlalu.

“Ohh, tidak!” Lalita buru-buru menarik tangan Adrian yang mulai menyusup ke dalam bajunya.

“Ada apa?” kesal Adrian. Matanya kini sudah dipenuhi kabut gairah dan dia sangat kesal ketika kegiatan menyenangkannya dihentikan.

“Aku mau pipis,” pekik Lalita karena Adrian menaruh kembali tangannya di sana. Masa bodo dengan waktu, lima belas menit seharusnya cukup untuk adiknya menjauh dari tempat ini bukan?

“Shit!” geram Adrian. “Lakukan dengan cepat,” ucap Adrian kesal karena kegiatan menyenangkannya terganggu.

Lalita menarik nafas lega, kemudian menurunkan bajunya kembali yang tadi sudah di singkap oleh Adrian.

Dia bangkit kemudian melangkahkan kakinya yang kini masih gemetar lemas akibat perbuatan Adrian tadi.

‘Bagaimana ini. Gimana caranya aku bisa lari kalau kakiku gemetar begini,’ keluh Lalita dalam hati.

Adrian berjalan di belakang Lalita mengikuti setiap Langkah gadis itu sampai keluar dari pintu ruangannya.

“Antarkan dia ke toilet,” perintah Adrian pada salah satu bawahannya yang berjaga di luar pintu.

“Aku bisa sendiri,” tolak Lalita.

“Dia akan menunggumu di luar, kalau kamu menolak berarti tidak ada toilet!” putus Adrian cepat.

Tidak ada toilet sama dengan dia menyuruh gadis itu melakukannya di ruangan ini. ‘Pria gila,’ pikir Lalita.

“Baiklah, aku mau diantar.” Lalita pasrah pada akhirnya. Sepanjang jalan ini dia terus memikirkan cara bagaimana dia bisa kabur dari sana sedangkan pergerakannya terus di ikuti gorila satu itu.

Adrian menuangkan minuman miliknya dan menyesapnya dengan kasar. “Berani sekali dia membuat aku harus menunggu begini,” kesalnya. Hasratnya sudah mulai bangkit tapi gadis itu membuatnya harus berhenti begitu saja.

Lalita masuk ke dalam toilet dan terdiam lumayan lama di depan cermin.

Tiba-tiba saja ada wanita yang sempoyongan karena mabuk parah menabrak tubuhnya. Gadis itu terlihat sudah kepayahan sekali, untuk membuka mata saja sepertinya dia sangat kesusahan.

“Hey … jangan tidur di sini. Ini toilet, jorok tahu.” Lalita menepu-nepuk wajah wanita itu. Namun wanita itu tidak membuka matanya. Hanya mulutnya saja yang meracau tidak jelas. Memaki dan merajuk secara bersamaan. Jika didengar dari makiannya, sepertinya wanita itu baru saja putus cinta.

Lalita terus menggoyang-goyang tubuh wanita itu, tapi dia tetap saja tidak bergeming. Hingga akhirnya Lalita menyeret dengan susah payah wanita tadi, membawanya masuk ke dalam bilik toilet yang ada di ujung.

Tidak lama kemudian, Lalita keluar menggunakan baju yang berbeda. Dia menukar baju miliknya dengan baju wanita yang mabuk tadi.

“Sempurna! Gorila itu tidak akan mengenaliku,” ucapnya dengan yakin. “Tapi baju ini terlalu pendek,” keluhnya sambil menarik-narik bagian bawah bajunya yang hanya bisa menutupi sebagian pahanya saja.

Lalita kemudian mengurai rambut yang sedari awal di cepolnya. Dia mengatur rambutnya agar bisa menutupi wajahnya meski hanya sebagian.

Beruntungnya dia sudah selesai melakukan penyamaran itu ketika bawahan Adrian membuka pintu. Lalita sempat terlonjak kaget dan buru-buru keluar sambil menunduk, melewati pria bertubuh besar yang kini sedang mengecek bilik toilet satu persatu yang ada di dalam sana.

Begitu keluar dari pintu toilet, Lalita segera bergerak dengan cepat. Dia harus segera cepat-cepat ke luar dari klub itu. Lalita yang sedang terburu-buru sampai menabrak orang-orang yang berpapasan dengannya.

“Maaf, Bos. Gadis itu kabur. Dia menukar pakaiannya dengan salah satu wanita mabuk yang ada di toilet.”

“Bodoh! Bagaimana bisa kau setolol itu!” ucap Adrian setelah melayangkan satu tinjunya pada bawahannya.

“Cepat temukan gadis itu! Dia tidak akan mungkin bisa keluar begitu saja, cepat beritahu penjaga di depan!” bentak Adrian.

Saat ini amarahnya sedang memuncak. Gadis itu, beraninya mempermainkan seorang Adrian Respati. Dia akan pastikan gadis itu akan menerima pelajaran yang setimpal darinya.

Adrian kemudian keluar dari ruangannya dan ikut mencari Lalita yang kini sedang menuju pintu keluar.

Lalita sudah melihat situasi pintu keluar, namun dia mengurungkan niatnya untuk keluar melalui pintu itu karena di sana ada salah satu anak buah Adrian yang menjemputnya di awal. Untungnya Lalita masih mengingat wajah pria itu.

“Aku harus mencari pintu belakang,” gumamnya dengan gusar.

Lalita memutar arah dan melotot kaget begitu melihat Adrian sedang berjalan ke arahnya.

“Astaga! pria itu cepat sekali. Apa yang harus aku lakukan? berpikir, ayo cepat berpikir!" ucap Lalita dengan gusar.

Sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikirannya.

“Tolong aku, aku sedang kabur dari cowok gila,” ucap Lalita pada pria random yang kebetulan berada tidak jauh darinya. Kebetulan sekali pria itu sedang duduk sendirian di sana.

Pria itu mengerutkan keningnya, tidak langsung menjawab Lalita.

“Please, kumohon bantu aku sekali ini saja,” rengek Lalita yang kini sudah sangat panik karena jarak Adrian sudah semakin dekat dengannya.

Karena pria di depannya tidak juga menjawab dan Adrian sudah semakin dekat dengannya, tanpa pikir panjang Lalita langsung menarik kerah baju pria itu dan menempelkan bibirnya dengan bibir pria yang tidak dikenalnya untuk menyembunyikan wajahnya dari Adrian yang kini hampir melintas di belakangnya. Dia memejamkan mata dan berharap Adrian tidak akan memperhatikan wajahnya.

Lalita membuat mereka seolah-olah menjadi salah satu pengunjung yang sedang menikmati waktu kebersamaan dengan pasangannya di club. Lalita yakin pria yang mengejarnya itu tidak akan mengenalinya jika di lihat dari belakang karena dia memakai baju yang berbeda. Dia kini mengenakan gaun yang cukup seksi sehingga bisa berbaur tanpa terlihat mencolok di club itu.

Jantung Lalita berdetak cepat sekali. Sedikit lagi Adrian sudah akan melewatinya. Dalam hati dia terus merapal do’a agar pria itu tidak bisa mengenalinya.

Namun, Lalita terlonjak kaget begitu pria yang kini sedang di ciumnya membalikan keadaan. Dia mengangkat tubuh Lalita dan merubah posisi. Kini Lalita berada di bawah kukungan pria itu. Lalita tidak berani berontak ketika pria itu kini menyerangnya dengan ciuman yang intens dan terus melumat bibirnya dengan rakus. Sial, malam ini dua pria berbeda yang tidak dikenalnya dengan seenaknya sudah menikmati bibirnya.

Posisinya saat ini membuat Lalita bisa bersembunyi dengan baik. Namun Lalita mendapatkan kesulitan baru.

Pria yang ada di atasnya ini tidak bisa dia singkirkan dengan mudah. Pria itu tidak bergeming meski Lalita sudah mendorongnya dengan sekuat tenaga. Pria itu terus menikmati bibir Lalita, menolak melepaskannya seperti anak yang baru saja mendapatkan mainan baru.

Tidak ada cara lain. Lalita kemudian menggigit keras bibir pria itu sampai bau besi terasa di indra perasanya.

Pra itu sedikit meringis ketika Lalita menggigit bibirnya sampai sedikit robek dan mengeluarkan darah.

“Kamu rupanya senang bermain kasar.” Pria itu terkekeh. Tidak ada kemarahan sama sekali.

“Siapa namamu?”

“Hah? Nama ... mmmh ... Jani, namaku Anjani. Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu, bisa tolong menyingkir dari tubuhku? Aku sedang terburu-buru. Aku harus segera pergi dari sini.”

“Tapi kini aku juga membutuhkan bantuanmu?” ucap pria itu sambil melirik ke arah selangkangannya yang kini sudah terlihat menggembung. “Sepertinya kamu perlu membalas budi.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status