Share

Kesepakatan

“Aku tidak akan lapor polisi jika kalian mau bertanggung jawab dan mau membayar ganti rugi. Terutama dia,” tunjuk Adrian pada Lucky yang kini langsung bersembunyi di balik punggung Lalita.

“Dia yang membawa motor itu dan menabrak mobilku,” lanjutnya lagi.

Lalita syok, pantas saja mereka bisa menabrak. Setahunya, adik laki-lakinya itu belum lancar membawa motor. Kenapa bisa adiknya berani berkendara di jalan raya begitu. Lalita langsung berbalik dan menatap sengit pada adiknya.

“Tadi aku di suruh bawa motor Ilham karena dia habis minum. Tapi aku beneran nggak sengaja melakukan semuanya,” cicit Lucky begitu mendapatkan tatapan intimidasi dari kakaknya.

“Kamu—” Lalita kehabisan kata-kata. Dia meremat tangannya sendiri karena gemas sekaligus kesal pada adik satu-satunya itu.

“Aku tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja jika kamu tidak bersedia membayar uang ganti rugi,” ucap Adrian yang kini sudah berada di sebelah Lalita.

Lalita menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang kini sedang bergejolak. “Baiklah, saya berjanji akan bertanggung jawab dan mengganti semua biaya kerugianmu. Memang b-berapa yang harus saya bayar?” ucapnya pada akhirnya. Kemudian dia menelan ludahnya sendiri karena khawatir dengan nominal angka uang ganti rugi yang harus dia bayar.

“200 juta. Kamu harus membayar uang 200 juta untuk mengganti kerugian ku.”

Mata Lalita seketika itu langsung melotot. “Kau gila! Itu sih, sama dengan harga mobil baru. Nggak bisa, ini sih pemerasan Namanya,” bentak Lalita tidak terima. Dia merasa ini tidak masuk akal dan dia merasa sedang ditipu.

“Mobil miliknya adalah Audi R8 Spyder, yang harganya miliaran,” bisik Lucky.

Seketika itu mulut Lalita menganga lebar. “Dasar bodoh! Bagaimana bisa kamu menabrak mobil semahal itu,” geram Lalita sambil melayangkan kepalan tangannya pada kepala adiknya.

“Maafin aku, Kak. Aku kan udah bilang tidak sengaja,” cicit Lucky meminta ampun sambil menggosok-gosokan kedua telapak tangannya. Sesekali dia juga mengusap kepalanya yang baru saja kena jitak oleh kakaknya.

“Bagaimana? Saya mau kamu memberikan uang itu dalam 1x24 jam.”

“APA!” teriak Lalita yang semakin syok dan lemas seketika itu juga.

Uang sebanyak itu dari mana Lalita akan mendapatkannya? Ayahnya meninggal dua tahun lalu tanpa meninggalkan harta warisan, kecuali rumah kecil mereka yang sekarang mereka tinggali. Uang dari gajinya hanya cukup untuk biaya sehari-hari dan uang sekolah adiknya saja.

“Ternyata kamu sangat senang berteriak, ya,” decak Adrian. ‘Aku jadi semakin ingin melihatnya berteriak di bawah kendaliku,’ lanjutnya dalam hati.

“Tapi aku memiliki opsi lain untukmu.”

“Apa itu?” jawab Lalita cepat. Dia merasa memiliki secercah harapan.

“Temani aku malam ini.”

“Aku setuju!” ucap Lalita dengan cepat dan lantang tanpa pikir panjang.

“Kakak!” ucap Lucky syok.

“Kenapa? Bukankah aku hanya perlu menemaninya saja malam ini?”

Lucky mengacak rambutnya frustasi, kakaknya ini terlalu polos jika urusan laki-laki.

“Gadis pintar. Tentu saja itu pilihan bagus. Kamu hanya perlu mengangkangkan kakimu malam ini saja dan tidak perlu membayar uang 200 juta itu. Rupanya bosku sedang bermurah hati,” komentar Jonathan sambil tertawa mengejek.

“Apa! Aku tidak mau kalau begitu!” ucap Lalita syok begitu mendengar penjelasan Jonathan.

Sedangkan Lucky, dia hanya bisa menepuk kepalanya sendiri sambil merutuki kebodohan kakaknya. Sebenarnya dia ingin sekali menoyor kepala kakaknya, tapi itu tidak mungkin dia lakukan pada situasi ini.

“Biarkan saja kakakmu melakukannya, toh hanya satu kali ini saja. Hanya ini satu-satunya cara mudah agar kita bisa segera keluar dari masalah ini,” bisik Ilham pelan.

“Sialan!” Lucky marah dan tidak terima, dia langsung melayangkan tinjunya pada rahang Ilham. Perkataan temannya itu membuatnya naik pitam.

“lo!” Ilham menunjuk wajah Lucky. “Emangnya lo punya duit sebanyak itu, hah? Jangan bilang kakak lo masih perawan?" tambahnya lagi. Seorang perawan seusia Lalita pada zaman ini memang sedikit langka. Faktanya anak-anak jaman sekarang sudah banyak yang menganut pergaulan bebas. Sungguh sangat mengkhawatirkan.

“Gue lebih milih mendekam di penjara dari pada harus membiarkan kakak gue menyerahkan tubuhnya!” teriak Lucky.

Melihat perdebatan adiknya, membuat Lalita galau. Dia tidak akan mungkin tega untuk membiarkan adiknya kehilangan masa depan karena harus mendekam di penjara.

“Biarkan mereka berdua pergi. Aku setuju dengan penawaranmu,” ucap Lalita pada akhirnya. Urusan malam ini, biar dia mencari cara nanti. Yang penting sekarang dia harus membebaskan adiknya dulu.

“Tidak! Jangan lakukan itu, Kak.”

“Pulanglah, Ibu pasti sedang menunggu dengan khawatir di rumah,” ucap Lalita sambil tersenyum dipaksakan.

“Tinggalkan kami berdua dan bawa mereka keluar,” perintah Adrian pada semua orang yang ada disana.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Di balik musibah mobil kesayangannya yang tertabrak, Adrian kini merasa senang. Dia mendapatkan mainan baru yang diinginkannya.

Wanita yang sudah seminggu ini membuatnya uring-uringan dan membuatnya sakit kepala karena tidak bisa melepaskan hasratnya pada wanita lain. Malam ini, wanita itu akan menjadi miliknya.

Dia sudah berusaha melupakan Lalita dan mencoba tidur dengan wanita lain. Sayangnya wajah gadis itulah yang selalu muncul dan membuatnya tidak memiliki selera pada gadis lainnya belakangan ini. Membuat dia harus meninggalkan gadis-gadis yang sudah ada di ranjangnya begitu saja karena hasratnya selalu mendadak hilang dan miliknya yang semula sudah menegang jadi mengendur tiba-tiba.

Mungkin dirinya terlalu penasaran pada gadis yang terlihat sama sekali tidak tertarik padanya. Karena ini adalah pertama kalinya bagi Adrian, ada wanita yang melihatnya dengan tatapan biasa saja. Dia merasa tertantang sekaligus penasaran.

Setelah semua orang Adrian usir ke luar, kini tinggal Lalita dan dirinya yang berada di ruangan itu.

Wajah Lalita sudah menegang sedari tadi, padahal baru lima menit saja mereka berduaan. Dalam pikirannya saat ini dia sedang merencanakan niat untuk kabur, tapi dia harus mengulur waktu sampai adiknya benar-benar bisa pergi dari tempat ini dulu. Barulah dia akan memulai aksinya.

Pergerakan sofa membuat Lalita tersentak dari pikirannya. Adrian mulai menggeser posisi duduknya menjadi lebih dekat dengan Lalita.

“Setelah malam ini, k-kita tidak akan memiliki urusan apa-apa lagi bukan?” tanya Lalita dengan suara sedikit terbata.

Sudut bibir Adrian sedikit tertarik. Wanita ini, sepertinya benar-benar tidak tertarik padanya. Selama ini para wanita akan selalu dengan senang hati melemparkan tubuhnya dengan suka rela padanya. Dia menjadi semakin penasaran. "Bagus sekali trik gadis ini, dia bertingkah seolah-olah tidak menyukaiku untuk menarik perhatianku," pikirnya percaya diri. Dia masih berpikir tidak mungkin ada wanita yang bisa menolak pesona ketampanan dan juga uangnya yang tidak berseri.

“Ya,” bisik Adrian sambil mencium pelipis Lalita. Adrian yakin, setelah dia menuntaskan rasa penasarannya pada gadis ini, dia pasti akan melupakannya dengan mudah. Sama seperti dengan wanita-wanita lain yang selama ini selalu dicampakkan olehnya. Dia tidak pernah menjalin hubungan yang lama dengan seseorang, dia mudah bosan. Yang dia butuhkan hanya seks untuk memuaskan hasratnya. Seperti yang selama ini kakeknya ajarkan, wanita baginya hanya untuk menuntaskan kebutuhan biologis saja.

Seluruh bulu pada tubuh Lalita rasanya kini sudah berdiri semua, dia meremang. Lalita hanya bisa memejamkan mata sambil berharap waktu cepat berlalu.

Jemari tangan Adrian kini membelai wajah Lalita dengan perlahan, mulai dari pelipisnya, hidung, kemudian tangannya dan berhenti di belahan bibir penuh gadis itu yang sejak tadi menarik perhatiannya. Jakunnya terlihat bergerak naik turun, menelan ludah karena ingin segera mengulum benda kenyal itu. Tapi dia akan bersabar sebentar, dia masih ingin mempermainkan gadis yang sangat tidak menginginkannya ini. Gadis yang saat ini sedang gemetar di bawah sentuhannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status