Amber terpaksa duduk di sofa untuk menghargai kedatangan James yang sama sekali tidak dia harapkan. Seharusnya James bisa menyadari raut wajah Amber yang terlihat tak mendukungnya dan memilih memutuskan untuk pergi, tetapi ternyata James tidak putus asa."Apa semuanya baik-baik saja? Kau sudah tidak memikirkan hal yang membuatmu kepikiran di kantor tadi?" tanya James dengan nada halus penuh perhatian.Amber menghela napas bosan. Dia harus mengingat kekhawatiran itu lagi karena James. "Ya, aku baik-baik saja.""Aku sempat cemas. Mungkin kau sedang memikirkan tentang Daniel. Maksudku ... dia bergaul dengan anak yang salah. Anaknya McLarren itu membuatku ikut cemas padanya. Aku sering lihat gadis itu mengejek Daniel setiap kali aku menjemputnya di sekolah." James menampilkan ekspresi resahnya yang sengaja dibuat-buat."Syukurlah mereka sudah baikan dan aku baru saja mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.""Apa?" James terlihat sangat terkejut. "Ovi dan Daniel baru saja dari sini untuk
"Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan ..." Ovi berdiri di samping Daniel tepat di depan papan tulis. Anak-anak menatap ke arah mereka dengan ekspresi penasaran apakah kerja sama Ovi dan Daniel yang merupakan musuh itu akhirnya berhasil, tetapi Ovi beberapa kali lupa dengan essai-nya dan harus dibisiki Daniel agar presentasi mereka berjalan lancar."Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan tumbuhan. Contohnya adalah kadal ... ups." Ovi menutup mulutnya karena salah ucap. Sontak satu kelas tertawa ke arahnya. "Apakah kadal makan tumbuhan? Memang benar, kan, Dan?" Ovi mengerling ke arah Daniel yang sedang menjaga sikap profesionalnya untuk tidak menjawab pertanyaan satu tim karena itu akan membuatnya terlihat kurang persiapan, padahal dia dan Ovi berlatih tiap hari."Tidak, Ovi!" jawab Miss Travizo dari kursi guru."Ya, aku baru ingat sekarang." Ovi berdehem dan kembali menatap ke hadapan kelas untuk melanjutkan presentasinya.Daniel mendapat giliran beberapa saat kemudian. Di
Amber sudah mengemasi seluruh perlengkapan kerjanya ke dalam tas. Kedua asistennya membawa barang-barangnya ke dalam mobil sementara dia masih harus mengecek beberapa ruangan. Amber dan James sempat bertemu di koridor. Sialnya mereka harus satu lift. James tidak berhenti mencuri perhatian Amber, tetapi Amber berusaha untuk tidak peduli."Kau sudah baca undangan yang kuberikan padamu, 'kan?" James menatap tubuh Amber yang berdiri sangat jauh darinya. Terkadang dia agak tersinggung dengan cara Amber memandangnya. Dia bukan satu-satunya laki-laki yang Amber tatap dengan cara seperti itu.James sering mendengar dari Kaylin bahwa Amber punya masa lalu yang kelam. Itu sangat masuk akal. Banyak yang bertanya-tanya bagaimana Amber bisa menumbuhkan perusahaannya hingga sebesar ini padahal dia hanya seorang ibu tunggal sekaligus anak yatim piatu. James bersyukur dia tau sedikit tentang hal itu. James tau Amber belum pernah menikah seumur hidupnya. Mungkin Amber pernah terjebak dengan hubungan
"Apa yang terjadi?" tanya Amber dengan air mata berlinang. Gaun putih yang semula berada di tangannya terjatuh ke lantai. Tubuh Amber sepenuhnya melemas.Amber membuka pintu sebuah kamar bergaya victoria membawa gaunpernikahan di tangannya. Beberapa jam lagi akan berlangsung sebuah pestapernikahan di rumah ini. Pernikahan Amber dan Charles yang sudah dinanti-nantikan selama duabulan setelah Amber menyaksikan testpack hasil uji coba menunjukkanbahwa dia hamil. Amber telah lama menjadi kekasih Charles, lelaki pewaris sebuahperusahaan sukses yang selalu mementingkan hasrat nafsunya setiap kali bersamaAmber. Sayangnya Amber sangat menyayangi laki-laki itu karena hanya Charles lahyang bisa memberinya tempat tinggal setelah kedua orang tuanya meninggal disebuah kecelakaan tiga tahun lalu.Amber sangat antusias masuk ke dalam kamar untuk mengganti bajunyadengan gaun putih yang akan segera mengikatnya sepenuhnya sebagai istri sahpewaris keluarga Evans. Namun, semua harapan itu ha
"Apa yang kau lakukan? Mencuri?!" Dia melangkah ke arah komporlistrik yang sangat kotor. Mungkin Mrs. Davis terlalu sibuk sampai tak punyawaktu untuk berbelanja ataupun membersihkan dapur.Ini masih terlalu pagi untuk bangun dan melakukan pekerjaan. Namun Ambersudah menyiapkan seluruh keperluannya untuk melamar pekerjaan di beberapaperusahaan berlatarkan pendidikan sekolah menengah atas yang ia miliki. Setelahitu, Amber menuju ke dapur untuk membuat sarapan.Amber membuka kulkas dengan harapan akan menemukan banyak makanan disana, tetapi dia hanya menemukan sebungkus roti, beberapa butir telur, dan tigabotol minuman. Amber menatap isi kulkas dengan tatapan nanar. Apa yang bisa diamasak dengan bahan makanan seperti itu?Amber membersihkan dapur dan menggoreng tiga butir telur. Mrs. Davismuncul dengan ekspresi sinis beberapa saat kemudian. Dia masih mengenakanmantel tidur dan rambutnya agak berantakan. Amber terkejut. Dia buru-buru mematikan kompor. "Tidak. Hanyamembuat sara
"Usiamu baru 21 tahun, tapi kau sudah hamil?" Laki-laki yangduduk di meja HRD itu menatap perut Amber dengan raut tak suka. Ini adalah toko kelima yang Amber datangi untuk melamar pekerjaan. Diamendapatkan empat penolakan secara berutut-urut hanya dengan satu alasan, bahwadia sedang hamil besar dan pihak toko tidak ingin mengambil risiko menerimaAmber di usia kandungan yang sudah sebesar itu.Amber datang ke toko yang menjual furniture ini karena dia melihat salahsatu karyawan yang sedang hamil. Siapa tau dia akan dapatkan pekerjaan juga.Tapi melihat bagaimana pihak HRD menatapnya, Amber tidak begitu yakin.Amber mengangguk percaya diri."Apa kau sudah menikah?""Tidak.""Apa pacarmu bertanggung jawab dengan anak itu?"Amber ragu-ragu menjawab. Dia takut jawabannya akan mempengaruhinyamendapatkan pekerjaan. "Tidak sekarang."Laki-laki botak itu mengelus janggut di dagunya. menatap Amber dengantatapan menilai. "Bagaimana jika kau melahirkan saat kau sedang melayanipelanggan?"
"Hallo, Miss!" sapa laki-laki dengan suara bariton dalam.Bibirnya tersenyum hingga memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Dia dudukdi hadapan Amber tanpa dipersilahkan.Pintu ruang kerja Amber diketuk perlahan. Amber yang sedangmemperhatikan layar komputernya, mengalihkan pandangan ke arah seoranglaki-laki dari balik pintu kaca. "Masuk!" kata Amber sambilmenganggukkan kepala.Amber sangat terkejut saat menyadari laki-laki jangkung di hadapannyaini bukanlah seorang remaja seperti yang ia pikirkan, laki-laki itu sudahdewasa dan hampir seumuran dengan Amber.Amber ragu-ragu mengambil keputusannya dengan memberikan pekerjaankepada laki-laki ini."Saya senang bisa bertemu secara langsung dengan anda, Miss AmberJenn."Amber hanya menatap datar."Ini beberapa berkas yang sudah saya siapkan. Saya sangatberpengalaman dalam bidang komunikasi. Saya pernah mengisi acara di radionasional, meskipun cuma seminggu. Saya juga membuat channel youtube sayasendiri tentang jurnal hidup saya
"Silahkan masuk, Nyonya Amber!" Nancy membukakan pintu.Memberi jalan untuk Amber agar bisa masuk ke dalam ruangannya.Amber keluar mobil dan berjalan di koridor sekolah dengan langkah tegap.Pandangannya lurus ke depan meskipun banyak sekali murid yang menatap penasaranke arahnya.Begitu sampai di depan ruangan Miss Nancy, orang yang memanggil Amberkemarin, dia mengetuk pintu dengan anggun.Ruangan yang elegan, pikir Amber setelah mendudukkan diri di sebuahkursi tempat Nancy mempersilahkannya."Tunggu sebentar, Nyonya. Putra Anda sedang dipanggil darikelasnya.""Baik, terima kasih." Beberapa saat kemudian, pintu terbuka lagi. Amber mengira itu adalahputranya, tetapi sosok yang muncul dari balik pintu adalah laki-laki jangkungyang Amber lihat di ruangan kerjanya kemarin.Amber nyaris tak berkedip karena keheranan."Siang, Miss!" Adam mengangguk ke arah Nancy. "Dan ...kita berjumpa lagi, Miss Amber!"Amber buru-buru mengalihkan pandangan dan menatap lurus untuk memperlihatkank