Suksesnya Wanita Terbuang

Suksesnya Wanita Terbuang

Oleh:  Stara  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Belum ada penilaian
16Bab
324Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Amber dikhianati oleh calon suaminya, Charles, tepat di malam pernikahan mereka padahal saat itu Amber sedang mengandung anak Charles yang sudah berusia 7 bulan. Amber kehilangan arah. Dia tidak punya keluarga, tidak punya kerabat, dan Charles mengusirnya dari rumah yang selama ini ia tinggali. Amber terlunta-lunta di pinggir jalan dalam keadaan hamil besar. Di saat Amber benar-benar membutuhkan pertolongan, seorang laki-laki membantunya mencarikan tempat tinggal. Siapa sangka laki-laki itu adalah seorang mafia yang berencana untuk merebut bayi di kandungan Amber. Amber tidak tau sebenarnya dia dalam ancaman.

Lihat lebih banyak
Suksesnya Wanita Terbuang Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
16 Bab
1. Calon Suamiku dan Sahabatku
"Apa yang terjadi?" tanya Amber dengan air mata berlinang. Gaun putih yang semula berada di tangannya terjatuh ke lantai. Tubuh Amber sepenuhnya melemas.Amber membuka pintu sebuah kamar bergaya victoria membawa gaunpernikahan di tangannya. Beberapa jam lagi akan berlangsung sebuah pestapernikahan di rumah ini. Pernikahan Amber dan Charles yang sudah dinanti-nantikan selama duabulan setelah Amber menyaksikan testpack hasil uji coba menunjukkanbahwa dia hamil. Amber telah lama menjadi kekasih Charles, lelaki pewaris sebuahperusahaan sukses yang selalu mementingkan hasrat nafsunya setiap kali bersamaAmber. Sayangnya Amber sangat menyayangi laki-laki itu karena hanya Charles lahyang bisa memberinya tempat tinggal setelah kedua orang tuanya meninggal disebuah kecelakaan tiga tahun lalu.Amber sangat antusias masuk ke dalam kamar untuk mengganti bajunyadengan gaun putih yang akan segera mengikatnya sepenuhnya sebagai istri sahpewaris keluarga Evans. Namun, semua harapan itu ha
Baca selengkapnya
2. Kedipan Nakal Sang Paman
"Apa yang kau lakukan? Mencuri?!" Dia melangkah ke arah komporlistrik yang sangat kotor. Mungkin Mrs. Davis terlalu sibuk sampai tak punyawaktu untuk berbelanja ataupun membersihkan dapur.Ini masih terlalu pagi untuk bangun dan melakukan pekerjaan. Namun Ambersudah menyiapkan seluruh keperluannya untuk melamar pekerjaan di beberapaperusahaan berlatarkan pendidikan sekolah menengah atas yang ia miliki. Setelahitu, Amber menuju ke dapur untuk membuat sarapan.Amber membuka kulkas dengan harapan akan menemukan banyak makanan disana, tetapi dia hanya menemukan sebungkus roti, beberapa butir telur, dan tigabotol minuman. Amber menatap isi kulkas dengan tatapan nanar. Apa yang bisa diamasak dengan bahan makanan seperti itu?Amber membersihkan dapur dan menggoreng tiga butir telur. Mrs. Davismuncul dengan ekspresi sinis beberapa saat kemudian. Dia masih mengenakanmantel tidur dan rambutnya agak berantakan. Amber terkejut. Dia buru-buru mematikan kompor. "Tidak. Hanyamembuat sara
Baca selengkapnya
3. Menjual Anak Sendiri
"Usiamu baru 21 tahun, tapi kau sudah hamil?" Laki-laki yangduduk di meja HRD itu menatap perut Amber dengan raut tak suka. Ini adalah toko kelima yang Amber datangi untuk melamar pekerjaan. Diamendapatkan empat penolakan secara berutut-urut hanya dengan satu alasan, bahwadia sedang hamil besar dan pihak toko tidak ingin mengambil risiko menerimaAmber di usia kandungan yang sudah sebesar itu.Amber datang ke toko yang menjual furniture ini karena dia melihat salahsatu karyawan yang sedang hamil. Siapa tau dia akan dapatkan pekerjaan juga.Tapi melihat bagaimana pihak HRD menatapnya, Amber tidak begitu yakin.Amber mengangguk percaya diri."Apa kau sudah menikah?""Tidak.""Apa pacarmu bertanggung jawab dengan anak itu?"Amber ragu-ragu menjawab. Dia takut jawabannya akan mempengaruhinyamendapatkan pekerjaan. "Tidak sekarang."Laki-laki botak itu mengelus janggut di dagunya. menatap Amber dengantatapan menilai. "Bagaimana jika kau melahirkan saat kau sedang melayanipelanggan?"
Baca selengkapnya
4. Adam dan Putrinya
"Hallo, Miss!" sapa laki-laki dengan suara bariton dalam.Bibirnya tersenyum hingga memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Dia dudukdi hadapan Amber tanpa dipersilahkan.Pintu ruang kerja Amber diketuk perlahan. Amber yang sedangmemperhatikan layar komputernya, mengalihkan pandangan ke arah seoranglaki-laki dari balik pintu kaca. "Masuk!" kata Amber sambilmenganggukkan kepala.Amber sangat terkejut saat menyadari laki-laki jangkung di hadapannyaini bukanlah seorang remaja seperti yang ia pikirkan, laki-laki itu sudahdewasa dan hampir seumuran dengan Amber.Amber ragu-ragu mengambil keputusannya dengan memberikan pekerjaankepada laki-laki ini."Saya senang bisa bertemu secara langsung dengan anda, Miss AmberJenn."Amber hanya menatap datar."Ini beberapa berkas yang sudah saya siapkan. Saya sangatberpengalaman dalam bidang komunikasi. Saya pernah mengisi acara di radionasional, meskipun cuma seminggu. Saya juga membuat channel youtube sayasendiri tentang jurnal hidup saya
Baca selengkapnya
5. Putraku dan Putrimu
"Silahkan masuk, Nyonya Amber!" Nancy membukakan pintu.Memberi jalan untuk Amber agar bisa masuk ke dalam ruangannya.Amber keluar mobil dan berjalan di koridor sekolah dengan langkah tegap.Pandangannya lurus ke depan meskipun banyak sekali murid yang menatap penasaranke arahnya.Begitu sampai di depan ruangan Miss Nancy, orang yang memanggil Amberkemarin, dia mengetuk pintu dengan anggun.Ruangan yang elegan, pikir Amber setelah mendudukkan diri di sebuahkursi tempat Nancy mempersilahkannya."Tunggu sebentar, Nyonya. Putra Anda sedang dipanggil darikelasnya.""Baik, terima kasih." Beberapa saat kemudian, pintu terbuka lagi. Amber mengira itu adalahputranya, tetapi sosok yang muncul dari balik pintu adalah laki-laki jangkungyang Amber lihat di ruangan kerjanya kemarin.Amber nyaris tak berkedip karena keheranan."Siang, Miss!" Adam mengangguk ke arah Nancy. "Dan ...kita berjumpa lagi, Miss Amber!"Amber buru-buru mengalihkan pandangan dan menatap lurus untuk memperlihatkank
Baca selengkapnya
6. Lelaki Pembuat Onar
Laki-laki berambut kecoklatan itu duduk berhadapan dengan Amber. Matanya berkedip aneh. Salah satu tangannya berada di atas meja, nyaris menempel dengan tangan Amber padahal semua orang tau perlakuan seperti itu sama sekali tidak sopan. Amber tidak memperhatikan apapun kecuali mendengarkan lawan bicaranya di telepon. Saat itu pintu terbuka dari luar. Wanita berusia 26 tahun masuk dengan ekspresi marah. "Amber, aku muak dengan laki-laki itu." Amber menoleh dengan ekspresi kesal. "Aku sedang menjawab telefon, Kaylin Hayes!" "Ya, tapi kau harus dengarkan aku. Laki-laki bernama Adam itu berani mengancamku untuk bisa masuk ke sini. Dia datang untuk ketiga kalinya sejak pagi. Kedatangannya sungguh meresahkan." Kaylin baru sadar ada laki-laki duduk berhadapan dengan Amber sedang menatap datar ke arahnya. "James, apa yang kau lakukan di sini?" "Cuma melaporkan masalah," sahut lelaki berambut coklat itu dengan ekspresi salah tingkah. "Kau sudah selesai? Kalau begitu, silahkan keluar!" Kay
Baca selengkapnya
7. Meminta Maaf
"Hey, penakut!" ejek Ovi ke arah Daniel yang sedang memakan sandwich di kantin sendirian. "Dasar penakut!" Ovi menjulurkan lidahnya. "Daniel tidak berani bicara di depan ibunya," jelas Ovi kepada teman-temannya."Mungkin karena dia tidak bisa bicara," sahut salah satu dari mereka lalu tertawa terbahak.Ovi mengajak teman-temannya mendekat ke meja Daniel. "Dasar penakut!"Daniel menggebrak meja. Gejolak emosi membakar dadanya. Matanya menatap marah ke wajah Ovi. Alih-alih takut, Ovi dan teman-temannya terbahak hingga menjadi satu-satunya suara terkeras di kantin."Kau pasti mau menangis, 'kan? Menangis saja sekarang. Aku mau menonton!" Ovi tertawa lagi.Daniel menarik kotak bekalnya dari atas meja dan berjalan keluar kantin diiringi suara tawa Ovi dan teman-temannya.Dia terus berjalan ketika seisi kantin menatap penasaran ke arahnya."Aduh!" Daniel sadar dia tidak memperhatikan jalan hingga tak sengaja menabrak seseorang di koridor. Makanannya berhamburan di lantai. Daniel menoleh ke
Baca selengkapnya
8. Hari Pertama
Adam sangat antuasias di hari pertamanya bekerja di perusahaan Amber J. Dia menyiapkan sarapan sambil berdendang riang bersama Ovi yang kini sedang menikmati roti bakar dan selai dari atas meja."When ... you want me!" dendang mereka sama-sama. Ovi tertawa-tawa karena sang ayah membuat nada seperti kakek-kakek tersedak."Papa, stop!" kata Ovi saat Adam ingin melanjutkan lirik lagunya. "Kau membuatku tertawa sampai sakit perut.""Oh ya?" Adam duduk di kursinya dan menggelitik perut Ovi sampai tawa gadis itu tak bersuara.Kring ...Keduanya menatap ke arah pintu utama saat seseorang membunyikan bel di depan rumah."Oh tidak, kau hampir telat!" pekik Adam, langsung menyiapkan tas Ovi yang sudah tergeletak di ujung ruangan. "Jangan sampai papa dipanggil ke sekolah lagi, oke? Jangan buat ulah!""Ya," sahut Ovi sambil mengedikkan bahunya. Dia merebut tasnya di tangan Adam. "Semoga hari pertamamu di sana menyenangkan.""Semoga."Itulah yang Adam bayangkan. Berangkat ke kantor dan memperken
Baca selengkapnya
9. Keadaan Kritis
Adam mengendarai mobilnya sampai ke rumah sakit. Tanpa mengunci mobilnya, dia langsung berlarian menuju ke ruangan Ovi. Kebetulan saat itu dokter sedang keluar dari sana."Dokter!" seru Adam dengan dasi longgar dan rambut berantakan. "Saya ... saya ayahnya. Apakah Ovi baik-baik saja?""Dia mengalami cidera cukup dalam di kepala yang hampir melukai otaknya.""Oh tidak." Adam menelan saliva sebisanya."Jangan khawatir!" Dokter menepuk bahu Adam yang masih berguncang. "Putri Anda sangat kuat. Dia sedang dalam masa kritis saat ini, tapi sebentar lagi dia akan membaik."Adam langsung menghambur ke dalam ruangan. Lampu temaram di tengah ruangan memperlihatkan putrinya terbujur lemas di atas brangkar berwarna hijau. Hidungnya terpasang nasal kanul, sedangkan kepalanya terbalut perban."Ovi ...." Adam merasakan tubuhnya tertusuk ribuan pisau tepat di dadanya, dan itu tidak seberapa daripada rasa sakit yang sedang dia alami ketika melihat putrinya yang ceria dalam keadaan seperti ini."Dia cum
Baca selengkapnya
10. Pengakuan Daniel
Hari berikutnya, Amber mendengar kabar bahwa Adam tidak berangkat ke kantor padahal hari ini adalah hari keduanya bekerja. Amber semakin dibuat marah. Memang bukan tugasnya mengurus karyawan, tetapi dia yang membuat kesepakatan untuk memberi waktu percobaan selama seminggu dan lelaki itu sama sekali tidak menganggap perintahnya serius.Keesokan harinya masih sama, Adam masih tak berangkat. Itu membuat keputusan Amber semakin bulat, dia akan memecat Adam sebelum menerimanya. Entah kenapa mengambil keputusan itu membuat Amber marah pada dirinya sendiri. Dia pernah terlena dengan cara Adam bicara, jujur saja, tetapi dia tidak ingin mengakuinya.Lagipula, Adam adalah tipe laki-laki yang suka main-main, buktinya dia tidak mengindahkan perintah Amber. Bahkan satu-satunya pekerjaan yang Amber berikan pun sama sekali tidak dikerjakan.Telepon berdering membuat lamunan Amber buyar. Dia menarik gagang telefon dan menjawab panggilan yang ternyata berasal dari resepsionisnya di luar."Ya, Kayli
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status