Suksesnya Wanita Terbuang

Suksesnya Wanita Terbuang

last updateLast Updated : 2023-06-11
By:  StaraOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
16Chapters
736views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Amber dikhianati oleh calon suaminya, Charles, tepat di malam pernikahan mereka padahal saat itu Amber sedang mengandung anak Charles yang sudah berusia 7 bulan. Amber kehilangan arah. Dia tidak punya keluarga, tidak punya kerabat, dan Charles mengusirnya dari rumah yang selama ini ia tinggali. Amber terlunta-lunta di pinggir jalan dalam keadaan hamil besar. Di saat Amber benar-benar membutuhkan pertolongan, seorang laki-laki membantunya mencarikan tempat tinggal. Siapa sangka laki-laki itu adalah seorang mafia yang berencana untuk merebut bayi di kandungan Amber. Amber tidak tau sebenarnya dia dalam ancaman.

View More

Chapter 1

1. Calon Suamiku dan Sahabatku

"Apa yang terjadi?" tanya Amber dengan air mata berlinang. Gaun putih yang semula berada di tangannya terjatuh ke lantai. Tubuh Amber sepenuhnya melemas.

Amber membuka pintu sebuah kamar bergaya victoria membawa gaun pernikahan di tangannya. Beberapa jam lagi akan berlangsung sebuah pesta pernikahan di rumah ini. 

Pernikahan Amber dan Charles yang sudah dinanti-nantikan selama dua bulan setelah Amber menyaksikan testpack hasil uji coba menunjukkan bahwa dia hamil. 

Amber telah lama menjadi kekasih Charles, lelaki pewaris sebuah perusahaan sukses yang selalu mementingkan hasrat nafsunya setiap kali bersama Amber. 

Sayangnya Amber sangat menyayangi laki-laki itu karena hanya Charles lah yang bisa memberinya tempat tinggal setelah kedua orang tuanya meninggal di sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.

Amber sangat antusias masuk ke dalam kamar untuk mengganti bajunya dengan gaun putih yang akan segera mengikatnya sepenuhnya sebagai istri sah pewaris keluarga Evans. Namun, semua harapan itu hancur saat Amber melihat dengan mata kepala sendiri, Charles sedang berciuman dengan seorang gadis yang tak lain adalah sahabat Amber sendiri, Jessica.

Charles buru-buru bangkit dari ranjang sambil merapikan jas pernikahannya dengan sudah setengah terbuka di depan dada. Wajahnya memperlihatkan rasa bersalah. Namun Jessica sama sekali tidak merasa bersalah. Justru dia menahan dada Charles dan memeluknya sangat erat seolah mencegah siapapun merebutnya.

"Charles ... seperti ini kau yang sebenarnya?" Air mata Amber berlinang. 

Charles menunduk dalam, memperlihatkan rasa bersalah. "Maaf, Amber."

"Kenapa tidak kau katakan sejak lama? Kenapa tidak kau hentikan saja pernikahan ini?!" bentak Amber sambil terisak. 

"Aku berusaha menghentikannya, tapi aku tidak berani bilang kepada ayah dan ibu," sahut Charles. 

"Pengecut! Kau pengecut, Charles!"

"Hey, tutup mulutmu!" sela Jessica. "Dasar tidak tau terima kasih. Apa kau lupa kau tinggal di sini tanpa membayar? Selingkuh atau tidak, itu bukan hakmu untuk mengatur Charles. Tutup mulutmu itu, jalang!"

"Jess!" pekik Amber ingin sekali berlutut di hadapan gadis itu agar dia mendapat belas kasihan karena telah mengharapkan pernikahan selama berbulan-bulan. "Please! Charles, apa kau benar-benar ingin bersamanya? Ini hari pernikahan kita dan aku mengandung anakmu." 

Charles mendongak untuk menatap Amber, lalu menatap Jess yang tersenyum menggoda ke arahnya. Bibirnya bergetar, ragu-ragu untuk menjawab. Tangannya perlahan menjauhkan Jessica dari samping tubuhnya membuat Amber nyaris menghela napas lega. "Maaf, Amber. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita berdua."

Bagai dijatuhkan dari ketinggian beribu meter ke daratan berbatu, Amber mematung seolah telinganya bermasalah. Sayangnya, telinganya berfungsi dengan normal, dan Charles benar-benar memilih sahabat Amber sendiri yang ternyata berkhianat.

"Ada anakmu di dalam perutku, ingat itu!" ancam Amber penuh emosi.

Charles hanya mengerling seolah tak mendengarnya, meskipun ada rasa bersalah menggerogoti sebagian isi hatinya. 

"Charles, kumohon!" Amber mendekati Charles. Tapi Jessica lebih dulu menarik Charles menjauh. 

"Maaf, permohonanmu tidak akan diterima. Pergilah dari sini. Aku yang akan menggantikanmu di altar pernikahan."

Amber sekali lagi merasa harga dirinya dijatuhkan hingga dia tak punya harga diri lagi. Rasa sakit menghunjam secara kasar ke dalam hatinya yang rapuh. Tangannya menahan perutnya yang sudah membesar. "Kau benar-benar tega, Charles."

"Pergi dari sini!" perintah Jessica dengan ekspresi jijik. "Pergi dari sini, pengemis!"

Amber tak berkutik. Menatap gaun pernikahan yang tergeletak di lantai, dia sudah membayangkan duduk bersama Charles di kursi pengantin, menciumnya di depan semua orang, tetapi imajinasi sejelas itu tidak cukup menjadi kenyataan. 

"Apa kau tuli?!" Jessica mendorong bahu Amber. "Sudah cukup menumpang di rumah ini. Pergi sana, cari orang lain dan manfaatkan dia sepuasmu seperti apa yang sudah kau lakukan kepada Charless. Tidak perlu khawatir dengan pernikahan ini karena akulah yang akan menggantikanmu. Pergi, Amber!"

Amber mengerjapkan matanya memikirkan mimpinya tak akan pernah terwujud selamanya. Dia menoleh ke arah Jessica, gadis yang selalu datang ke sini untuk menemaninya memasak setiap minggu, kedekatakan mereka membuat Amber menganggap Jess sebagai adiknya sendiri. Ternyata datangnya Jess di rumah ini bukan untuknya, melainkan untuk calon suaminya.

"Pergilah, Amber!" untuk pertama kalinya Charles berani mengusir Amber. Bibirnya bergetar penuh keraguan.

Amber menggeleng tak menyangka. "Aku benci kalian!" katanya lalu meninggalkan kamar itu sambil menahan perutnya yang semakin membuncit.

***

Gagalnya pernikahan itu bukan satu-satunya penderitaan yang Amber alami. Selama tiga hari terakhir Amber mencari apartemen yang bisa ia tinggali, sayangnya apartemen-apartemen yang ia temukan sangat mahal sedangkan ia cuma punya sedikit uang. Selama tiga bulan terakhir setelah penetapan tanggal pernikahan, keluarga Evans tidak memperbolehkannya bekerja, apalagi di tengah perutnya yang semakin membesar.

Amber terpaksa mendatangi paman dan bibinya yang rumahnya terletak di pinggiran kota. Itu adalah sebuah rumah sederhana di perumahan klasik yang punya koneksi lebih banyak dengan tetangga daripada di apartemen. 

Kedatangan Amber tidak membuat sepasang suami istri Davis merasa senang. Sebaliknya, mereka justru menganggap kedatangan Amber sebagai sebuah kesialan. Terutama karena melihat Amber yang datang dengan perut buncit tanpa suami di usianya yang baru 19 tahun.

Meskipun Mr dan Mrs Davis tidak punya anak mereka sama sekali tidak membenarkan hamil di usia muda apalagi bersama dengan laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab.

"Kudengar kau mau menikah," kata Mr. Davis saat Amber datang bersama dua koper besar di depan pintu.

"Aku tidak menikah," sahut Amber. Masih terlihat jelas sisa tangis di matanya yang memerah.

"Benarkah?" sahut Mrs. Davis dengan nada meremehkan. "Aku dengar, para tamu undangan di keluarga Evans kebingungan saat melihat wajah mempelai wanita tidak sama seperti di foto. Apa kau dikhianati?"

Amber menggeleng tegas. "Tidak."

Mrs. Davis tertawa mengejek. "Kau dikhianati. Lagipula, mana ada cowok kaya raya yang mau menikahi gadis tak berpendidikan dan jalang sepertimu. Bukankah sudah kubilang dari dulu sejak orang tuamu meninggal, tinggallah bersama kami. Tapi kau justru memilih menjadi seorang jalang."

Amber merasa tekanan besar mendorongnya tubuhnya semakin dalam ke bumi. Harga dirinya sucah hancur lebur. Begitu teganya bibinya menghinanya semenyakitkan itu. Padahal dia punya alasan kenapa selama ini lebih memilih tinggal bersama keluarga Eans. Dia tau Mr. Davis selalu berusaha menidurinya setiap kali dia di rumah ini. Saat ini, laki-laki mesum itu tidak akan melakukan itu karena Amber sedang hamil.

"Untuk apa kau datang kemari? Mengemis kepada kami dan minta perlindungan?" Mrs. Davis bangkit dari duduknya untuk meraih salah satu koper Amber. "Maaf, kami tidak buka kontrakan. Kau orang asing bagi kami," katanya lantas melempar koper itu keluar pintu. "Pergilah, tidak ada tumpangan untuk gadis jalang sepertimu."

"Honey!" sapa Mr. Davis. Bangkit dari duduknya dengan gerakan lemah lembut. Tangannya mengelus janggut lebat di dagu sambil memperhatikan tubuh Amber. "Kurasa, tidak ada salahnya memberinya tumpangan."

Mrs. Davis mengerling keheranan.

"Dia bisa meringankan kerjaan rumahmu," sambung Mr. Davis untuk menghilangkan kebingungan di wajah istrinya. Amber tau ada hal lain yang sedang pamannya pikirkan tentang dirinya lewat tatapan aneh itu. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa.

"Apa kau gila? Aku tidak mau kerepotan mengantarnya ke rumah sakit untuk bersalin. Apa yang akan kita katakan kepada dokter saat dokter bertanya bagaimana gadis semuda ini bisa hamil bukannya pergi ke sekolah?" Mrs. Davis meraih koper kedua untuk dibuang keluar seperti koper pertama. "Aku tidak mau tiap malam mendengar suara tangisan bayi, itu tidak baik untuk kesehatan kita, Richard!" kata Mrs. Davis seraya menendang koper itu tanpa belas kasihan. "Pergilah! Cari tumpangan lain. Kami bukan keluargamu."

Amber berusaha kuat menahan air matanya agar tidak keluar. Sudah cukup baginya terlihat lemah di depan semua orang, air mata hanya akan membuat rasa sakitnya berkali lipat lebih sakit.

"Honey, tidak seharusnya kita melakukan itu," kata Mr. Davis. "Bagaimanapun juga kau pernah punya nama belakang yang sama seperti gadis ini. Amber Jenn, Sarah Jenn." Mr. Davis menatap istrinya dan Amber satu persatu. "Kita bisa memberinya tumpangan selama beberapa hari sampai dia bisa menemukan rumah sendiri."

Mrs. Davis menatap tajam Amber yang masih menunduk. "Baiklah, demi suamiku. Dia baik, tapi aku tidak. Kau akan mendapat bentakan dan bersiap saja untuk sakit hati saat tinggal di rumah ini. Kau mengerti?"

Amber mengangguk. 

"Aku memberimu kesempatan selama seminggu. Aku tidak mau kau melahirkan di rumah ini. Aku tak sudi melihat tampang babimu. Selama waktu seminggu kau harus pindah dari rumah ini atau aku akan melemparmu sendiri dari jendela."

Amber mendongak untuk menatap Mrs. Davis yang lebih tenang daripada sebelumnya. "Aku akan pastikan aku akan dapatkan pekerjaan sebelum seminggu."

"Berhenti memperlihatkan air matamu, aku sama sekali tidak kasihan padamu. Bawa barang-barangmu masuk sebelum aku berubah pikiran!"

Amber mangngguk. Mengusap setetes air mata yang mengalir di pipinya. Sekejam apapun bibinya, dia tau dia pasti akan diterima di rumah ini. Setidaknya, dia sudah punya tempat bernanung, meskipun harus berhadapan dengan perkataan tajam bibinya dan tingkah misterius pamannya. "Ayo, Amber. Ini cuma beberapa hari," bisiknya sambil mengambil kopernya dari balik pintu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
16 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status