Pikiran Vania campur aduk. Bagaimana mungkin dalam sehari dirinya menjadi seorang penguasa wilayah dan bahkan sekarang Dia akan punya dua orang anak untuk dibesarkan. Vania tidak pernah terpikirkan untuk menikah atau memiliki anak bahkan di usia muda. Vania yang bercita-cita melajang seumur hidup tidak pernah terpikirkan untuk memiliki pasangan dan anak. Karena hal tersebut menurutnya sedikit memusingkan dan cukup merepotkan. Negaranya adalah negara dimana seorang perempuan hanya harus melayani laki-laki dan anaknya, tanpa mempertimbangkan keinginan dan potensinya. Perempuan hanya tahu kalau Dia harus cantik, merawat diri dan keluarganya saja. Potensinya terkubur dalam kebiasaan masyarakat yang merugikan perempuan. Vania yang ingin mandiri tanpa harus mengandalkan laki-laki untuk hidup itu bersikeras untuk mengubah kebiasaan negaranya itu. Cukup nyentrik memang idenya tapi juga agak ekstrim mengingat hal tersebut tidak umum di masyarakat.
Vania mengerutkan keningnya. Sekarang, dirinya adalah seorang penguasa wilayah 'Hhahahaha... kurasa aku akan gila.' Vania menjambak rambutnya. Siapa yang pernah menyangka hal tersebut.
"Huh..." hanya helaan nafas sangat berat yang keluar dari hidungnya. Setiap nafasnya kini menjadi sangat berat.
Energinya serasa habis. Berdebat dengan Count dan Countess Zernet sangat melelahkan. Vania yakin, masalah ini tidak akan selesai dengan sehari, melihat keduanya memutuskan untuk menginap lebih lama di mansion. Mereka berdua bahkan menyurati anaknya Lalisa untuk datang ke Duchy.
'Ah... Kinan dan Kesha, semoga mereka tidak termakan omongan ular beracun dari orang licik tersebut.'
Pikiran Vania mengembara entah kemana. Malam itu Vania membereskan barang-barangnya. Untuk pertama kalinya Dia memutuskan akan pindah ke mansion utama. Vania menyesal, kalau saja Dia tahu umur Kakaknya tidak panjang, Dia pasti ingin menghabiskan banyak waktu dengan saudaranya tersebut. Bukan berkutat pada buku-buku.
Saat ini yang ada dipikirannya adalah sahabatnya Amel. Dia ingin sekali bercerita dan berkeluh kesah dengan Amel. Temannya itu pasti sangatlah kaget kalau tahu situasi dan kondisinya.
"Apa? Kamu akan menjadi kepala wilayah?," suara Amel yang jelas dengan setengah berteriak kaget adalah bayangan yang ada di kepala Vena.
'Dia pasti akan berteriak histeris,' ucap Vania dalam pikirannya.
Tinta penanya terus menari diatas kertas. Sepertinya Vania cukup banyak bercerita kepada Amel.
Vania harus melepas tesisnya. Dia sekarang bahkan harus membaca buku-buku yang tebal dan banyak mengenai Duchy, juga buku-buku mengenai tumbuh kembang anak. Membesarkan seorang Putra dan Putri yang bukan anaknya sendiri. Pikirannya semakin rumit membayangkan hal yang belum terjadi. Bisa jadi kedua keponakannya menolak keberadaanya karena sedari awal mereka tidak pernah dekat. Jadi Vania memikirkan bagaimana Dia bisa diterima keponakannya. Hal apa yang harus Dia lakukan terlebih dahulu. Mengurus wilayah yang benda mati atau mengurus manusia yang benda hidup. Prioritasnya terbelah.
Vania sekarang bukan seorang Nona atau Lady. Malai besok Dia harus mulai terbiasa dengan panggilan baru 'Duchess of Ansel.'
***
'Nghh..." Vania menggeliat di bawah selimut. Ini adalah musim kemarau jadi malam hari sangat dingin. Matanya masih belum terbiasa ketika melihat sekeliling. Dia terbangun di kamar barunya. Kasurnya sama empuknya hanya ukurannya saja yang berbeda. Semalam Dia pindah ke mansion utama. Dia menempati kamar tamu yang cukup luas. Baginya kamar utama mendiang Duke dan Duchess masihlah bukan miliknya, meskipun kini Dia bergelar Duchess. Kamar tersebut akan Ia simpan untuk digunakan Kinan ketika dewasa dan telah menggantikan dirinya.
Vania bergegas membunyikan lonceng untuk memanggil pelayan. Seorang pelayan asing masuk. Bagi Vania yang terbiasa dengan Ani dilayani oleh orang baru membuatnya risih, jadi mulai sekarang Vania juga harus mulai tahu siapa saja pekerja di mansion itu.
"Siapa namamu?" tanya Vania.
"Hara Duchess." Suaranya sangat lembut, wajahnya menunduk ke bawah memperlihatkan kesopanan bawahan kepada atasannya.
'Kesan pertama yang baik' pikir Vena.
"Baiklah Hara, siapkan air mandi segera, Aku ingin mandi, lalu bawakan sarapan di kamar saja." Kata Vania memerintah.
"Baik Duchess."
Pelayan tersebut segera bergegas pergi melaksanakan perintah majikannya.
"Huh...," Vania menghela nafas lagi. Ini pertama kalinya Dia membuka mata dan langsung dipanggil Duchess.
Hari ini, Vania punya jadwal yang sangat padat. Pertama-tama Dia harus bertemu dengan Jeff, Kepala Pelayan mansion ini, lalu Dia juga harus bertemu dengan Nedd untuk membereskan administrasi. Vania juga harus meninjau beberapa dokumen menyangkut perihal wilayah, mempelajari urusan internal mansion juga menjadi pekerjaan rumahnya lalu yang terakhir bertemu dan berbicara kepada dua keponakannya.
'Sial!' umpat Vania, Dia baru sadar bahwa Count dan Countess Zergnet masih ada di mansionnya. Dia tidak bisa mengusirnya tapi juga tidak bisa mengabaikannya. Dua hal fakta itu membuatnya bingung.
"Aku harus meminta seseorang untuk mengawasi mereka, tapi siapa?...," Vania berbicara dengan dirinya sendiri. Sangat sulit baginya untuk memerintah, karena Dia merasa bahwa semuanya seperti mimpi dalam semalam. Lalu Dia segera sadar bahwa Dia tidak bermimpi dan semuanya nyata.
"Siapa yang bisa kupercaya di mansion ini?" saat Dia bertanya-tanya, Hara masuk memberi tahu bahwa air mandinya sudah siap.
"Ah ya Hara, terima kasih."
Kening Vania mengkerut, sekarang ini tangannya sedang memegang keningnya. Menandakan seperti orang sedang kepusingan.
"Anu.. Duchess, kalau ada yang bisa Saya bantu bilang saja, Saya akan membantu Duchess."
Mendengar kata Hara, seketika wajahnya langsung cerah.
"Betulkah?"
"Dengan senang hati Duchess!," Hara menjawab dengan senyum sumringah. Hara sangat prihatin dengan Nona Vania. Hara tahu Nona Vania sejak Dia masuk mansion ini, mungkin sudah sekitar 5 tahun yang lalu. Saat itu juga Vena sedang musim libur akademi, jadi Dia sudah tahu Nona Vania. Menjadi Duchess hanya dalam waktu semalam pasti Dia sangat kesulitan.
"Kalau begitu, bisakah kamu mengawasi pasangan Count dan Countess Zergnet Hara?"
"Ya?"
"Ah... Aku hanya ingin tahu apa yang mereka lakukan, terutama jika mereka mencoba mendekati Kinan dan juga Kesha"
Hara masih mencoba mencerna omongan majikan barunya itu.
"Apakah permintaanku terlalu berat?"
"Tidak, lupakan saja Hara"
"Ah.. tidak Duchess, maafkan Saya, sama sekali tidak berat!. Saya akan melakukannya. Saya dekat dengan Bibi, pengasuh Putri Kinan dan juga Kirma, pengasuh Tuan Muda Kinan" jawab Hara dengan segera.
"Saya akan menemui mereka Duchess, Saya akan sampaikan kepada mereka kalau-kalau pasangan Count dan juga Countess Zergnet bertindak tidak sopan!"
"Lalu... Asal Duchess tahu saja, semua pelayan di rumah ini tidak ada yang suka dengan Tuan Count dan Nyonya Countess Zergnet, jadi pekerjaan tadi sangat mudah bagi kami para pelayan"
'Aha... informasi baru yang sangat berharga!'
"Terima kasih Hara, Aku akan mengingat informasimu" jawab Vania dengan senyum yang lebar.
Sudah waktunya makan siang, tapi Vania masih berkomunikasi dengan Pengacara Nedd. Sejauh ini, semua agendanya berjalan lancar. Berbicara dengan Butler Jeff juga lancar. Karena Dulu Duke Gama dibantu Duchess Elis dalam mengelola mansion, Vania meminta bantuan Butler Jeff dalam mengelola mansion. Urusan internal mansions tidak sepenuhnya bisa Dia pegang, jadi Dia ingin mempercayakan Jeff untuk mengelola mansion. Tentu Dia tidak akan tinggal lempar, Vena hanya akan memantau untuk memastikan semuanya berjalan baik tanpa ada kendala. Vania masih butuh waktu untuk adaptasi dan belajar bagaimana cara mengelola mansion yang luas ini, apalagi terkait anggaran, Vania masih belum terbiasa.Sebetulnya Vania sangat pandai berhitung, tapi karena Dia tidak pernah menerima pendidikan suksesi maka semuanya adalah hal baru bagi Vania."Kruuuuk..." perut Vania berbunyi cukup nyaring. Bunyi tersebut membuat Vania malu, Dia bahkan menundukkan kepalanya karena malu jika harus bertatapan dengan Viscount Ned
Semua jadwal padat Vania yang melelahkan bisa dilalui Vania dengan sangat baik. Ini bukan pertama kalinya Vania mendapatkan jadwal yang padat. Saat dia mulai bersekolah di akademi hingga menjadi siswi menengah, Vania sudah mendaftar sebagai asisten profesor sehingga jadwal padat sehari-hari bukanlah sesuatu yang baru baginya. Itu adalah makanan sehari-harinya. Dia bisa menyesuaikan hal tersebut dengan baik. Mengatur waktunya dengan menyelesaikan permasalah Duchy satu persatu menjadi rutinitasnya. Tapi ini pertama kalinya, kepalanya dipenuhi oleh hal-hal baru dan semua hal baru tersebut penuh dengan tanggung jawab. Ada banyak orang yang akan bergantung dengan dirinya untuk kedepannya. Dia bahkan harus memikirkan nasib orang yang tidak pernah Ia kenal hanya karena mereka menjadi rakyat Kadipaten of Ansel. Tukang daging, tukang roti, penjual bunga, tukang kayu, tukang gerabah sampai bayi yang baru lahir pun kini jadi tanggung jawabnya selama Dia menjadi rakyat Duchy of Ansel.'Bukanka
Pagi itu Vania juga sarapan di kamarnya. Hara datang seperti biasa untuk melayaninya. Tapi hari ini Vania mendapatkan kabar dari Hara bahwa, Lalisa akan datang ke kadipatennya.'Ini adalah awal hari yang buruk,' mendengar kabar tersebut membuat Vania jadi kehilangan semangatnya. Saat mengingat jadwalnya hari ini, Vania sadar bahwa jadwalnya hari ini lumayan berat dan melelahkan. Hari ini Dia menjadwalkan untuk berkeliling dan meninjau beberapa pabrik textile peninggalan mendiang Duke.'Bukankah pemakaman saja Dia tidak datang, tapi setelah dapat surat Ayahnya dia langsung datang kemari.'Tindakan semacam tidak tahu diri itu sepertinya sangat melekat di keluarga Zergnet.Lalisa Zergnet adalah seorang perempuan yang usianya 4 tahun lebih muda dari Vania, itu artinya Dia sekarang berusia 18 tahun. Dia bersekolah di Akademi Zen yang ada di Kerajaan Beshy.Vania pernah bertemu sesekali dengan Lalisa, terakhir sekitar 2 tahun yang lalu. Vania yang saat itu menjadi perwakilan delegasi dari
Badan Vania sudah sangat lelah, bahkan makan siangnya tadi di restoran yang terkenal dengan kemewahan dan rasa hidangannya tidak begitu terasa nikmat. Setelah berkeliling beberapa pabrik dan mendengarkan keluh kesah dari masing-masing penanggung jawab pabrik, Vena menjadi kelelahan secara mental. Dia terlalu banyak mendengarkan keluahan sehingga pikiran negatif menumpuk di kepalanya.Di dalam kereta Dia membayangkan, setelah sampai Dia akan berendam dengan air hangat yang ditaburi bunga mawar. Rasanya pasti sangat nikmat. Setelah itu Dia baru makan dan tidur dalam pelukan kasur empuknya. Ya, Vania cukup merindukan kasur empuknya itu.'Astaga, apa sedang aku pikirkan' kata Vania tersadar, Dia hari ini juga harus meninjau dokumen wilayah Hydra yang terkenal dengan ekspor furnitur. Dia harus membuat peraturan mengenai ekspor furnitur agar gampang mengirim ke luar Kerajaan Merden. Banyak sekali pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Hidupnya menjadi lebih sibuk. Setiap akan tidur Dia
Lemari yang tengah terbuka tersebut memperlihatkan gaun-gaun indah koleksi desainer ternama."Astaga... lihatlah gaun berwarna hijau cerah tersebut. Itu adalah karya desainer Finn yang sedang naik daun" katanya tertawa senang. Kesha yang bingung melihat tingkah Lalisa hanya bisa diam mengamati. Rasanya ada perasaan aneh dan bersalah bahwa Dia sudah mengajak Bibinya Lalisa untuk memasuki kamar Ibunya.Tak berapa lama, Kinan yang tak sengaja lewat kamar Ibunya memergoki kamar yang terbuka. Begitu Dia tahu bahwa Bibinya Lalisa dengan senang menempelkan gaun-gaun indah dan mewah ke badannya , Kinan menjadi sangat marah. Begitu kurang ajarnya orang tersebut. Tanah makam Ibunya bahkan belum kering dan Dia sudah melihat orang asing yang katanya masih saudaranya tersebut datang mengacak-ngacak kamar Ibunya.Dan begitulah insiden kemarahan tersebut berlangsung hingga Vania datang. Count dan Countess Zergnet yang tengah pergi ke luar mansion pun tidak tahu apa yang dilakukan anaknya."Apa yang
Count dan Countess terus mengamuk dan meminta penjelasannya.'Wah, rasanya aku ingin membelah diri, apakah mereka tidak menerima penjelasan dengan gamblang. Kenapa mereka kemari dan membuat keributan'"Jadi Nona Vania, mengusir dan mengirim Nona Lalisa ke County karena mencoba masuk kamar mendiang Duchess sungguh berlebihan"'Ya ampun, aku ingin istirahat!'Vania melirik Jeff yang nampaknya mencoba menenangkan mereka."Butler Jeff, apakah Tuan Count dan Nyonya Countess tidak menerima penjelsan dengan rinci?" tanya Vania, Dia menyilangkan tangannya. Mata lelahnya dipaksa untuk kembali mode on."Sudah Saya sampaikan Nyonya, tapi Tuan Count dan Nyonya Countess tidak percaya!""Nona Vania...""Bukan Nona..." potong Vania ketika Count Zergnet hendak membuka mulut."Tapi Duchess atau Nyonya, Tuan Count. Sebagai tamu, anda juga harus menghormati tuan rumah," Vania menegaskan posisinya."Belum ada surat Kerajaan yang turun untuk menyatakan Nona Vena sebagai penerus dari Duchy of Ansel. Mengap
Kinan, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang sangat cerdas dan juga tampan. Dia tertarik dengan ilmu sihir setelah ayahnya, Duke Gama memunculkan pecahan sihir es ketika dirinya dalam bahaya. Waktu itu Kinan yang berumur 5 tahun ikut berburu di Hutan dengan Ayahnya. Karena mereka mencapai tempat terdalam hutan, pastilah hewan-hewan disana lebih ganas. Lalu saat keduanya sedang beristirahat, munculah serangan sekelompok Hyena. Gama yang sedang berada di dekat kudanya kaget. Kekagetannya lagi karena anaknya Kinan jauh dari jangkauannya, maka seketika itu Gama mengeluarkan sihirnya yang berelemen air. Sekelompok Hyena yang sudah kalah terkapar di tanah. Wajah Kinan membeku, awalnya panik karena ketakutan lalu berubah menjadi sangat takjub akan kekuatan ayahnya. Sejak saat itu, Kinan sudah sangat tertarik dengan ilmu sihir. Dia bahkan sudah membaca buku panduan sihir dasar sejak umur 5 tahun dan selesai menghefalnya setelah berumur 6 tahun. Ayahnya yang juga senang dengan minat anak
Hari-hari Vania menjadi sangat sibuk. Dia harus belajar sembari menyelesaikan urusan Duchy. Ini seperti training sekaligus praktik. Tidak mudah tapi tidak juga membuatnya ingin menyerah. Dia sudah menguatkan hatinya untuk menerima amanat mendiang Kakaknya. Rencananya, Vania akan mengurus Duchy sampai Kinan dewasa dan layak menjadi penerus Duke of Ansel. Setelah itu Dia berencana tinggal di daerah terpencil dengan bercocok tanam. Membayangkannya saja sudah membuatnya damai. Cita-cita yang dan mulia ini mungkin akan menguras waktunya dalam beberapa tahun. Dia menargetkan sampai umur Kinan 18 tahun. Itu artinya sekitar 10 tahun. Yah meninggalkan Duchy di umurnya nanti yang ke 32 bukanlah hal yang sulit dibayangkan. Meskipun orang-orang menganggap usianya segitu bagi wanita dan belum menikah, Dia akan dicap perawan tua, mungkin kebanyakan wanita pada umur 32 sudah memiliki 2 sampai 3 anak.Semenjak pelecehan yang pernah dilakukan oleh Bastian dulu ketika dirinya berusia 9 tahun. Dia jadi