Share

2. Hai kamu

"Azza, lo lama banget, deh." 

"Izzi, li limi bingit, dih," ucap Azza yang menirukan kalimat Nayla. "Lagian cuma lima menit doang lama. Apakabar lo yang nunggu balesan chat dari doi." 

"Ya ampun, gitu aja ngambek sayang ku," Nayla mencoba menggoda Azza yang mulai kesal padanya. 

"Jangan sentuh aku, om. Aku masih smp," setelah itu Azza langsung berlari ke dalam mobil dan pergi dari halaman rumahnya. 

Saat ini Azza dan teman-temannya sedang berada di sebuah kafe. Ya, hanya bertemu kangen, karena kesibukan sebagai siswa kelas akhir. 

"Eh, guys, tahu gak? Ternyata, si Fara udah tekdung duluan," ucap Nayla heboh menyampaikan sebuah berita yang menggemparkan jagad SMA Bimantara. 

"Serius?" Iqbal mendengar berita itu pun melotot kaget. 

"Ya, menurut lo?" 

"Lo tahu dari mana, Nay?" tanya Ibra.

"Heh, lo lupa? Fara kan tetangga gue." 

"Terus, bapaknya siapa, jeng?" tanya Iqbal sambil menirukan gaya berbicara ibu-ibu arisan, dan gibah pun di mulai.

Setelah puas bertemu, akhirnya mereka berpamitan pulang.

"Eh, Za, ikut gue ke toko buku dong," ucap Nayla, saat mereka masih berada di parkiran kafe. 

"Gak dari tadi, sih, lo." 

"Elah, gitu aja ngegas, udah ayo keburu malem ntar."

Tanpa menjawab, Azza pun masuk ke dalam mobil. Setelah lima belas menit perjalanan akhirnya mereka sampai. 

"Lo keliling aja dulu, Za. Gue mau cari bukunya masih ada atau enggak."

"Hmm," kemudian Azza melihat buku yang tertata rapi di rak. 

Hingga Azza menemukan sebuah buku yang menarik rasa perhatiannya. Ia mengambil buku itu dan berjalan mencari Nayla. 

Saat mencari Nayla, Azza tak sengaja menabrak seseorang hingga membuat buku yang mereka bawa terjatuh. 

"Eh, sorry," ucap Azza segera mengambil buku-buku yang terjatuh. Di saat bersamaan, orang tersebut juga berjongkok dan mengambil bukunya. "Gak apa-apa." ucap pria itu dan kembali berdiri.

Hening sejenak. Laki-laki itu mengamati wajah Azza yang menurutnya sangat manis. Ya, Azza memang lah gadis yang manis. Hei! ayo lah, laki-laki itu belum tahu jika Azza adalah gadis manis yang menyebalkan bagi siapapun yang mengenalnya.

****

Pagi yang cerah untuk manusia yang hobi rebahan. Ya, pagi ini SMA Bimantara sedang mengadakan acara lomba dimana setiap kelas akan menujukkan kekompakan tiap kelasnya.

Kini Azza sedang duduk di tribun lapangan, dan tak lupa para sahabatnya yang seperti perangko.

"Eh, Za, ada Bisma tuh, gila ... dia ganteng banget, ya," ucap Iqbal sambil bertopang dagu berniat menggoda Azza. 

"Heh, sejak kapan lo belok, Bal?" tanya Nayla.

"Jangan sekate-kate, ya, lo Agus. Gue gini-gini masih normal, lo gak lihat cecan se Bimantara pada suka sama gue." 

Sementara Azza menoleh melihat dimana Bisma berada. Saat ini Bisma sedang bermain sepak bola bersama timnya melawan tim kelas XI. Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, dan Azza langsung menoleh kearah lain agar tidak di kira masih berharap pada sang mantan. Semantara Bisma tersenyum manis kepadanya.

"Hai, baby," sapa Bisma saat melihat Azza duduk sendirian di kantin. Bisma langsung mengambil tempat duduk di sebelah Azza.

"Lo ngapain, sih, disini," ucap Azza kesal, mengapa ia selalu bertemu dengan Bisma yang sekarang menjadi mantannya. 

"Emang ini kantin punya bapak lo?" Azza tak menjawab pertanyaan dari Bisma.

"Widih, ada yang clbk, nih," ucap Ibra.

"Ekhem, saya mencium aroma-aroma bucin," ucap Iqbal yang sambil menghirup udara menirukan salah satu artis tv.

"Apaan, sih, jangan ngadi ngadi, deh,"

"Udah, lha, Za, kita itu emang cocok jadi pasangan serasi," goda Bisma.

"Eh, Bisma, gue kasih tahu, ya, Azza belum bisa move on dari lo," ucap Niko. Mungkin ini azab untuk Azza yang sering kali menggoda teman-temannya. 

Azza hanya diam tak menanggapi godaan dari teman-temannya. 

Setelah semua perlombaan selesai, kini para murid membersihkan kelas masing-masing dan alat sisa lomba. Bisma yang seperti perangko dan surat, selalu mengikuti kemana pun Azza pergi. 

"Lo ngapain, sih, ngikutin gue mulu," kesal Azza. Bisma hanya menggaruk kepalanya tidak gatal dan menunjukkan deretan giginya yang rapi. 

Di rasa semua sudah selesai, sedikit demi sedikit para murid keluar dari pekarangan sekolah. Azza yang sedang berjalan menuju parkiran sendirian, melihat seseorang orang yang tak asing baginya. Ia menyipitkan matanya untuk memperjelas pandangannya. 

Seketika mata Azza membulat. Ia tahu betul siapa orang di seberang sana. Namun Azza mencoba menahan emosinya dan tidak memperdulikannya. 

Tiba-tiba sebuah tangan menahannya saat ia akan membuka pintu mobil. Azza tahu siapa, Azza pun sudah menebaknya, dengan wajah datar ia membalikkan badannya menghadap seseorang yang berani menyentuhnya. "Udah gue bilang jangan nyentuh gue," ujarnya.

"Gue tahu lo tadi lihat gue berdiri disana, kenapa lo gak nyapa gue?" ketus perempuan itu, "hmm ... atau lo buta?" lanjutnya dengan ekspresi mengejek. 

"Hh ... Emang lo, siapa?" ucap Azza sambil menunjukkan senyum remeh. 

Perempuan itu, tak lain adalah saudari tiri Azza yang bernama Sofia. Ya, ia memiliki saudara setelah sang ayah Erik menikah lagi dengan perempuan lain dan mengkhianati Mamanya. Azza masih ingat betul bagaimana parasit itu masuk dalam kehidupannya. 

Jika orang lain pikir Azza adalah gadis yang ceria, maka itu salah. Azza sengaja menutupi itu semua agar ia tidak terlihat lemah di depan orang lain, belum lagi satu hal yang semua orang tidak akan pernah tahu. 

"Gue denger cowok gue sekolah disini, jadi gue kesini mau jemput dia sekaligus mau kenalin sama lo." 

"Apa gue perduli?" 

"Lo yakin gak perduli?" kata Sofia sambil melipat kedua tangannya dan bersender pada pintu mobil Azza. Azza yang muak pun mendorong tubuh kurus Sofia hingga sedikit tersungkur. 

Sofia yang kaget dengan perlakuan Azza, mengancam akan mengadu kepada ayahnya. "Awas, lo bajingan!" 

Azza yang mendengar itu pun hanya menatapnya malas lalu masuk kedalam mobil dan membuka kaca lalu mengacungkan jari tengahnya yang membuat Sofia mengumpat. 

"Akhh! Awas aja lo, Azza!" Teriaknya hingga membuat beberapa siswa yang berjalan keluar sekolah menatap aneh pada Sofia.

****

Seorang laki-laki sedang duduk di balkon kamarnya dengan beberapa laki-laki lain di dalam kamar yang sedang berkumpul ala-ala party. 

Laki-laki bertubuh kurus itu sedang memandang langit malam yang di hiasi bulan dan bintang. Terukir senyuman di wajahnya, ia seperti mengingat suatu hal yang belum pernah ia rasakan setelah sekian lama menghilang dalam hidupnya. 

"Woi! Senyum-senyum, udah gila, lo?" ujar teman dari laki-laki itu.

Datang lah seorang lagi ikut nimbrung, "tahu, si Andra lagi kasmaran kali," ucap Panji. 

"Apaan, sih," ucap Andra.

"Hallah, udah, lah, bro. Lo lupa? Kita udah jadi pren sejak masih rahim," sahut Novan. 

"Bro, gue seneng kalau lo udah bisa jatuh cinta lagi." 

"Jatuh cinta apaan, sih, lu pada. Halu!" 

"Heh, gue tuh pakarnya jatuh cinta, bre. Mana mungkin salah, iya, gak?" tanya Novan kepada Panji.

"Yeu ... Lo, tuh, buaya darat ekor sembilan. Sadar diri ngapa," Panji mengingatkan predikat yang sudah melekat dalam jiwa temannya itu sebagai playboy.

"Heh, gue masih mending, daripada lo, setan." 

Di bilang setan Panji pun tak terima dan meminta kejelasan, "apaan lo, setan?" 

"Lha, lo kan hobi banget bikin nyaman terus tiba-tiba ngilang," jelas Novan. 

"Wah, belum pernah di tenggelemin di sungai A****n, nih, bocah." Panji berdiri dan berjalan menuju Novan, "sini, lo buaya!"

"Apa lo, apa? Gelud? Ayo, gue jabanin," tantang Novan yang siap dengan gerakan silat. 

Andra yang lelah selalu melihat dua temannya itu hanya menggelengkan kepala. Tak lama seorang lagi datang dengan suara yang menggelegar, "hai, everybody! Pangeran Fani Putra Aditama kembali dengan membawakan kalian makanan." 

Novan dan Panji yang tadi sibuk dengan dunia mereka pun seketika berhenti dan berjalan kearah Fani. 

"Oke, kita isi energi. Habis itu kita lanjut," ucap Novan. 

"Oke, siapa takut," tantang Panji dan langsung melahap makanan. 

Tak melihat Andra, Fani pun menanyakan kepada dua temannya itu, "Si Andra mana?" 

"Ada, tuh, di balkon," jawab Panji. "Lagi jatuh cinta dia," sahut Novan sambil mengunyah makanan.

Fani pun datang menghampiri Andra yang duduk di pinggiran balkon sambil menatap langit malam, "Heh, babi! Makan, jangan makan cinta lu, gue gak mau lo mati dulu sebelum skripsi selesai." 

"Lo makan aja, gue kenyang." 

"Kenyang? Makan daun lo? Ah, terserah, masuk ke dalem, gak etis banget seorang Andra yang tampan masuk angin." 

Tak menjawab perintah dari Fani, Andra hanya tersenyum dan kembali melihat bintang-bintang di langit. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status