Share

3. Minggu

Hari ini Nayla dan Lisa sedang berada di rumah Azza , hari minggu adalah hari untuk bermalas-malasan bagi trio siput. Nayla yang sibuk memakai masker wajahnya dan Lisa yang sibuk dengan ponselnya, lalu dimana Azza? Ia hanya rebahkan tubuhnya di kasur sambil menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob.

Lisa menghela nafasnya, "Hah... Bosen banget, anjir." 

Nayla yang tampak menepuk-nepuk maskernya untuk memastikan apakah sudah benar-benar kering.

"Keluar, yuk, cari makan," ajak Azza.

"Gak mau, diluar so hot!" ujar Nayla setelah membersihkan masker wajahnya.

"Yaelah, lagian kita keluar pakai mobil kali, mbak."

"Lis, lo gak lihat apa tanaman di luar aja sampai layu karena pemanasan global yang berlebihan ini."

"Hillih! Drama banget lo, cocok banget jadi artis sinetron azab!" 

"Lo jahat banget, Lis," ucap Nayla mengdramatisir.

"Ah, banyak cincong lo berdua," Azza langsung berdiri mengambil jaket dan keluar dari kamarnya meninggalkan dua sahabatnya. 

Setelah memilih tempat makan akhirnya mereka sampai di sebuah restoran korea. Mereka bertiga masuk kedalam dan memesan beberapa makanan dan juga tak lupa minuman agar mereka tidak tersedak nanti. 

"Ada yang lain lagi?" tanya kasir.

"Emmm, tambah es milo satu, mbak," ucap Azza membuat kedua temannya merasa malu dan terdengar kekehan dari kasir, pegawai juga pengunjung resto. 

Nayla mendengar ucapan Azza pun menyenggolnya, "Heh, bujang! Lo gila apa? Di sini mana ada es milo." Bisiknya.

"Oh, kalau gitu saya pesen minumnya es teh anget aja, mbak," lagi dan lagi Azza membuat kedua temannya itu ingin hilang dari dunia yang fana ini.

"Hehe, maafin temen saya, ya, mbak. Temen saya lagi mabuk pengharum mobil tadi, maaf, ya, mbak," tak menunggu waktu lama Lisa segera menyeret tubuh Azza agar menjauh dan mencari tempat duduk.

Tak lama mereka mendapat tempat, makanan pun datang. Mereka memesan Ramyeon, Hotpot, Kimchi, dan juga Bolgugi, tak lupa minuman yang mereka pesan.

"Eh, bentar!" Lisa dan Azza yang akan mengambil makanan pun menoleh ke arah Nayla yang sedang bersiap untuk mengabadikannya dalam sebuah foto. 

"Anak seleb, harus update status dulu, boss," akhirnya Nayla pun sibuk mengambil beberapa gambar untuk di jadikan status di sosmed. "Nah, selamat makan."

"Gini, kek, dari tadi," kata Azza langsung menyantap Rameyeon. Begitu pula Lisa dan Nayla yang menyantap Hotpot dan juga Bolgugi.

"Emmm, enak banget makanan disini, gak nyesel kita langganan disini." 

"Hmm, bener banget, mana tempatnya instagrameble banget, pula." 

"Heh! Makan, tuh, diem. Keselek baru tahu rasa lu pada." 

Setelah menghabiskan makanan, mereka pun keluar dari restoran itu. Lisa tak sengaja melihat Sofia sedang berjalan dengan seorang laki-laki. 

Lisa hanya diam memperhatikan dua orang yang ada di seberang jalan. Seketika matanya membulat setelah tahu siapa mereka. Ya, mereka adalah Sofia dan juga laki-laki itu tak lain adalah Bisma. Ya, Bisma, mantan kekasih dari sahabatnya itu sedang duduk berdua di sebuah kafe.

Azza dan Nayla yang merasa anggotanya kurang pun mengedarkan pandangan dan melihat Lisa hanya berdiam diri melihat kedepan, "Heh, Maemunah! Lo gak ikut pulang?" tanya Nayla. 

"Lo berdua lihat disana," tunjuk Lisa menggunakan dagu tanpa menoleh, Nayla dan Azza menoleh kearah yang di tunjuk Lisa. 

**** 

Sinar mentari mulai menyinari, kini Azza sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah. Namun, ia tak melihat sang Mama berada di meja makan dan samar-samar ia mendengar suara keributan di luar sana.

"Siapa, sih, masih pagi juga," Azza berjalan keluar rumahnya, dan melihat Erik dan Vina sedang bertengkar. 

"Papa!" bentaknya. "Papa, apaan, sih, gak malu apa di lihat orang?" sambungnya.

Erik yang terlihat emosi pada Vina pun mengakat tangannya dan menunjuk wajah mantan istrinya, "Lihat, Vina, kamu gak bisa didik anak ku dengan benar. Sejak kapan dia berani membentak orang tua seperti tadi?" Azza bingung dengan perkataan Erik. Bagaimana bisa Erik menuduh sang Mama dengan tidak bisa mendidik anak dengan benar.

"Pa, harusnya papa sadar, Azza kayak gini itu karena papa!" 

"Berani kamu, Azza!" Erik mengangkat tangannya dan mendaratkan pada wajah Azza. Sebuah tamparan di pagi menjadi pengganti sarapannya hari ini. 

Azza merasakan pipinya panas, dan juga air mata yang akan jatuh. Ia menahan emosinya, sejak keluarganya pecah, Azza selalu merasa semuanya telah hancur. "Gini, cara papa didik anak?" ucap Azza.

Erik terdiam sejenak, sementar Vina hanya menangis melihat anak kesayangannya di perlakukan seperti itu, "Cukup! Sudah cukup, Erik! Sekarang kamu pergi dari sini, jangan sampai kamu berani lagi menginjakkan kaki mu di rumah ini!" bentak Vina.

"Aku akan ambil anak ku," setelah itu, Erik pergi meninggalkan ibu dan anak yang sedang merasakan syock.

"Kamu gak apa-apa, kan, sayang?" ucap Vina sembari menyisir rambut Azza yang sedikit berantakan. "Kita masuk dulu, yuk, sarapan. Tadi mama udah masakin kesukaan kamu, atau mama bawain buat bekal, sayang?" 

"Gak usah, Azza udah kenyang," dengan cepat Azza masuk kedalam mobilnya dan pergi dari halaman rumahnya. Vina sangat terpukul melihat anaknya menjadi seperti, Vina sangat rindu Azza yang dulu selalu menceritakan segala kejadian yang ada di sekitarnya. Tapi, meskipun begitu Vina sangatlah bersyukur jika sang anak mau menemaninya.

Azza berjalan sendirian di koridor sekolahnya, belum terlalu banyak murid karena jam masih pagi. Azza duduk di sebuah taman dan merenungi kejadian tadi pagi, ia masih tidak habis pikir dengan Erik ayahnya. 

Semenjak papanya mendapatkan keluarga baru, Azza merasa jika Erik kini menjadi orang yang pemarah bahkan papanya tak segan untuk melakukan hal kasar seperti tadi. Dengan enteng Erik menamparnya, padahal dulu papanya adalah seorang yang penyayang dan juga penyabar.

"Za, tumben lo dateng pagi banget," ucap Niko yang tiba dan duduk di sebelahnya. Tak lama Nayla, Iqbal, dan juga Ibra datang. 

Tak mendapat jawaban dari Azza, Niko pun menoleh dan melihat wajah Azza yang terlihat merah, "muka lo, kenapa, Za?" 

Nayla yang baru saja duduk di sebelah Azza pun langsung ikut melihat wajah teman Kesayangannya itu, "Si Erik, lagi?" tanya Ibra. 

Sambil memegang bekas merah di pipi Azza, Nayla merasakan perih di dalam hatinya, "Ini pasti karena si ular zumba sama ular bulu, itu," geramnya. 

"Ih, ku kira salah skincare, lho, kak," ucap Iqbal yang mendapatkan tatapan tajam dari teman-temannya. "Heh, sorry, biar gak tegang, bre," lanjutnya.

"Kita ke UKS, ya, Za, obatin dulu. Pasti perih," ajak Nayla. Namun Azza menolaknya, "Gue gak apa-apa, ntar juga ilang perihnya." ujar Azza.

"Gak, lo harus di obatin. Kalau lo biarin bakalan bengkak itu, Za."

"Ya, bener Nayla, Za. Lo mending ke UKS aja, ntar biar gue ijinin ke bu Rika,"sahut Niko.

Tanpa menunggu jawaban, Nayla langsung menarik tangan Azza dan membawanya ke ruang UKS. Ibra menarik kerah seragam Iqbal yang akan mengikuti Nayla dan Azza, "mau kemana?" 

"Ya, mau jagain Azza, lha, mau apa lagi." 

"Nggak ada masuk kelas, ikut pelajaran," ketus Ibra. 

"Kan, kasihan Azza gak ada yang jagain," protes Iqbal. "Azza udah ada Nayla sama petugas UKS buat jagain." ujar Niko. 

Dengan kepintaran yang di miliki seorang Iqbal, ia membuat sebuah alasan agar tidak ikut masuk pelajaran, "aduh, perut gue mules. Gue butuh toilet, pliss." 

"Hallah, alasan aja lo, Jamal. Cepetan masuk," tanpa basa basi Niko pun menyeret Iqbal untuk masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status