Share

Surat dari Azza
Surat dari Azza
Penulis: Hahoo

1. Azza

Azza Kharisma, gadis delapan belas tahun yang di kenal banyak orang sebagai pribadi yang manis dan ceria. 

"Woi! Masih pagi udah ngelamun aja, ntar radak siangan dikit kenapa?" 

"Apaan, sih!" 

"Ipiin, sih. Lagian lu ngapain pagi pagi mukanya di tekuk kayak kanebo kering aja," ucap Azza kepada sahabatnya yang bernama Nayla. 

Azza memang di kenal banyak orang sebagai pribadi yang mudah untuk bergaul dengan siapapun. Terutama Nayla, temannya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. 

"Za, lo udah putus beneran sama Bisma?" ucap Nayla saat mereka masuk dalam kelas dan duduk. 

Azza yang lelah dengan pertanyaan yang sama pun hanya memutar bola matanya malas. Pasalnya, ia tak suka jika masalalunya masih ada yang mengungkit kembali, "ya, menurut lo." 

"Hillih, sayang tahu! Lo sama Bisma tuh udah dua tahun dan itu gak lama lho, Za."

"Ya, terus?" 

"Hah? Terus? Wah! Lo mau gue getok pakai penghapus papan, hah? Kesel gue lama lama sama lo." 

"Lo masih pagi udah emosi aja, mau penuaan dini?" 

Nayla akhirnya mengalah dalam berdebatan kecil ini. Tak lama Niko, Iqbal, dan Ibra datang.

Niko dan Iqbal yang mempunyai jiwa receh sejak bayi selalu membuat Ibra yang masuk gerbang sekolah bersama hanya diam menahan malu. Bagaimana tidak, Niko dan Iqbal sejak masuk halaman sekolah selalu menggoda adik kelas mau pun teman seangkatan.

"Selamat pagi, wahai kaum julid!" ujar Iqbal sembari masuk kedalam kelas. Sementara Niko dan Ibra berada di belakang sedang sibuk tebar pesona.

"Masih pagi woi! Teriak teriak. Lu pikir, nih tempat punya nenek moyang lo." 

"Wah, santai dong, mbak. Masih pagi udah kayak kompor meledak aja. Heran gue," ucap Iqbal.

"Tahu! Emak lo dulu ngidam towak masjid, ya, Nay. Lo juga, Bal, emak lo dulu juga ngidam sound sistemnya orang punya hajatan apa? Lebih heran gue." 

"Elah, Za. Sensi amat jadi manusia abad dua puluh satu," ucap Iqbal, lalu tak lama bel masuk berbunyi. Jam pelajaran pun di mulai. 

"Azza, mana tugas kamu?" tanya bu Rini, guru matematika paling killer di sekolah.

"Lho, Emang kemarin ibu ngasih tugas?"

"Gak usah banyak cincong, hormat bendera sampai jam pelajaran saya selesai." 

"Lha, gak bisa gitu dong, bu," ucap Azza memelas, mungkin hari senin adalah hari dimana Azza akan selalu dihukum. 

"Nawar? Oke, lari lapangan sepuluh kali." 

"Hmm, kayaknya enak lari, ya, bu," tanpa menunggu jawaban lagi, akhirnya Azza keluar dari kelas dan menuju lapangan untuk berlari.

Bukan Azza namanya jika melaksanakan tugasnya dengan baik. Setelah berlari lapangan, ia pergi ke kantin sekolah untuk mengisi perutnya yang sudah kosong setelah berlari. 

Azza berjalan menuju stand makanan, "Mbak, bakso satu kayak biasanya sama es milo." 

"Siap, mbak Azza," ucap mbak Ida, penjual bakso dan segera meracik bakso pesanan pelanggan kesayangan itu. 

Baru saja Azza memakan baksonya tiba-tiba seseorang memanggil namanya, "Azza! Siapa yang suruh kamu malah makan di sini?" 

"Aelah, pak, laper habis lari pagi." 

"Ke ruang saya, sekarang," ujar guru BK, yang bernama pak Andre. 

"Sekarang?" tanya Azza dengan wajah tanpa dosa.

"Iya, sekarang. Masak tahun depan, kan kamu udah lulus kalau tahun depan. Cepat!" 

Azza pun mengangguk dan berdiri dengan membawa mangkok bakso tak lupa dengan satu gelas es milo kesukaannya, "Mbak, mangkoknya di balikin nanti, ya," ucap Azza sambil sedikit berlari.

"Azza!" pekik pak Andre yang merasa pusing jika sudah berhadapan dengan Azza. 

Setelah mendapat bimbingan dari pak Andre, Azza pun kembali ke kantin untuk menemui teman-temannya yang kini sudah memasuki jam favorit para siswa, yaitu jam istirahat. 

"Eh, Za. Kita nanti kumpul ke rumah Lisa, yuk," ucap Nayla.

"Em, boleh, jam berapa?"

"Pulang sekolah, sama kita hang out, udah lama kita gak jalan bareng. Gila kali, lha. Otak gue rasanya udah mau pecah," ucap Nayla dengan ekspresi mendrama ala korea.

"Nay," 

"Apa?" 

"Memandang mu, hmm, najis!" ucap Iqbal dengan bernada. 

"Sialan, lo Jamal!" 

"Apa lo, Agus!" 

"Wah, ngajak ribut nih, anak RT sebelah," Nayla pun berdiri sambil menggulung lengan seragamnya dan mengambil posisi kuda-kuda menantang Iqbal.

Niko pun sudah lelah yang selalu melihat kedua temannya seperti kartun Tom and Jerry, "Ayo! Maju lo sini, Jamal! Takut kan, lo!" Nayla sudah siap dengan kedua tangannya yang menggenggam dan meninju angin.

"Hmm, ayo! Banyak cincong lo, Agus!" tak kalah gaya dengan Nayla, Iqbal pun berdiri dan bergaya ala Bruce Lee.

"Lo berdua lama-lama saling suka, lho," ucap Azza yang membuat Nayla dan Iqbal menoleh bersamaan.

"Gak!" ucap Iqbal dan Nayla pun juga bersamaan, membuat Azza mempunyai ide julid. 

"Tuh, jawabnya aja barengan." 

Ibra yang suka dengan ke julidan pun mengikuti jejak Azza untuk menggoda Nayla dan Niko, "Za, kayaknya kita bakal dapet undangan, nih."

"Hah? Siapa?" ucap Niko yang pura-pura kaget.

Nayla yang kesal dengan tingkah teman-temannya yang selalu menggodanya hanya menahan umpatan dalam hatinya.

                                                                                              ****

"Azza, bangun sayang. Udah sore," ucap wanita parubaya sambil mengetuk pintu. Merasa tidak ada jawaban, wanita itu mengangkat tangannya dan membuka knop pintu. 

Wanita itu melihat seorang gadis yang masih tertidur pulas dengan boneka karakter idol korea.

"Azza, bangun, nak."

"Emmm, iya bentar, Ma." 

"Udah sore sayang, ayo bangun mandi. Mama udah gak tahan bau kamu asem." 

"Ih, mama." 

"Makanya ayo bangun." 

"Iya." 

Begitu lah Vina kepada anak kesayangannya. Ia bersyukur Azza mau menemaninya, meskipun ia tahu ada rasa kecewa dalam hati sang anak. Cerita di masalalu membuatnya takut, Vina takut jika sang anak akan membenci orang tuanya. 

Azza adalah harta satu satunya yang Vina punya sekarang. Ia hanya ingin melihat sang anak selalu tersenyum, Vina akan terus melakukan apa saja asalkan sang permata hatinya selalu bahagia. 

"Kamu udah nentuin mau kuliah dimana, Za?" 

Azza mendengar pertanyaan itu pun menghentikan aktifitas makannya. Ya, kini Vina dan Azza sedang berada di meja makan, "Azza kayaknya kerja aja deh, ma." Azza menggelengkan kepalanya. " Azza gak mau ngerepotin mama," lanjutnya.

"Eh, enggak sayang. Kan ini emang kemauan kamu, kalau kamu pingin kuliah. Lagian mama juga masih bisa tahu biayain kamu kuliah," ucap Vina.

"Ya udah, habis ujian Azza daftar kuliah, tapi mama janji jangan di pikul sendiri. Azza bisa bantuin mama. Azza selalu ada buat mama, mama harus jaga kesehatan juga." 

Vina yang mendengar tiap kalimat yang keluar dari Azza pun tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, Vina sangat lah bersyukur mempunyai buah hati yang hangat dan juga perhatian padanya. Vina berharap ia bisa melihat Azza selalu mengukir senyum di wajahnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status