Share

5. Ular Zumba

Hari ini, Azza sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menunggu teman-temannya datang. Satu hal menjadi kebiasaannya, berkumpul bersama teman-temannya membuat Azza sedikit melupakan segala masalahnya. 

"Hai, bestie!" sapa Iqbal.

"Yang lain, mana?" 

"Ada, bentar lagi juga masuk," ucap Iqbal, lalu mengambil tempat duduknya. 

Tak lama Lisa datang, dan di susul Nayla, lalu Ibra dan Niko. Kali ini mereka hanya berkumpul untuk membahas tempat mereka akan kuliah.

Namun, tanpa sengaja Nayla melihat meja di seberangnya. Ia melihat seorang gadis yang seusianya duduk bersama seorang pria. 

"Eh, guys! Ada ulet bulu." 

"Hah? Mana, aaaaa ... gak mau, mama," teriak Lisa heboh yang membuat beberapa pengunjug kafe menoleh padanya.

"Ishh, bukan itu maksud gue," kemudian Nayla memutar kepala Lisa ke arah yang di maksud dan di ikuti yang lainnya. 

Mereka melihat Sofia duduk bersama pria seperti orang sedang pacaran, "helleh, si om itu belum tahu aja kalau gue lebih jago dari, ulet bulu." ucap Iqbal yang seperti mengejek tingkah lawannya. 

"Eh, itu beneran Sofia?" tanya Lisa untuk meyakinkan dirinya sendiri. "Ya, terus, menurut lo, siapa?" ucap Nayla.

Azza hanya diam melihat saudari tirinya itu, ia sudah menduga jika ibu dan anak sama-sama berharga murah. 

Lalu tak lama Sofia dan pria itu berdiri hendak pergi dari kafe, namun Sofia malah menghampiri meja Azza dan teman-temannya. "Apa? Lo mau ngadu ke papa?" Azza tak menjawab, lalu Sofia melanjutkan ucapannya lagi, "Lagian, si tua bangka itu udah gak bakal percaya, lagi, sama lo." 

"Oh, ya?" setelah lama hanya berdiam, akhirnya Azza mengeluarkan sebuah kalimat yang mungkin tak di duga. "Tanpa lo sadari, orang lain udah tahu seberapa murahnya harga diri yang lo punya, Sofia Maharani." 

"Lo, tahu, harga makanan disini sama harga daripada diri lo, itu, lebih mahal harga makanan disini," lanjut Azza. 

"Apa, lo bilang?" marah Sofia. 

"Ya, bahkan lebih mahal harga parkir di kafe, ini, daripada harga diri lo yang murah." 

Kini emosi Sofia sudah berada di ujung kepalanya. Untuk pertama kalinya, ia dihina sebegitu rendahnya. Hei, itu benar, kan? Diana dan Sofia adalah ibu dan anak yang sama-sama berada di garis yang sama. 

"Sialan!" kini Sofia menarik rambut panjang Azza yang tergerai. "Bajingan, lo!" 

Tak mau tinggal diam, teman-teman Azza dan beberapa pengunjung lainnya ikut membantu memisahkan kedua gadis itu. Sampai Sofia mendorong keras tubuh Azza sampai menabrak meja di belakangnya, alhasil Azza pingsan akibat kepalanya terbentur. 

"Lo, gila?!" Bentak Nayla, "harusnya, lo sadar diri! Lo udah rebut kebahagiaan sahabat gue! Lo yang udah ambil semua yang dia punya! Mau lo apa, sih? Gak puas lo terus usik kehidupan sahabat gue?" lanjutnya.

Sementara yang lain sibuk membawa Azza keluar dari kafe itu. 

Sofia bingung dan panik, ia tak menyangka jika akan terjadi seperti ini. Sofia pun pergi berlari keluar kafe, satu pengunjung bersiap mengejar Sofia, namun di tahan oleh Nayla. 

"Gak usah di kejar, mas. Makasih, biar ini jadi urusan keluarga mereka," ucap Nayla kemudian berlari masuk kedalam mobil dan menyusul Azza yang sedang di bawa ke rumah sakit. 

Setelah Azza sadar, "Azza, ada yang sakit?" tanya Lisa.

Namun Azza hanya menggeleng. 

"Gue telfon mama, lo, ya." 

"Jangan, gue gak mau mama khawatir." 

Iqbal yang geram pun hanya bisa mengomeli dua parasit itu di belakang,"gila, ya, si anak ular zumba, itu, gak enak gak anak sama aja. Lagian, lo ngapain, sih, gak tabok aja mereka, Za. Ih... gemes gue." 

Gue gak se kuat yang kalian kira. 

"Yaudah, kalau udah enakan kita pulang, ya," ucap Nayla, dan Azza hanya mengangguk.

****

Pengumuman ke lulusan kelas XII akhirnya sudah keluar, beberapa siswa berada di depan papan pengumuman untuk melihat hasil ke lulusan mereka. 

"Azza, kita lulus!" ucap Nayla dengan gembira. 

Azza hanya tersenyum, semenjak kejadian dimana Sofia mendorongnya hingga pingsan, tidak ada lagi gangguan dari dua parasit itu. 

Ia mengira semuanya telah berakhir. Tapi, itu semua salah. Di sini lah semua cerita mulai tertulis di sebuah kertas kosong. 

Kini, Azza dan teman-temannya sepakat untuk masuk ke universitas yang sama meskipun berbeda jurusan. Alasannya simple, agar mereka sering bertemu. 

"Din, kumpul di rumah lo, aja, ya," ucap Azza saat mereka mendapat tugas kelompok dari dosen.

"Boleh, kita kerjain jam berapa, nih?" tanya Dinda. 

"Terserah, lagian masih minggu depan." 

"Oke, gue balik dulu, ya, bye," akhirnya Dinda pergi meninggalkan Azza. 

Azza berniat pergi ke warung depan kampusnya, namun ia tak sengaja melihat Bisma jalan bergandengan tangan dengan Sofia. Sofia yang melihat itu, dengan sengaja menghampiri Azza.

"Hai, apakabar?" sapa Sofia, sementara Bisma hanya diam. Ia terlihat risih dengan sikap Sofia. 

Jujur saja, Bisma sangat tidak menyukai Sofia. Sofia yang terlalu manja dan cerewet membuat Bisma ingin pergi menghilang dari dunia agara tidak bertemu perempuan seperti Sofia. 

"Eh, mau, kemana?" tahan Sofia agar Azza tidak pergi sebelum lawannya emosi.

"Kenalin, pacar gue." 

"Sof, apaan, sih!" ucap Bisma.

"Lo ... Nggak cemburu?" Azza masih bungkam.

"Za, jangan di denger." 

Azza hanya menampilkan wajahnya datar, lalu ia menyibakkan rambutnya ke belakang telinga dan berkata, "Apa? Sorry, Gue gak denger." terlihat ia sedang menggunakan earphone.

Sofia terlihat sangat emosi, untuk kesekian kalinya ia gagal membuat Azza marah. "Awas, lo, Azza!" Azza hanya terus berjalan tanpa menghiraukan teriakan dari musuh bebuyutannya dan melambaikan tangannya.

****

"Aakh!" Sofia membuka pintu secara kasar dan membuat beberapa orang pekerja di rumahnya kaget. 

"Kamu kenapa, sih?" tanya Diana keluar kamarnya setelah mendengar teriakan serta bunyi pintu yang di banting keras. 

"Kenapa, sih, Ma. Azza, tuh, selalu menang dari aku." 

"Kenapa, lagi, dia?" 

"Aku udah bikin dia pingsan, aku juga udah ambil Bisma dari dia. Tapi, kenapa dia cuma santai aja." 

Terdengar Diana mengehela nafasnya. Mereka berdua seperti tidak puas membuat keluarga Azza menderita.

"Hah ... Mama juga bingung, kenapa si tua bangka itu gak mati-mati," gerutu Diana. 

"Kayaknya mereka itu sebenarnya, hama, deh, Ma. Susah banget musnahnya."

"Ya, udah, kamu jangan nyerah, dong."

"Kok, jadi Sofia yang jangan nyerah. Terus mama ngapain?"

"Ya, mama tinggal duduk, aja. Terima beres," ucap Diana dengan santai.

Sofia yang juga kesal kepada Ibunya pun pergi ke kamarnya. "Dasar, anak gak tahu sopan santun." ketus Dian. 

Kemudian, Diana melanjutkan membuka sebuah halaman katalog brand ternama dan melihat beberapa barang keluaran terbaru.

"Wah, ini bagus. Tinggal klik, tunggu barang datang." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status