Home / Romansa / Surga Semalam / 4 Pria Biadab

Share

4 Pria Biadab

Author: Heartwriter
last update Last Updated: 2025-03-26 00:56:01

Celine terbangun dan merasakan sakit di bagian selangkangannya. Ini membuat Celine menggigit bibirnya.

Celine sangat kaget karena dia berada dalam keadaan telanjang bulat. Dia kemudian mulai memikirkan apa yang terjadi semalam pada dirinya.

Awalnya agak sulit baginya untuk mengingat semua yang terjadi semalam. Apalagi kepalanya masih sangat sakit.

Bercak merah yang ada di bagian pahanya dan juga di bagian kewanitaannya membuat Celine mulai menangis.

Celine menuju ke arah kamar mandi dan menangis di sana. Celine menangis di dalam bathtub yang dia isi air. Hatinya sangat sakit karena apa yang terjadi semalam.

Celine berusaha untuk mengingat-ingat akan apa yang terjadi semalam. Otaknya bekerja keras untuk mengurutkan apa yang terjadi semalam.

Dan itu tidak mudah, karena sebagian besar malam yang Celine lewati itu, saat dia dalam keadaan tidak sadar atau setengah sadar.

Yang Celine ingat, sahabatnya menghubunginya dan memintanya datang ke restoran di sebuah hotel. Di sana sahabatnya memberikan minuman orange juice yang langsung tandas oleh Celine.

Setelah itu, Celine mulai merasa pusing, kemudian karena sakit kepala yang tidak tertahankan, Celine pasrah saja saat Lisa, sahabatnya itu mengajak Celine ke kamar hotel tempat Lisa menginap.

Celine kembali histeris membayangkan apa yang terjadi padanya tadi malam. Walaupun ingatannya samar-samar, tapi Celine masih ingat saat laki-laki itu terus berupaya memaksanya walaupun dia sudah menolak berkali-kali.

"PRIA BIADAB!" Celine melampiaskan kemarahannya yang meluap. Celine tak habis pikir bagaimana bisa seorang pria dengan teganya memperkosa wanita yang sedang dalam keadaan tak berdaya.

Celine masih ingat akan ekspresi wajah lelaki itu yang sangat menikmati tubuhnya, walaupun Celine tidak bisa mengingat dengan jelas wajah lelaki itu.

Usai meluapkan seluruh emosinya di kamar mandi saat Celine balik ke kamar, dia melihat ranjang yang masih meninggalkan noda keperawanannya dan ini membuat Celine kembali terisak.

Tangis Celine kembali pecah. Dia sangat membenci lelaki itu, lelaki yang telah merebut kesuciannya. Celine bersumpah bahwa dia tidak akan pernah memaafkan lelaki itu.

Celine menemukan handphonenya dan dengan amarah yang bergelora, dia segera menelpon Lisa, yang dia anggap menjual dirinya kepada lelaki yang mengambil keperawanannya.

"Lisa, tega banget kamu melakukan ini kepadaku!" sergah Celine sebelum Lisa mengucapkan sesuatu di ujung sana.

"Apa maksudmu, Celine? Kamu di mana? Aku mencarimu sejak semalam. Semalam itu aku mau membawamu ke kamarku tapi waktu aku baru saja akan membuka pintu kamarku, kamu sudah tidak ada. Aku mencarimu kemana-mana sampai aku kerahkan seluruh pegawai di hotel ini untuk mencarimu. Tapi kamu tidak ada."

"Kenapa begitu?"

"Aku tidak tahu. Tapi semalam itu kamu terlihat kurang sehat. Kamu sakit kepala. Ada kemungkinan kamu salah masuk kamar, Celine."

Celine berusaha mengingat-ingat semuanya. Ingatannya sangat samar, tapi mendengar kata-kata Lisa tadi, dan mendengar nada suara Lisa yang terdengar sangat mengkhawatirkannya maka Celine mulai percaya lagi kepada Lisa.

"Apa yang terjadi padamu, Celine dan kamu ada di mana sekarang?"

Celine langsung keluar dari kamar ini dan melihat ke arah nomor kamar. Setelah itu, dia menyebutkan nomor kamar itu kepada Lisa dan mematikan handphonenya.

Beberapa saat kemudian, Lisa mengetuk pintu kamar dan begitu Celine membuka pintu kamar, Lisa langsung berkata, "ternyata kamu ada di sini. Kamar ini jaraknya 4 kamar dari kamarku. Nampaknya kamu memang sudah diculik orang atau salah masuk kamar waktu aku sedang membuka pintu kamarku."

Celine terdiam. Dia berusaha memperhatikan wajah Lisa untuk mencari tahu apakah kebenaran atau kebohongan yang sedang dikatakan oleh Lisa ini tapi melihat wajah khawatir Lisa, Celine mulai mempercayai Lisa. "Ugh ... mungkin itu yang terjadi."

"Semalam aku bersama karyawan hotel terus mengetuk pintu kamar ini tapi tidak ada yang membukakan pintu kamar ini. Karena itu, kami mencoba mengetuk pintu kamar lainnya bahkan mencoba di lantai 9 dan juga lantai 10. Aku bahkan tidak tidur karena terus mencarimu, Celine. Teleponku juga tidak pernah kamu angkat."

Celine teringat kalau ada sekitar 34 kali miscall di handphonenya dan miscall itu berasal dari nomornya Lisa, karena itu Celine semakin mempercayai Lisa.

Celine memeluk Lisa dan menangis di bahu Lisa. "Huhuhu. Aku diperkosa, Lisa. Hiks, aku diperkosa di kamar ini."

"Siapa yang memperkosamu? Mana dia? Biar aku menghajarnya. Aku tidak peduli biar dia seorang lelaki besar."

"Aku tidak tahu, Lisa. Orang itu sudah pergi waktu aku bangun. Yang jelas, aku memiliki ingatan samar kalau orang itu terus memaksaku walaupun aku sudah meminta dia untuk berhenti tapi dia tidak mau berhenti. Dia terus memaksaku. Huhuhu. Huhuhu."

Senyuman licik menghiasi wajah Lisa. "Tenang, kawanku. Sekarang ini, kamu sudah aman. Kalau dia berani datang ke sini, maka aku sendiri akan menghajarnya!"

"Bawa aku pergi dari sini. Huhuhu. Aku tidak ingin berada di kamar terkutuk ini," tandas Celine.

"Oke. Tapi kamu harus cuci muka dulu. Kamu terlihat sangat kusut karena habis menangis."

"Iya, Lisa." Celine segera masuk lagi ke kamar mandi untuk cuci muka.

Sementara itu, Lisa menatap penuh kemenangan ke arah dalam kamar ini, menatap ranjang yang acak-acakan, menatap puas ke arah noda darah di sprei ranjang.

"Hihihi. Celine si gadis alim yang menjadi idaman semua cowok di kampus termasuk Reynold yang sangat aku cintai itu, sebentar lagi, imagenya akan berubah jauh menjadi gadis nakal yang akan dijauhi para lelaki yang selama ini menginginkan cintanya."

"Sebentar lagi, video panas saat Celine menikmati malam pertamanya akan dipasang di kampus dan semua orang akan menertawakan Celine. Semua orang akan membahas tentang Celine dan Celine tidak akan punya muka lagi untuk berada di kampus. Hihihi." Lisa tersenyum puas akan semua yang dia lakukan ini.

Mata Lisa tertuju ke arah sebuah kertas yang ditindih oleh pulpen di atas sebuah meja di kamar hotel ini.

Ternyata itu adalah surat yang ditinggalkan Jason untuk Celine. Saat membaca surat itu, Lisa menjadi geram. "Huh, ternyata betul kata Tony, temannya itu langsung jatuh cinta kepada Celine. Aku tidak mau mereka berdua jadian! Celine harus menderita! Dia tidak boleh bahagia."

Setelah berpikir seperti itu, Lisa langsung mengambil surat yang ditinggalkan Jason dan mengantonginya. Dia berencana untuk membuang surat itu supaya tidak pernah ditemukan oleh Celine.

Beberapa saat kemudian, Lisa sudah kembali memasang wajah prihatinnya di depan Celine yang baru saja keluar dari kamar mandi. Setelah itu, dia pun mengantar Celine keluar dari kamar ini.

Dengan wajah munafiknya, seakan peduli akan sahabatnya, Lisa mengantar Celine ke rumah orang tuanya Celine.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Surga Semalam   164 Selina Cemburu

    Bella tergagap, wajahnya pucat pasi, "Aku hanya... aku hanya lupa sejenak... Luke, aku tidak sengaja."Selina mendecak lidahnya dua kali, "Nona Hayes bilang dia lupa, jadi anggap saja dia lupa. Logan, ayo kita ke balai lelang."Logan melirik Bella dengan dingin, "Terserah kau saja."Bella terhuyung, hampir kehilangan keseimbangan.Saat mereka berdua berjalan pergi, Bella mengepalkan tinjunya erat-erat, tak mau menerima kekalahan. Air mata menggenang dan akhirnya jatuh saat ia tersedak, "Luke, aku tidak menyangka Selina akan membenciku sebesar ini. Logan dan aku hanyalah teman biasa... Mungkin seharusnya aku tidak kembali ke desa..."Namun, alih-alih mendapatkan penghiburan yang ia harapkan, Luke hanya bertanya, "Bella, apa kau benar-benar lupa memberitahuku kalau mereka sudah menikah?"Seluruh tubuh Bella menegang sebelum ia dengan cepat berubah menjadi lebih menyedihkan, "Luke, apa kau juga meragukanku?"Luke ragu-ragu, merasa sedikit bersalah, "Bella, bagaimanapun juga, kau dan Loga

  • Surga Semalam   163 Kebohongan Terbongkar di Tempat

    Seorang pemuda berusia awal dua puluhan berdiri di sana, rambut pirangnya berkilau di bawah lampu, seluruh auranya memancarkan kesombongan.Mendengar kata-kata Selina, ia langsung meledak marah, menundukkan kepala saat bersiap untuk mengumpatnya."Kau—"Namun, tepat saat ia melihat wajah menawan Selina, ekspresinya tiba-tiba memerah, dan ia terpaksa menelan kembali kata-katanya, "Kau, aku..."Sial, wanita jalang ini sebenarnya cukup seksi. Apakah ini tipe yang disukai Logan?Selina tidak tahu siapa pemuda ini, tetapi ia mengenali orang yang berdiri di belakangnya—Andrew.Ah, anjing piaraan setia Bella.Wajah Andrew menegang karena marah saat ia menggertakkan giginya, "Beraninya kau muncul di pelelangan ini? Apa kau tahu Bella akan datang dan memutuskan untuk mencuri darinya dengan sengaja?!"Selina tidak bisa berkata apa-apa kepada anjing piaraan itu. Ia berbalik hendak pergi, tetapi sekelompok pewaris generasi kedua yang kaya dengan cepat menghalangi jalannya."Katakan sesuatu! Apa k

  • Surga Semalam   162 Untung Kau Tahu Tempatmu

    "Karena kau mengakui bahwa dia adik iparmu, Vivian, apa yang membuatmu berpikir bahwa kau, seorang putri angkat, bisa dibandingkan dengan istriku, Nyonya Reid?"Nada bicara Logan acuh tak acuh, "Atau lebih tepatnya, siapa yang memberimu keyakinan untuk percaya bahwa kau bernilai 1,9 miliar?"...Ruang ganti itu hening.Air mata Vivian menggenang di bulu matanya, wajahnya memerah karena malu, "Logan, bagaimana bisa kau berkata begitu tentangku...?"Logan memperhatikan air matanya menetes ke gelang itu. Biasanya, pemandangan seperti ini—seorang wanita cantik menangis dengan lembut—mungkin mengharukan. Tapi baginya, itu sungguh menjijikkan.Dia sedikit mengernyit, lalu mencondongkan tubuh ke dekat telinga Selina dan bergumam pelan, "Perhiasan yang sudah dipakai orang lain—kita tidak membutuhkannya."Ekspresi Vivian membeku. Logan benar-benar membenci air mataku?!Selina mengerjap, "Kenapa tidak? Harganya 1,9 miliar. Bisakah kau membantuku mendapatkannya kembali?"Jakun Logan bergerak-ger

  • Surga Semalam   161 Hanya Bermakna Jika Itu Milikmu

    Suara Logan tenang dan tak tergoyahkan, "Aku punya gaun dan satu set perhiasan yang dibuat khusus untukmu beberapa waktu lalu, tapi aku tak pernah sempat memberikannya padamu. Hari ini hari yang tepat untuk mengambilnya—kau bisa memakainya ke pelelangan."Perhiasan yang dibuat khusus... Selina menelan ludah, "Perhiasan jenis apa?""Satu set lengkap berlian ungu langka."Selina tak kuasa menahan batuk. Set berlian ungu langka itu?!Ia ingat ketika berlian-berlian itu dilelang setengah tahun yang lalu—Justin bahkan pergi menonton lelang untuk bersenang-senang. Akhirnya, seseorang membelinya seharga 1,9 miliar, dan Selina mendesah melihat betapa banyaknya orang kaya di dunia ini.Tapi ternyata, pembelinya adalah Logan!Bukan hanya itu, ia bahkan membuatnya menjadi satu set perhiasan... untuk dikenakannya ke pelelangan?!Selina ragu-ragu, "Logan, bukankah itu terlalu mencolok?"Nada bicara Logan tenang dan tegas, "Nyonya Reid, berdiri di sampingku berarti kau akan menjadi pusat perhatian.

  • Surga Semalam   160 Pengalihan Aset Tersembunyi

    Logan melangkah maju, tatapan tajamnya menyapu Profesor White, lalu ia menunduk dan bertanya, "Apakah Anda diganggu?"Tangan Selina masih perih karena tamparan itu saat ia mengeluh keras."Nyonya Hanks ingin membela Tom, mengatakan bahwa menyiram asam sulfat hanyalah lelucon, memaksa saya untuk meminta maaf, dan mengancam akan mengeluarkan saya."Ekspresi Logan semakin dingin.Sebelum ia sempat berbicara, suara laki-laki terdengar dari luar pintu."Bapak Rektor Taylor, adik perempuan saya kuliah di Universitas Anda. Dia selalu menjadi mahasiswa teladan yang berperilaku baik. Masalah hari ini membutuhkan penjelasan kepada keluarga Turner," kata seorang pria.Bapak Rektor membuka pintu dan menatap Profesor White dengan kecewa.Di belakangnya ada tiga pria.Setelah Kevin selesai berbicara, Justin mengerutkan kening dan menambahkan, "Keluarga Gray hanya punya satu anak perempuan, Selina. Bapak Rektor Taylor, apa maksud anggota kampusmu menyebut putri Keluarga Gray kami seorang 'pelacur'?"

  • Surga Semalam   159 Siapakah Dia Sebenarnya?

    Logan melirik laporan keuangan Hanks Group dengan santai. Tak lama kemudian, Jack mengetuk dan memasuki kantor."Pak, Presiden Hanks dari Hanks Group ingin bertemu Anda."Logan menyeringai. Biasanya, ia tak mau repot-repot bertemu dengan orang-orang sepele seperti itu, tetapi saat ini, ia merasa agak lucu. Ia mengangguk, "Biarkan dia masuk."Presiden Hanks terhuyung-huyung masuk ke ruangan, dan saat melihat Logan, ia langsung berlutut dengan suara gedebuk keras."Pak Reid, kumohon! Kasihanilah dan ampuni Hanks Group!"Pagi itu, saham Hanks Group telah dijual dengan harga sangat murah, dan seluruh rantai keuangan mereka runtuh. Presiden Hanks tidak tahu apa yang terjadi. Setelah bertanya melalui banyak koneksi, ia akhirnya mengetahui bahwa itu terkait dengan Pak Reid.Tetapi ia tidak tahu bagaimana ia telah menyinggung Logan sejak awal!Berlutut di lantai yang dingin, ia gemetar dalam diam, keringat dingin membasahi punggungnya. Seluruh ruangan terasa sunyi senyap hingga—Logan mendeng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status