Share

Separuh Imbalan

Author: 9inestories
last update Huling Na-update: 2025-07-31 09:22:42

-----

Langit-langit kristal berpendar dalam kehangatan cahaya keemasan. Alunan string quartet terdengar dari sudut ruangan, berpadu dengan denting gelas wine dan gumam basa-basi para undangan yang saling menilai lebih banyak lewat sorot mata daripada kata-kata.

Di salah satu sisi ballroom, Mia berdiri anggun di samping seorang pria berkebangsaan Swedia -Duta Besar Carl Fredriksson -yang malam itu mengenakan setelan midnight blue dari Loro Piana. Di lengannya, menggantung manis sang istri, Annika, seorang perempuan tinggi dengan rambut pirang keperakan yang ditata klasik, mengenakan gaun merah maroon Valentino.

Mia mengenakan long-sleeved sheath dress berwarna hitam satin, potongannya ramping memeluk tubuh seperti sarung sutra pada keris. Sebuah belahan halus di paha kiri mengintip ketika ia bergerak. Rambutnya digelung rapi, menyisakan beberapa helai yang jatuh lembut di pelipis. Di lehernya, liontin emerald kecil berkilau tenang, kontras dengan kulitnya yang pucat.

"Jakarta semakin g
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Surya di Batas Senja   Transaksi di Atas Kabut Gairah

    "Jangan kira ini sudah selesai," bisik Mia, jemarinya mengusap lembut bibir Surya yang masih basah oleh jejak ciuman mereka. "Kau belum cukup meyakinkanku untuk menerima tawaran itu."Ia menarik napas panjang, lalu memutar tubuhnya perlahan. Dengan satu dorongan ringan, Mia menuntun Surya untuk duduk kembali di kursi. Tubuhnya lalu mengikuti, melingkar di atas pangkuan pria itu dengan gerakan yang penuh kendali.Mia mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan, membuat tubuh mereka kembali berpadu, kali ini dalam irama yang lebih dalam. Desah napas mereka memenuhi udara, bagai simfoni rahasia milik dua pendosa yang tak ingin diampuni.Surya menggenggam pinggang Mia, namun tidak untuk mengarahkan, melainkan untuk menyerahkan kendali sepenuhnya padanya. Mia melemparkan kepalanya ke belakang, tubuhnya melengkung dalam tarian kenikmatan yang ia ciptakan untuk dirinya sendiri."Ini mengingatkanku pada masa kampus…" bisik Mia, sambil mempercepat gerakannya, penuh sengaja dan kuasa. Kedua tangann

  • Surya di Batas Senja   Separuh Imbalan

    -----Langit-langit kristal berpendar dalam kehangatan cahaya keemasan. Alunan string quartet terdengar dari sudut ruangan, berpadu dengan denting gelas wine dan gumam basa-basi para undangan yang saling menilai lebih banyak lewat sorot mata daripada kata-kata.Di salah satu sisi ballroom, Mia berdiri anggun di samping seorang pria berkebangsaan Swedia -Duta Besar Carl Fredriksson -yang malam itu mengenakan setelan midnight blue dari Loro Piana. Di lengannya, menggantung manis sang istri, Annika, seorang perempuan tinggi dengan rambut pirang keperakan yang ditata klasik, mengenakan gaun merah maroon Valentino.Mia mengenakan long-sleeved sheath dress berwarna hitam satin, potongannya ramping memeluk tubuh seperti sarung sutra pada keris. Sebuah belahan halus di paha kiri mengintip ketika ia bergerak. Rambutnya digelung rapi, menyisakan beberapa helai yang jatuh lembut di pelipis. Di lehernya, liontin emerald kecil berkilau tenang, kontras dengan kulitnya yang pucat."Jakarta semakin g

  • Surya di Batas Senja   Rahasia di Ketinggian 38 ribu Kaki

    -----Kabin bisnis ITA Airways diselimuti ketenangan eksklusif di bawah cahaya siang yang menyilaukan. Sinar matahari menyusup lewat jendela oval pesawat, memantul lembut di permukaan meja kecil di samping kursi. Di luar, langit biru terbentang luas, awan-awan tipis tampak melayang seperti kabut kapas di kejauhan. Tapi ketenangan itu tidak menjalar ke dalam hati Senja.Ia duduk di samping Mia, perempuan yang seharusnya menjadi teman perjalanan biasa, tapi kenyataannya menyimpan terlalu banyak teka-teki.Kursi direbahkan setengah, tirai jendela tak sepenuhnya ditutup, dan udara dalam kabin beraroma citrus dari penyegar ruangan. Pramugari baru saja menawarkan prosecco dingin dan kacang panggang. Senja menolak. Ia memilih teh lemon. Mia, seperti biasa, mengangguk sopan tanpa benar-benar memperhatikan."Boleh aku tanya sesuatu, Mia?" Suara Senja pelan, nyaris larut dalam dengung mesin pesawat dan obrolan samar dari penumpang lain yang sedang menikmati siang panjang di langit Eropa.Mia me

  • Surya di Batas Senja   Perempuan Berjaket Kulit di Terminal 3

    -----Bandara Leonardo da Vinci–Fiumicino, Roma. Pagi itu cerah, tapi angin musim panas dari Laut Tirenia yang merayap masuk lewat celah-celah terminal membuat udara tetap terasa lembap.Jam masih menunjukkan pukul sepuluh kurang dua puluh. Bandara sudah penuh sejak pukul enam, seperti sarang lebah yang tak pernah tidur. Di Terminal 3, deru koper dan langkah kaki menjadi irama tak kasatmata, bersatu dengan suara pengumuman berbahasa Italia dan Inggris yang bergema dari pengeras suara.Bau kopi dari kedai Espresso House bercampur dengan aroma logam, parfum mahal, dan jejak peluh manusia yang ingin pulang, meninggalkan, atau memulai sesuatu yang baru.Dan di antara semua itu, duduklah Senja.Ia memilih bangku dekat jendela besar yang menghadap ke landasan pacu. Jendela itu memantulkan bayangan dirinya -rambut panjang yang digulung rapi, bibir pucat tanpa polesan, dan mata yang tak bisa berbohong meski seluruh tubuhnya tampak tenang.Ia baru saja menyelesaikan check-in. Paspor, boarding

  • Surya di Batas Senja   Sore Terakhir di Roma

    -----Senja sedang mencari Damian sore itu untuk berpamitan. Esok pagi, ia akan kembali ke Indonesia. Pihak hotel telah mengonfirmasi jadwal kepulangannya, sesuai arahan dari Surya.Ia sempat turun ke lantai lima -tempat Damian biasanya menginap. Namun, penghuni baru di kamar yang dulu ditempati Kelam mengatakan bahwa Damian tak terlihat sejak semalam.Senja pun memutuskan untuk menelepon. Damian menjawab dan memberi tahu bahwa ia sedang berada di lobi hotel. Tanpa berpikir lama, Senja melangkah turun ke sana.Lobi hotel terbalut cahaya jingga yang jatuh lembut dari langit senja. Waktu menggantung di antara sore dan petang. Aroma kopi hangat bercampur samar dengan parfum tamu-tamu asing -yang mengisi udara dengan kesan yang tak sepenuhnya asing bagi hati yang sedang tak tenang.Senja melangkah perlahan. Ia menarik napas panjang, sebelum berjalan mendekat.Di salah satu sudut sofa, Damian tengah duduk bersama seorang perempuan Latin berambut panjang, berwarna cokelat terang dengan seny

  • Surya di Batas Senja   Gairah Sepanjang Layar

    -----Senja mendengar geraman panjang dari Surya, disusul raungan namanya yang menggetarkan. Suaranya dalam, serak, dan sarat kepuasan yang liar -membuat sekujur tubuh Senja terasa terbakar. Bulu romanya meremang. Kedua kaki Senja mengatup gelisah, sementara kepalanya mendongak dengan mata terpejam rapat.Dalam khayalannya, tubuh Surya meliuk di atas tubuhnya, bergerak dalam ritme yang memabukkan. Bibir Senja pun tak kuasa diam, meracau manja, merapal mantra-mantra nakal untuk tubuh si pria."Mas Surya…" desahnya tertahan, sebelum tubuhnya melengkung, tersentak oleh gelombang dahsyat yang melumat kewarasannya.Spontan, kedua tangan yang semula sibuk menyusuri tubuhnya sendiri kini meremas sprei dengan gemetar. Jemarinya mencengkeram erat, seolah mencari pegangan dari gelombang kenikmatan yang menghantam tanpa ampun. Tubuhnya melengkung ke atas, gemetar hebat, sebelum akhirnya jatuh lunglai kembali ke atas ranjang dengan napas yang tersengal.Ini gila!Senja tahu benar sensasi ini -kar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status