Kring.... kring....kring ....
Kris memencet tombol speakerphone tanpa mengangkatnya
"Ya Nina...."
"Pak Kris ada telepon dari bu Maura, dia bilang ingin bicara dengan pak Leon, saya sudah bilang pak Leon sedang tidak ada di kantor tapi dia terus memaksa ingin bicara dengan pak Leon"
"Ya sambungkan saja padaku, biar aku yang bicara"
Nina mentransfer panggilan Maura kepada Kris
"Selamat siang bu Maura, saya Kris ada yang bisa saya bantu" sapa Kris ramah
"Dimana Leon? Kenapa aku tidak bisa menghubungi ponselnya?"
"Pak Leon sedang butuh istirahat nona Maura jika ada yang ingin disampaikan nanti saya sampaikan"
"Jangan bercanda padaku, istirahat apanya... aku kemarin masih minum kopi dengannya"
"Begitu ya nona"
"Apa dia masih bersama gadis itu? Siapa gadis itu... kudengar namanya Hana... apa hubungan mereka sebenernya ?"
"Saya ti
Vania baru saja hendak berendam dalam bath tube jika tidak mendengar bel rumahnya berbunyiIa memakai kembali dresnya lalu membuka pintu rumahnya . Dua orang pria tidak dikenal langsung menginterogasinya"Dimana suamimu?" Tanya Leon dengan nada membentak"Kalian siapa? Aku tidak kenal dan tidak mengerti ucapan kalian?""Bu Vania mohon maaf, nama saya Nathan. Saya karyawan di perusahaan suami anda, dan ini saudara sepupu saya. Bisakah kami tahu dimana pak Viko sekarang""Dia belum pulang, memangnya ada urusan apa sampai sepupumu ini membentakku""Cepat hubungi suamimu sekarang" Leon memerintah Vania"Apa kau tidak bisa bersikap lebih santun terhadapku?""Aku tidak bisa menunggu lagi, suamimu menculik calon istrikku""Apa maksud nya ini? Apa ini lelucon? Mana mungkin suamiku menculik calon istrimu? Memangnya siapa calon istrimu itu ? Jangan sembarangan menuduh ya , aku kenal
Hana terbangun dengan pusing yang hebat di kepalanya. Kedua matanya ditutupi sehelai kain berwarna hitam membuat gadis itu tak bisa melihat apapun"Apa ini... Kenapa pandanganku gelap?"Ia mencoba bergerak namun tubuhnya tak bisa digerakkkan karena kedua tangan dan kakinya diikat di sebuah kursiApa, aku sedang diculik? Tanya Hana di dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Tunggu bukankah aku sedang bersama pak Viko tadinya...."Wah sudah bangun ya rupanya....." sapa seorang lelaki yang suaranya tak asing ditelinga HanaHana mendongak mencari asal suara"Pak Viko apa itu anda?" Tanya Hana memastikan"Menurutmu aku siapa?"Kini suara itu dibisikkan tepat disebelah telinga kiri Hana."Apa yang anda lakukan kepada saya?" Bibir Hana gemetar ketak
Hujan....Hana menatap hujan deras dari balik kaca loby kantornya. Tiga puluh menit yang lalu ia sudah pulang kerja namun karena hujan. Hana dan teman-teman kantornya yang akan pulang memutuskan menunggu sampai hujan diluar reda"Hana.... Kamu mau married ya ?" Anne menepuk pundak Hana dari belakang"Iya mba Anne ko bisa tahu?"Karena seingatnya Hana belum sempat cerita ke teman-temannya di kantor kecuali Nathan dan Bu Marie"Dari Bu Marie , dia bilang katanya kamu mau married tadi dia minta cariin pelamar kerja buat gantiin posisi kamu ""Nanti teman-teman di kantor di undang ya"Hana mengangguk"Wah enggak nyangka ya, kamu masih muda malah nikah duluan, ngelangkahin kami-kami ini yang udah kepala tiga""Iya sih hidup itu kadang enggak adil buat wanita" Tina ikut nimbrung"Laki-laki se
Leon berbaring di samping Hana di atas sofa. Pria itu menaruh tangannya di cekungan leher Hana kemudian mencium lembut di sana . Ada seulas senyum bahagia di wajah mereka yang tengah mabuk asmara"Aku mengantuk ayo kita tidur" bisik Leon pelanLeon menggelung bed cover ke tubuh mereka berdua. Hana memejamkan matanya, sulit dipercaya, ia kini dalam dekapan pria yang ia cintai.Saling mendekap dan menghangatkan satu sama lain hingga keesokan paginya Hana yang terbangun lebih duluHana memandangi wajah Leon lebih dekat. Memperhatikan garis-garis wajahnya, lekukan kedua matanya, tulang hidungnya dan bibir pria ini lebih dekat.Ujung jari telunjuk Hana menyentuh pipi Leon , mata Leon terbuka. Tangan Leon bergerak memegang tangan Hana .Rupanya pria itu sudah bangun sedari tadi sebelum Hana bangun"Selamat pagi om Leon" sapa Hana"Selamat pagi juga Hana"Leon hendak mencium Hana la
Leon perlahan membuka kancing kemeja piyama yang di kenakan Hana Gadis itu masih duduk di atas Leon, pipinya semakin merah. Ia seharusnya tengah berduka dengan kematian ibunya dan adiknya yang menghilang tapi sisi lain hatinya teramat bahagia apalagi Leon mengajaknya menikah Perlahan Leon melepas semua pakaian yang melekat pada Hana. Pria itu lalu menggenggam kedua tangan Hana "Ayo lakukanlah sesukamu" ujar Leon Pipi Hana dan tubuh Hana terlihat semakin merah. Ia malu sekali. Terakhir kali melakukkannya adalah saat Leon tengah mabuk tapi sekarang kedua mata pria yang dicintainya ini menatap fokus pada tubuh polosnya "Bagaimana caranya?" Tanya Hana polos "Kau tidak pernah melakukannya lagi?" Hana menggeleng "Tidak... Aku hanya pernah melakukkannya denganmu waktu itu"
Hana membuatkan nasi goreng kecap dengan potongan sosis dan telor mata sapi setengah matang sebagai topingnya untuk makan malam tamu dadakannya malam ini Leon telah selesai mandi, pria itu duduk di kursi makan hanya memakai handuk pink punya Hana yang ia lilitkan di pinggangnya . Masih terlihat butir-butir air di sepanjang wajah dan dadanya yang bidang Sangat tampan, ya Tuhan dia sangat tampan, Hana memekik dalam hatinya Hana memberikan piyama tidur miliknya kepada Leon "Apa-apaan ini.... Kau menyuruhku memakai pakaian motif sapi gila hah" "Ini bukan motif sapi gila tuan Leon yang tampan. Hanya motif kartun kepala sapi" "Carikan aku pakaian yang lain" "Tidak ada pria di rumah ini, aku tidak punya pakaian pria " "Kalau begitu aku akan tidur dengan telanjang saja" "Terserah" Leon membuang piyama milik Hana ke lantai dengan santai lal