Share

Chapter 3

Bude Rima dan Syena masih termenung memandangi kepergian mobil yang membawa Ratih, padahal mobil itu sudah sedari tadi menghilang dari pandangan.

Dit dit

Suara klakson motor itu menyadarkan mereka.

“Mau sampai kapan disini? Toh yang dilihat juga sudah jauh.” Kata pengendara motor yang tak lain adalah Sarah.

Bude Rima dan Syena menurut saja, mereka masuk ke dalam rumah. Syena bersiap-siap berangkat ke sekolah. Sedangkan Gladys terlihat sudah siap dan hendak berangkat.

“Bu, Syena berangkat bareng kita tidak?” Tanya Gladys pada Sarah.

“Untuk apa? Bikin dia manja saja. Dia kan sudah terbiasa jalan kaki. Ya biar jalan kaki saja. Ayolah cepat, nanti kau terlambat.” Katanya sambil memanasi motor barunya.

Ya, motor itu adalah motor baru yang ia minta dari suaminya dari uang hasil panen kemarin. Rahman memang selalu menuruti semua kemauan istrinya, ia bisa dibilang suami yang takut istri.

“Mengapa tak kau ajak Syena bersamamu, Sarah. Toh kalian juga punya tujuan yang sama,bukan?” Kata Bude Rima. Menghentikan Sarah yang hendak melajukan motornya.

“Sudahlah, nek. Toh sekolahnya juga dekat. Jalan kaki pun tak akan memakan waktu lama.” Jawab Syena yang juga sudah siap berangkat ke sekolah.

Bude Rima hanya mengangguk dan tersenyum mendengar jawaban Syena.

“Kau dengar sendiri kan, Bu? Anak itu memang lebih pantas jalan kaki.” Jawab Sarah kemudian melajukan motornya dengan Gladys yang sedari tadi juga sudah naik ke atas motor.

Bude Rima hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan menantunya itu.

“Biar ku adukan pada Rahman, biar motornya itu diminta kembali.” Kata Bude Rima menggerutu.

“Sudahlah, nek. Jangan terlalu dipikirkan. Syena berangkat dulu ya. Doakan Syena bisa belajar dengan tenang. Doakan juga semoga Ibu selamat sampai tujuan.” Kata Syena sambil mencium tangan Bude Rima.

Bude Rima mendaratkan ciuman ke kening Syena.

“Kau memang mewarisi semua sifat Ibumu. Semoga kelak kalian mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya menjadi hak kalian.” Kata Bude Rima mengelus rambut Syena.

“Aamiin, nek. Syena berangkat dulu.” Jawab Syena kemudian beranjak pergi ke sekolah.

Ya, setiap hari memang Syena selalu berjalan kaki ke sekolah. Jarak rumah ke sekolah sangat dekat, karena sekolah Syena berada di ujung gang. Biasanya ia juga diboncengkan sepeda oleh temannya yang naik sepeda ke sekolah.

Di tempat lain,

Detik berganti menit, menit berganti jam. Jam demi jam berlalu, kini mobil yang membawa Ratih sudah sampai di Bandara. Ratih terbangun dari tidurnya. Ah, rasanya seperti mimpi. Bahkan dalam mimpi pun ia tak pernah membayangkan akan meninggalkan Negara kelahirannya dan merantau ke Negri orang.

“Bismillah, semoga dimudahkan segala urusan.” Kata rima pelan lebih pada dirinya sendiri.

“Aamiin, Ratih. Semakin cepat kita pergi, semakin cepat kita kembali.” Kata orang di sebelah Ratih yang mendengar ucapan Ratih, namanya Diana.

Ratih hanya membalasnya dengan senyuman.

Bu Siska menyuruh semua calon TKW itu keluar dari mobil dan bergegas masuk ke Bandara. Semua calon TKW itu mempersiapkan barang bawaannya dan segera mengikuti Bu Siska masuk ke Bandara.

“Ratih, rencana kau akan berapa tahun merantau? Hanya dua tahun atau mau memperpanjang kontrak?” Tanya Diana yang berjalan di samping Ratih.

“Lihat nanti saja, mbak. Biar semua berjalan apa adanya dulu. Kalau memang kelak harus memperpanjang ya aku lakukan. Jika ada hal lain ya entahlah, lihat nanti saja. Kalau kamu, mbak?” Tanya Ratih balik.

“Aku juga sama sepertimu. Tapi rencananya aku ingin merantau saja. Daripada di kampung Cuma jadi gunjingan dan bahan fitnah warga. Lebih baik aku merantau jauh, kan?” Jawab Diana.

Ya, Diana adalah janda tanpa anak di kampung tempat tinggal Ratih. Karena parasnya yang cantik dan tubuhnya yang indah ditambah lagi selalu dibalut dengan pakaian yang terbuka membuat ibu-ibu di Kampung menjadi geram dan sering menggunjing Diana. Pantas saja kalau ia tak betah tinggal di kampung. Meskipun demikian, sebenarnya Diana adalah orang yang baik. Katanya, ia memang sengaja menunjukkan keindahan tubuhnya untuk membuat mantan suaminya menyesal telah meninggalkannya. Diana memang ditinggal selingkuh oleh suaminya. Selingkuh dengan perempuan yang masih memiliki hubungan kerabat dengannya.

“Saya hanya bisa mengantar kalian sampai disini. Kalian silakan masuk dengan menunjukkan identitas yang sudah kalian bawa kepada petugas. Kalian semua tetap hati-hati. Semoga kalian semua sukses.” Kata Bu Siska kepada calon TKW yang ia berangkatkan.

“Aamiin.” Jawab mereka serentak.

Mereka segera menuju ke pesawat yang akan membawa mereka ke Luar Negri .

Di sekolah Syena

“Syena,” panggil seseorang tepat ketika Syena melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah.

Syena menoleh ke arah sumber suara, dan mendapati Bu Andin berjalan ceoat ke arahnya. Bu Andin adalah guru matematika di sekolah Syena. Bu Andin juga teman kuliah Ratih ketika menempuh pendidikan di Jakarta. Bisa dibilang Bu Andin adalah sahabat Ratih.

“Ada apa, bu?” tanya Syena ketika Bu Andin sudah berdiri tepat di hadapannya.

“Ibu dengar dari Bude mu Sarah, katanya Ibumu pergi merantau sebagai TKW ke Hongkong. Apa itu benar?” Tanya Bu Andin sambil membenarkan posisi kacamatanya.

“Benar, Bu.” Jawab Syena.

“Kenapa Ibumu sama sekali tidak memberitahuku.” Kata Bu Andin sambil berjalan dan diikuti oleh Syena.

“Ibu baru berangkat tadi pagi, Bu. Entah sudah sampai mana dia sekarang. Mungkin dia lupa memberitahu Bu Andin.” Jawab Syena sopan.

“Bagaimana bisa dia melupakanku seperti itu?” tanya Bu Andin lebih pada dirinya sendiri.

Syena hanya diam karena dia juga tidak tahu harus menjawab apa.

“Sudahlah, semoga dimana pun berada, dia akan selalu mendapat kebahagiaan dan keberuntungan. Dan kau Syena, jika dalam sekolah kau mendapatkan kesulitan apa pun. Jangan sungkan untuk memberitahu Bu Andin ya. Aku akan membantumu. Kau juga jangan sedih, Ibu ada disini untukmu. Kalaupun kamu tidak diperlakukan baik oleh Bude mu, masih ada pak de mu juga nenekmu yang akan membelamu. Pokoknya kamu harus tetap semangat, Syena. Kamu anak yang pintar dan mandiri. Ibu yakin kamu pasti bisa.” Kata Bu Andin panjang lebar.

“Iya bu, terima kasih.” Jawab Syena.

Kini mereka sudah sampai di depan ruang guru.

“Bu Andin masuk dulu ya, kamu juga segera masuk kelas. 5 menit lagi bel masuk akan segera berbunyi.” Kata Bu Andin memperingatkan.

“Baik bu, Syena permisi dulu.” Jawab Syena kemudian berjalan menuju kelasnya.

Bu Andin memandangi Syena dengan rasa iba. Ia tidak tega melihat keadaan Syena saat ini. Tapi Syena yang mengalami berbagai hal sulit justru selalu terlihat riang. Ya, Syena memang selalu berusaha terlihat riang gembira. Ia tidak pernah menunjukkan kesedihan kepada siapa pun.

Membahas tentang Ayah, Syena sebenarnya juga memikirkan siapa Ayahnya. Selalu mendoakan yang terbaik untuk Ayahnya meskipun ia sendiri tidak pernah tahu dimana Ayahnya sekarang. Entah masih hidup atau sudah meninggal. Ia juga selalu iri ketika melihat teman-teman yang lain main bersama Ayahnya, bercanda dan bersenda gurau dengan Ayahnya. Namun ia memang selalu menutupi apa yang ia rasakan dengan senyuman dan riang gembira. Bukan apa-apa, ia hanya ingin menjaga perasaan wanita yang sudah merawatnya sejak kecil dan sangat menyayanginya yang tak lain adalah Ibunya. Ia selalu ingin kelak bisa memiliki sifat seperti Ibunya, baik, optimistik, baik kepada siapa pun bahkan kepada yang membencinya sekalipun. Di usianya yang baru menginjak kelas 3 SD, memang itu pemikiran yang luar biasa. Jarang ada anak yang berpikiran seperti Syena.

Di sekolah, Syena memiliki prestasi yang bagus. Syena juga selalu menjadi bintang kelas. Selain itu, Syena juga berbakat dalam non akademik seperti menari. Syena sangat pandai menari tarian tradisional. Ia mendapatkan banyak piala dari lomba-lomba yang pernah ia ikuti, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Syena adalah anak yang luar biasa.

Teet teet teet

Bel masuk sudah berbunyi, Syena sudah sampai dari tadi di kelasnya dan duduk di tempat paling depan. Berbeda dengan Gladys yang selalu memilih tempat paling belakang dengan alasan akan lebih aman karena tidak akan ditunjuk oleh guru.

Pelajaran pertama hari ini adalah Matematika, pelajaran yang disukai oleh Syena tetapi tidak dengan Gladys.

Guru Matematika yang tak lain adalah Bu Andin sudah masuk ke dalam kelas.

“Selamat pagi anak-anak.” Sapa Bu Andin kepada semua murid di kelas.

“Pagi, Bu.” Jawab mereka serentak.

“Hari ini kita akan adakan ulangan dadakan. Saya ingin melihat siapa yang rajin belajar dan siapa yang hanya belajar ketika ada PR dan ulangan saja.” Kata Bu Andin membuat semua murid menggerutu kecuali Syena.

Syena memang selalu belajar, baik ada PR atau ulangan maupun tidak. Berbeda dengan Gladys yang hanya belajar ketika ada PR dan ketika keesokan harinya akan ada ulangan saja.

“Syena, beri tahu aku jawabannya nanti. Kalau tidak, akan ku adukan kaupada Ibuku dan kau akan dimarahi.” Kata Gladys yang duduk di dua bangku di belakang Syena sambil berbisik-bisik.

Syena tidak menanggapi, ia hanya diam.

“Jika ada yang menyontek maupun memberi contekan akan langsung saya beri nilai nol.” Kata Bu Andin lagi membuat semua murid kembali menggerutu.

Bu Andin membagikan kertas soal dan semua murid segera mengerjakan dalam diam dan tidak berani menoleh sedikit pun karena takut mendapat nilai nol. Keadaan di kelas itu menjadi tenang dan hening.

Di Bandara

Kini, Ratih dan para calon TKW sudah duduk di bangku pesawat masing-masing. Beberapa menit lagi, pesawat akan lepas landas. Ratih hanya diam, dia masih tidak menyangka akan mengalami masa ini. Meskipun begitu, ia akan tetap melakukannya dengan sepenuh hati. Demi anaknya, demi putri kesayangannya yang tak lain adalah Syena.

“Selamat tinggal Negri kelahiranku, selamat tinggal Syena. Ibu akan segera kembali. Semoga semua akan berjalan lancar dan tanpa halangan sedikit pun. Aku kuat, aku bisa menghadapi semua ini.” Kata Ratih dalam hati, lebih meyakinkan pada dirinya sendiri.

Kini saatnya pesawat itu lepas landas, membawa Ratih dan para calon TKW terbang menuju Negri orang.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Norma Yunita
maaf Thor klo mau cerita soal TKW ada baiknya pelajari dulu informasi tentang tkw, prosedur nya panjang loh , maaf ini bukan maksud jelek , justru ingin yg terbaik buat author agar karyanya bagus dan di terima pembaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status