Share

BAB 29

Penulis: awaaasky
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-22 17:32:34

Langit malam itu seperti ikut menjerit dalam diam, seolah menyembunyikan rahasia yang terlalu gelap untuk dibeberkan. Auryn berdiri di balik tirai kamar hotel yang mewah, memandangi kelap-kelip kota yang tak pernah tidur. Di tangannya, ponsel bergetar tanpa henti. Pesan-pesan dari orang-orang yang ia tahu tidak benar-benar peduli terus berdatangan.

Lucien baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya basah dan kausnya menempel di tubuhnya yang dingin. Tatapannya langsung tertuju pada Auryn yang tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Kamu nggak bisa terus begini, Auryn," ucap Lucien pelan, namun cukup tegas.

Auryn tidak menoleh, hanya menjawab lirih, "Aku nggak bisa tenang, Lucien. Semua ini... terlalu cepat. Semuanya berubah."

Lucien mendekat, lalu memeluknya dari belakang. Pelukan yang seharusnya menenangkan, tapi justru membuat hati Auryn makin terasa sesak.

"Mereka mulai mencariku lagi. Ada yang ngikutin kita di hotel ini. Tadi aku lihat dari lobi, ada dua orang yang keliatanny
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 30

    Langit malam menurunkan hujan gerimis yang menampar pelan jendela apartemen Auryn. Di dalam ruangan yang temaram, ia berdiri di depan jendela, menatap lampu kota yang berpendar redup di balik tirai air. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi matanya menyiratkan badai yang tak berhenti berkecamuk.Lucien belum pulang. Biasanya dia akan mengirim pesan setiap dua jam, setidaknya, tapi sejak tadi pagi—tidak ada satu pun kabar. Auryn menahan desakan rasa khawatir yang perlahan menjelma jadi amarah. Bukan karena dia cemas, tapi karena dia tahu… Lucien sedang menyembunyikan sesuatu.Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Bukan dari Lucien, tapi dari nomor tak dikenal.“Kalau kamu ingin tahu di mana Lucien, datanglah ke tempat pertama kalian bertemu.”Nada suara di seberang terdengar datar dan penuh ancaman.Auryn menatap layar ponsel dengan tatapan dingin. Dia menutup ponselnya, mengambil jaket kulit dan pisau lipat kecil yang selalu dia simpan di laci meja. Hatinya sudah waspada, tapi langkah kakinya mantap.

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 29

    Langit malam itu seperti ikut menjerit dalam diam, seolah menyembunyikan rahasia yang terlalu gelap untuk dibeberkan. Auryn berdiri di balik tirai kamar hotel yang mewah, memandangi kelap-kelip kota yang tak pernah tidur. Di tangannya, ponsel bergetar tanpa henti. Pesan-pesan dari orang-orang yang ia tahu tidak benar-benar peduli terus berdatangan.Lucien baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya basah dan kausnya menempel di tubuhnya yang dingin. Tatapannya langsung tertuju pada Auryn yang tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri."Kamu nggak bisa terus begini, Auryn," ucap Lucien pelan, namun cukup tegas.Auryn tidak menoleh, hanya menjawab lirih, "Aku nggak bisa tenang, Lucien. Semua ini... terlalu cepat. Semuanya berubah."Lucien mendekat, lalu memeluknya dari belakang. Pelukan yang seharusnya menenangkan, tapi justru membuat hati Auryn makin terasa sesak."Mereka mulai mencariku lagi. Ada yang ngikutin kita di hotel ini. Tadi aku lihat dari lobi, ada dua orang yang keliatanny

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 28

    Fajar menyingsing di tengah kota yang masih dibalut kabut. Di puncak sebuah gedung tua yang sudah lama tak digunakan, Auryn berdiri bersama Lucien, menatap ke arah horizon seperti dua bayangan yang siap menelan dunia. Rambutnya diikat tinggi, wajahnya tanpa riasan, namun tatapannya tajam seperti belati yang baru diasah."Hari ini kita nyerang duluan," ucap Auryn, nada suaranya dingin dan tegas. "Gue gak akan nunggu mereka ngejebak gue lagi. Kali ini, kita yang narik tali jebakan."Lucien mengangguk pelan. "Gue udah aktifin semua jaringan. Nadi mereka ada di tangan kita. Tinggal nunggu lo kasih aba-aba."Auryn mengeluarkan ponsel dari saku jaket kulitnya, membuka folder berisi data rahasia yang semalam ia curi dari sistem internal organisasi musuh. Nama-nama yang tercantum membuat bulu kuduk meremang—para politikus, CEO, bahkan pejabat intelijen, semua bersatu dalam permainan kotor yang disebut "Proyek Aether"."Gue kirim data ini ke publik jam 10 pagi. Biar semua mata melek siapa dala

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 27

    pagi itu, auryn bangun dengan kepala berat. bukan karena kurang tidur, tapi karena terlalu banyak strategi yang harus dia pikirkan dalam semalam. lucien masih tertidur di sofa, dengan sisa luka di wajah dan pelipis yang belum kering. pria itu tak banyak bicara sejak semalam, tapi tatapannya penuh beban—seolah dia tahu bahwa perang ini baru saja dimulai.auryn menatap jam. sudah pukul 08.00. dia tidak bisa terus bersembunyi. saat ini, justru musuh sedang mengintai kelemahan dari setiap gerakannya. dan kalau dia terus berdiam, maka cakar-cakar itu akan merobeknya pelan-pelan.setelah mandi dan berpakaian, auryn berdiri di depan cermin. rambutnya ia ikat tinggi. wajahnya polos, hanya lip balm dan sedikit eyeliner. tapi pantulan yang dia lihat bukan lagi wanita yang dulu. bukan lagi auryn vale yang naif dan berharap cinta bisa menyelamatkannya dari segala luka.yang berdiri sekarang… adalah auryn vale yang siap bertarung.siang hari, auryn menerima panggilan dari seseorang yang tidak dia

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   bab 26

    Hari itu hujan deras mengguyur kota. Langit seperti ikut merasakan kepedihan yang semakin menyesakkan di dada Auryn. Setelah insiden surat ancaman yang muncul tiba-tiba di kantor cabang Milan, Lucien langsung menarik Auryn kembali ke Paris. Bukan hanya demi keamanan, tapi juga demi jawaban.“kenapa mereka menyasarmu?” suara Lucien datar, tapi tatapannya menusuk tajam, seolah mencari-cari celah kebohongan.Auryn hanya bisa diam, menunduk, menggenggam jemarinya yang mulai gemetar. Ia tidak tahu apakah ini waktunya untuk bicara... atau tetap diam demi menjaga sisa harga dirinya.“aku yang seharusnya tanya itu, Lucien. kenapa mereka kirim ancaman dan menyebut namamu?” lirih Auryn, mencoba menyelipkan logika di tengah badai rasa.Lucien menatapnya lekat-lekat. Detik berikutnya, pria itu membanting berkas dokumen di atas meja kaca. Suaranya menggema, menyayat hening ruangan itu.“aku nggak pernah main kotor di belakang lo, Auryn. tapi kalau mereka berani nyentuh lo, artinya... mereka tahu h

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 25

    Langit malam seperti menyimpan sejuta rahasia, sama seperti dada Auryn yang kini bergemuruh. Hatinya penuh tanda tanya—tentang liontin mawar, tentang pesan-pesan yang ia temukan di balik surat lama, dan tentang Lucien… pria yang begitu ia benci sekaligus ia rindukan dalam satu tarikan napas.Langkahnya cepat menyusuri lorong rumah tua itu. Udara dingin menyelimuti tubuhnya, tapi hatinya terbakar oleh rasa penasaran. Ia ingat betul, di balik rak buku perpustakaan tua, ada ruang tersembunyi yang dulu pernah dibicarakan ibunya. Ruang rahasia yang tak pernah boleh dibuka. Tapi malam ini, semuanya akan dibongkar.Tangannya gemetar saat mendorong rak itu. Dengan sedikit tenaga, rak kayu itu bergeser perlahan, menyingkap dinding abu-abu yang penuh debu. Ia mengetuknya pelan, lalu terdengar bunyi ‘klik’. Sebuah pintu rahasia terbuka.Dan di dalamnya…“Ini…” Auryn menelan ludahnya. Ruangan kecil itu dipenuhi foto-foto, catatan tangan, dan peta-peta tua. Semuanya berpusat pada satu nama: Lucien

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 24

    Langit malam memayungi kota seperti jubah hitam tak berbintang, dan di balik gelapnya, suara langkah kaki menyusuri lorong sempit gedung tua di pinggiran distrik yang sudah lama ditinggalkan. Auryn menggenggam ponselnya erat, matanya menatap layar yang baru saja menampilkan pesan tak dikenal: “Jangan percaya siapa pun. Bahkan Lucien.”Pesan itu muncul hanya dua menit setelah ia meninggalkan rumah persembunyian mereka. Awalnya ia kira itu peringatan kosong, tapi ketika ia menyadari seseorang mengikutinya sejak keluar dari taksi, degup jantungnya langsung menggila.Ia bersembunyi di balik tembok, menahan napas. Langkah itu berhenti. Lalu menghilang.Tak ingin membuang waktu, Auryn segera masuk ke dalam gedung tua yang disebut-sebut sebagai tempat penyimpanan berkas lama dari organisasi tempat ayah angkatnya bekerja dulu—berkas yang mungkin menyimpan alasan kenapa pria itu diculik, dan siapa Raynard sebenarnya.Senter kecil di tangannya menyusuri barisan rak berdebu. Bau lembap dan jamur

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 23

    Lucien berdiri di ambang pintu rumah tua itu, tubuhnya kaku dan matanya menatap lurus ke dalam. Napasnya tertahan ketika suara-suara dari masa lalu seakan bergaung di setiap sudut ruangan. Tempat itu adalah kenangan, luka, dan rahasia. Auryn menyentuh lengannya pelan, menyadarkannya dari kekosongan sesaat yang menyergap."Kamu siap?" suara Auryn lembut, namun penuh ketegasan.Lucien mengangguk perlahan. "Kita harus tahu apa yang sebenarnya terjadi."Mereka melangkah masuk, dan lantai kayu berderit di bawah kaki mereka. Udara di dalam rumah begitu lembap dan bau debu menyengat. Di ruang tamu, masih tergantung sebuah lukisan keluarga tua yang retak bagian kacanya. Di bawah lukisan itu, sebuah piano tua tertutup kain lusuh. Lucien menyibak kain itu dan membuka tutup piano. Jemarinya menyentuh tuts piano, lalu memainkan satu nada lirih.Suara itu menggema, dan dari lantai atas terdengar suara langkah kaki. Spontan keduanya menegang."Itu bukan hantu, kan?" bisik Auryn, setengah bercanda n

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 22

    Malam itu, kota masih dibalut dingin yang menusuk tulang. Di balik jendela apartemen mewah yang lampunya sengaja diredupkan, Auryn berdiri memandangi kerlip lampu kota dengan mata kosong. Kepalanya dipenuhi suara-suara dari masa lalu, teriakan-teriakan yang terkubur di ingatan, dan wajah-wajah yang pernah menyakitinya. Semua itu kembali muncul saat dia tak sengaja menemukan foto lama di laci meja kerja Lucien.Foto itu... bukan sembarang foto. Itu adalah foto ibunya, jauh sebelum tragedi yang menimpa keluarganya. Tapi yang membuat Auryn terpaku bukan hanya wajah ibunya—melainkan sosok pria di sebelahnya. Pria itu bukan ayah kandungnya."Kenapa foto ini ada di sini?" gumamnya pelan.Tak butuh waktu lama bagi Auryn untuk menghubungi kontak yang tersimpan dalam ingatannya: Kairo. Seseorang dari masa lalu yang dulu sempat mengawasi keluarganya diam-diam. Seorang informan bayaran yang tahu lebih banyak dari yang seharusnya."Kita perlu bicara," ujar Auryn melalui sambungan telepon. Suarany

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status