Share

BAB 36

Author: awaaasky
last update Last Updated: 2025-05-30 16:30:50

Pagi datang tanpa permisi.

Tapi pagi itu terasa seperti malam yang belum berakhir bagi Auryn.

Ia tak tidur semalaman. Matanya menatap monitor, wajahnya datar—kosong, tapi pikirannya penuh dengan potongan-potongan misteri yang mulai membentuk pola.

Reyna.

Lucien.

Email misterius.

Video pengkhianatan.

Dan… satu file di flashdisk lama yang belum pernah ia buka:

"Dossier Cermin"

File itu tidak bisa dibuka begitu saja. Ada sandi.

Auryn menatap layar, menekan beberapa kombinasi yang dulu ia ingat pernah digunakan sang mentor—mendiang tante Vera, satu-satunya yang pernah menganggapnya lebih dari sekadar alat dalam keluarga.

Tiga percobaan.

Gagal.

Ia menutup matanya, mencoba mengingat suara tante Vera yang lembut. Dulu, saat ia menangis kecil karena diusir dari rumah utama dan harus tinggal di paviliun belakang, Vera sering mengelus rambutnya dan berkata:

> “Kamu bukan bayangan, Auryn… Kamu adalah cerminnya. Kamu hanya belum tahu siapa yang asli dan siapa yang palsu.”

Kalimat itu...

“Cerminny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 37

    Angin malam berhembus pelan, menerpa wajah Auryn yang masih terpaku di balkon. Buku catatan tante Vera tergenggam erat di tangannya. Kata-kata terakhir dalam catatan itu terus terngiang di kepalanya:> “Maaf… aku gagal menyelamatkan yang satu lagi.”Satu lagi.Subjek A.Jika dirinya adalah anak yang ditukar—Lyra, maka siapa Subjek A?Perasaan aneh menyelinap dalam dadanya.Ada seseorang di sekitarnya yang selalu hadir… terlalu hadir. Terlalu tahu banyak.Terlalu… terlibat.Pikirannya langsung melayang ke satu nama.Roxie.Sahabat masa kecilnya. Orang yang selalu membelanya dari Reyna.Tapi juga yang tahu semua hal… bahkan sebelum Auryn tahu.Matanya membelalak.Bisa jadi Roxie adalah Subjek A.Tapi kenapa… kalau itu benar… dia nggak pernah bilang apa-apa?---Esoknya, Auryn datang ke apartemen Roxie tanpa memberi kabar.Hatinya berdebar keras. Tangannya gemetar saat menekan bel. Suara pintu otomatis menyala dan terbuka. Aneh… Roxie biasanya nggak pernah lupa kunci pintu.“Aku masuk ya

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 36

    Pagi datang tanpa permisi.Tapi pagi itu terasa seperti malam yang belum berakhir bagi Auryn.Ia tak tidur semalaman. Matanya menatap monitor, wajahnya datar—kosong, tapi pikirannya penuh dengan potongan-potongan misteri yang mulai membentuk pola.Reyna.Lucien.Email misterius.Video pengkhianatan.Dan… satu file di flashdisk lama yang belum pernah ia buka:"Dossier Cermin"File itu tidak bisa dibuka begitu saja. Ada sandi.Auryn menatap layar, menekan beberapa kombinasi yang dulu ia ingat pernah digunakan sang mentor—mendiang tante Vera, satu-satunya yang pernah menganggapnya lebih dari sekadar alat dalam keluarga.Tiga percobaan.Gagal.Ia menutup matanya, mencoba mengingat suara tante Vera yang lembut. Dulu, saat ia menangis kecil karena diusir dari rumah utama dan harus tinggal di paviliun belakang, Vera sering mengelus rambutnya dan berkata:> “Kamu bukan bayangan, Auryn… Kamu adalah cerminnya. Kamu hanya belum tahu siapa yang asli dan siapa yang palsu.”Kalimat itu...“Cerminny

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 35

    Matahari belum sepenuhnya terbit ketika suara pintu rumah sakit terbuka pelan. Auryn duduk di sisi ranjang Lucien yang masih terbaring lemah, selang infus tergantung di sisi ranjang, dan beberapa alat medis masih memantau kondisinya. Namun wajahnya yang teduh terlihat jauh lebih damai dari malam-malam sebelumnya. Rambut cokelatnya berantakan, tapi Auryn tetap memandanginya dengan tatapan yang tak pernah berubah: penuh cinta."Kamu tidur nyenyak?" tanya Auryn pelan sambil membelai tangan Lucien.Lucien membuka matanya perlahan, pupilnya menyesuaikan diri dengan cahaya samar dari jendela. Senyumnya lemah tapi tulus. "Aku mimpi kamu. Tapi ternyata kamu nyata."Auryn tertawa kecil. "Aku selalu nyata buat kamu. Dan nggak akan ke mana-mana."Mereka terdiam sejenak. Suara mesin pemantau detak jantung yang tenang menjadi satu-satunya irama yang mengisi ruangan. Hening itu tidak menakutkan. Justru terasa hangat, seperti tempat paling aman di dunia."Kamu tahu, kita udah nyaris mati lebih dari

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 34

    Auryn dan Lucien berjalan cepat di sepanjang lorong gelap itu, keringat dingin mengalir di wajah mereka. Auryn menuntun Lucien, yang masih limbung akibat suntikan dari Hilman. Walaupun tubuhnya sudah bisa bergerak, matanya masih tampak kabur dan ia kesulitan untuk berdiri tegak."Tahan, Lucien. Lo bisa bertahan sedikit lagi," bisik Auryn, sambil merangkulnya untuk memberi dukungan.Lucien mengangguk, meski tubuhnya terasa berat dan penuh rasa sakit. "Kita harus keluar dari sini, Auryn... secepatnya."Namun, mereka baru saja melangkah lebih jauh ketika suara berat dan penuh kebencian itu kembali terdengar di belakang mereka."Kalian pikir kalian bisa kabur dari sini? Tidak ada yang bisa kabur dari gue."Auryn menoleh cepat, mengeluarkan semprotan lada lagi, siap jika Hilman muncul. Namun, yang dia lihat justru sebuah bayangan besar, yang bergerak cepat mendekat.Hilman, dengan tubuhnya yang tampak lebih kuat dari sebelumnya, melangkah perlahan. Matanya bersinar dengan kebencian yang me

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 33

    Malam menua dalam diam yang memekakkan telinga. Hujan telah reda, tapi udara tetap lembap. Seolah dunia menahan napasnya, menunggu badai lain yang akan datang.Auryn tak bisa tidur. Mata dan tubuhnya lelah, tapi pikirannya menolak berhenti. Setiap bayangan, setiap rekaman yang muncul di flashdisk tadi siang masih terpatri kuat. Rasanya seperti kulitnya dibuka paksa, dipajang, ditertawakan.Dia memeluk lutut di atas ranjang. Lampu tidur menyala redup. Lucien duduk di kursi, tepat di depan pintu kamar. Dada bidangnya naik-turun perlahan, namun tatapan matanya tak pernah lepas dari sekeliling.Dia berjaga.Bukan karena tidak percaya pada sistem keamanan, tapi karena kini dia tahu—musuh mereka sudah lebih dari sekadar ancaman virtual. Dia hadir. Nyata. Bernapas di udara yang sama. Mungkin... bahkan lebih dekat dari yang mereka pikirkan.“Lu tidur aja,” bisik Auryn pelan, suaranya nyaris tak terdengar.Lucien menggeleng. “Nggak bisa. Gue nggak akan bisa tidur kalau lo belum aman sepenuhnya

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 32

    Setelah Sasha diamankan oleh pihak keamanan apartemen dan ditangani oleh pihak berwenang, suasana di antara Auryn dan Lucien sempat terasa lega. Tapi rasa lega itu tak berlangsung lama.Lucien duduk di ruang kerja, memandangi layar laptop yang menunjukkan rekaman CCTV dari sekitar apartemennya. Sejak kejadian surat ancaman, dia meningkatkan keamanan, menambah kamera tersembunyi, dan meminta timnya untuk mengecek semua gerak-gerik yang mencurigakan.Namun ada satu hal yang tidak dia perkirakan—bahwa seseorang lain, di luar Sasha, telah mengikuti gerakan mereka jauh sebelum ancaman itu datang.“Auryn…” panggilnya pelan.Auryn yang tengah mengganti baju di kamar tidur langsung menghampirinya. “Kenapa?”Lucien menunjuk layar. “Lihat ini.” Dia memutar rekaman dari seminggu lalu. Terlihat seorang pria berjaket hitam, mengenakan hoodie dan masker, berdiri di seberang jalan tepat menghadap apartemen mereka. Si pria berdiri diam selama 15 menit, lalu pergi tanpa jejak.“Itu bukan Sasha,” gumam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status