MasukCrystal is the defective wolfless daughter of the Thorne family and thus a disgrace to her family, especially her mother, Luna Cersera. She loves and dotes on her younger sister, Rachel who is the pride of the family and the pack. However when the most notorious and dangerous Alpha Adrian visits their pack uninvited, looking for a mate, none of the blessed girls catch his eye, not even Rachel. For some reason, he chooses Crystal. Crystal is terrified as the stories about Adrian are nothing but dark and horrific. He's known for his bloodthirsty rampages. However, Adrian forces her to accept him or watch him slaughter her pack. Adrian believes she's cursed. Crystal believes he's cursed. But unknown to them, a primordial power lies inside Crystal that is the key to breaking Adrian's curse. Will their resentment towards each other be their end? Or will it be the reason they depend on each other?
Lihat lebih banyakPYAARR!
Bunyi vas bunga yang baru saja jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. Pecahan kaca itu berserakan ke mana-mana. Rose kecil yang melihat kejadian tersebut hanya bisa diam dan menangis. Rose melihat sendiri dengan mata kepalanya saat sang ayah memukul ibunya.Roland mendorong Clara dengan sangat kasar hingga Clara terjatuh ke lantai dan tangan kirinya terkena pecahan vas bunga tersebut. Wanita itu hanya bisa menangis. Dia tidak mampu melawan Roland, karena jika semakin Clara melawan Roland, maka Roland akan semakin liar. Roland sama sekali tidak menganggap Clara sebagai istrinya.Bagaimana bisa Roland menganggap Clara seperti itu? Sedangkan jika Roland tidak menganggap Clara sebagai istrinya, tentu saja tidak akan ada Rose dan Ryan di dunia ini. Lalu Roland menganggap Clara itu apa?Setiap hari Clara diperlakukan seperti seorang pembantu di rumahnya sendiri. Baik Rose ataupun Ryan tidak bisa membantu sang ibu karena mereka masih sangat kecil. Mereka berdua hanya pasrah melihatnya. Hal itu tentu saja tidak baik untuk pertumbuhannya. Apalagi sering dipertontonkan dengan adegan kasar sang ayah pada ibunya. Itu bisa menimbulkan traumatik yang sangat dalam untuk Rose dan Ryan."Bangun!" teriak Roland pada Clara. "Punya hak apa kau melarangku, hah? Kau ini hanya menumpang di rumah ini. Kau ini hanyalah seorang pembantu," lanjut Roland. Seketika hati Clara seperti tertusuk pisau. Begitu sakit sekali dengan ucapan suaminya. Clara terisak dan memegang dadanya. "Bersihkan pecahan vas bunga itu sampai benar-benar bersih. Aku tidak ingin ada pecahan kecil yang melukai kulitku," seru Roland. Kemudian dia pergi begitu saja.Melihat kepergian sang ayah, Rose dan Ryan langsung berlari memeluk Clara. Clara pun membalas pelukan erat kedua anaknya."Pergilah masuk ke kamar kalian. Ibu tidak ingin kalian kena marah ayahmu gara-gara ibu.""Tidak. Kami berdua ingin membantu ibu," protes Rose. Disusul anggukan kepala sang adik, Ryan."Tidak perlu. Ini sangat berbahaya jika sampai menggores kulit kalian berdua yang lembut ini." Clara mengusap pipi Rose.Rose dan Ryan pun menuruti apa dikatakan Clara. Mereka berdua masuk ke dalam kamar dan Clara kembali membersihkan pecahan vas bunga yang berserakan di lantai. Itupun Clara harus menahan rasa sakit, karena goresan pada kulitnya yang terus mengeluarkan darah segar. Clara menjadi pelan-pelan membersihkan pecahan tersebut dan dia tidak sadar jika Roland memperhatikannya dari lantai atas."Dasar jalang. Kenapa lelet sekali dia membersihkan ruang tamu," gerutu Roland. Pria itu menarik napas dan mengembuskannya secara kasar. "Kau ini bisa kerja atau tidak, hah? Hanya membersihkan sedikit pecahan vas bunga saja lama sekali," teriak Roland dari atas. Clara mendongak ke atas, lalu dia kembali menunduk tak kala dia tidak menemukan sosok suaminya di atas sana. Wanita itu benar-benar tersayat hatinya. Lebih perih dari sayatan pecahan vas bunga yang menggores kulit jemari tangannya. Tetesan air mata kembali mengalir dari mata Clara dan jatuh ke lantai. Sejak menikah dengan Roland, Clara memang tidak pernah bahagia. Dia selalu tersiksa raga dan batinnya. Akan tetapi dia mencoba kuat bertahan hidup. Selama menikah pun Clara tidak pernah dianggap sebagai seorang istri. Lalu untuk apa Roland menikahi Clara, jika dia sama sekali tidak mencintai Clara?Benar-benar sangat menyiksa batin. Bukan hanya itu saja, terkadang Roland membawa wanita penghibur pulang ke rumah dan bermain semalaman tanpa memikirkan perasaan Clara. Roland masa bodoh dengan hal itu, bahkan selama bermain pun pintu kamar tidak ditutup. Sungguh pemandangan yang benar-benar sangat menyakitkan bagi Clara."Tuan, bagaimana dengan dia?""Jangan kau pikirkan wanita itu. Malam ini kita cukup bersenang-senang, sayang." Begitulah jawaban dari Roland setiap kali wanita penghibur yang dia bawa ke rumah bertanya tentang sosok Clara. Dengan entengnya kalimat tersebut terlontar dari bibir Roland, sedangkan Clara hatinya sangat terluka dan tersiksa mendengar dan melihat suaminya melakukan hubungan dengan wanita lain.***Rose dan Ryan, mereka berdua hanya selisih dua tahun saja. Keduanya benar-benar tumbuh menjadi anak-anak yang kuat. Mereka tidak seperti anak-anak lainnya yang tumbuh di lingkungan broken home dan melakukan hal-hal negatif. Justru Rose dan Ryan, keduanya saling mendukung satu dengan yang lainnya. Hal itu karena didikan dari Clara. Clara selalu mengajari mereka berdua untuk berpikir dan melakukan hal positif. Kendati mereka berdua sering mendengar pertengkaran Clara dan Roland.Clara memang hebat. Dia bersikap seolah dirinya kuat, walaupun sebenarnya Clara sudah hampir menyerah. Sejujurnya Clara tidak kuat menghadapi perilaku Roland, tapi dia ingin melihat Rose dan Ryan tumbuh."Apa ini? Kau ingin meracuni ku?" bentak Roland dengan melemparkan sebuah piring berisi daging bakar yang sudah diiris di atas meja tepat di hadapan Clara yang sedang menikmati makan malamnya bersama Rose dan Ryan. Clara melihat daging iris yang berceceran di atas meja."Kenapa lagi ini?" tanya Clara dengan nada lembut."Kau masih bertanya kenapa?" hardik Roland.Tiba-tiba tangan Rose dan Ryan terulur ke depan dan mengambil irisan daging bakar tersebut. Kemudian mereka berdua memakannya."Ini rasanya enak kok, Yah," celetuk Rose dan Ryan bersamaan."Diam kalian. Anak kecil tidak usah ikut campur," sungut Roland menatap Rose dan Ryan secara bergantian, lalu dia beralih menatap Clara. "Kau tahu apa kesalahanmu dalam memasak daging ini?" tunjuk Roland pada daging bakar yang berceceran di atas meja. Clara pun memperhatikan dengan seksama daging-daging itu. "Pergi dan masakkan satu lagi untukku." Setelah itu Roland pergi meninggalkan dapur. Clara hanya menghela napas pelan menatap punggung sang suami."Ibu ...," panggil Rose lirih. Clara menoleh menatap Rose dan Ryan. Wanita itu tersenyum manis menutupi kesedihannya."Sudahlah. Kalian berdua lanjutkan makan malam kalian. Ibu akan memasak lagi untuk ayah kalian." Clara beranjak dari sana dan melangkah menuju kulkas. Dia mengambil sekotak daging sapi dan kembali mengolah daging sapi tersebut. Pada awalnya memang itu kesalahan Clara. Clara melupakan sesuatu yang hal itu tidak disukai oleh Roland. "Kenapa aku bisa melupakan hal itu," ucapnya lirih sembari fokus membolak-balikkan daging sapi di atas pembakaran.Bagi Clara mungkin itu adalah kesalahan kecil, tapi bagi Roland itu kesalahan yang besar. Clara sempat mendengarkan kedua anaknya bercakap-cakap mengomentari daging sapi yang berceceran di atas meja."Bukankah ini daging yang sama seperti yang kita makan ini kan, Kak Rose?""Iya. Sama persis rasanya, tapi kenapa ayah berbicara seperti itu pada ibu?"Keduanya beranjak dari kursi dan membersihkan daging-daging tersebut. Mereka berinisiatif membantu ibunya agar tidak kena marah lagi oleh ayahnya. Clara yang melihat hal itu tersenyum bangga. Namun, masih ada siratan luka di balik senyuman Clara.Crystal's POV Steam curled around me, wrapping my body in warmth I hadn’t felt since I days now. It had been a hell of a couple days since Adrian arrived at my pack. Dread, bloodshed and tension had been the order of the day. The water kept falling down on my shoulders, washing away the blood of the past week, the fear, the dust, the scent of war still clinging to my heart and body.My hands were halfway through rinsing the soap from my arms when something shifted.A chill ran down my spine. Not the water. Not the cold. Something else.I blinked, heart hammering in my chest.Slowly, I wiped the fog off the glass panel in front of me, and what I saw nearly sent me collapsing to the floor.Adrian.He stood there, arms crossed, leaning against the frame of the shower room like he belonged there. Watching me. Not speaking. Not hiding.Watching me!My heart stopped.His eyes were fixed on me as though he had been seeing through the mist all the while. At this point, I was sure he had.How
Crystal's POV The trip to Gravepine was completely lifeless. There was zero communication. Adrian just concealed himself in an inner chamber of the limousine and made no movements or even say a word. It was like we were just travel partners and not mates.Just when I thought I had begun to see a more warm and gentlemanly side of him, he immediately switched back to his frozen mysterious mode.After several hours on the road and absolute silence, the limousine came to a stop."We've arrived at the pack territory, Lord Adrian" his chief guard announced.The doors to the limousine opened and I stepped out.I was completely blown away. My eyes widened in shock at the sight in front of me. This was the most beautiful place and scenery I had ever seen in my life! It was most definitely not what I was expecting.I was expecting a dark and gloomy environment with monsters lurking about. But there were colourful and luxurious buildings all over the place. All of the pack members gathered out
Crystal's POV If only their Alpha wasn't such a sore thumb. Lyra helped me out of my dress and I calmly ate my breakfast. When I was done, she cleared the place and took me to the bath where she gently and thoroughly washed me. It felt weird having someone else bath me but she insisted on giving me my first bath as Luna. Luna... The title still felt so strange and unbelievable. But I had to get accustomed to it.Time flew by and soon, I was walking out of my quarters towards the exit of the castle. I saw the black sleek limousine parked in the courtyard, waiting for me. Several maids lined the path to the limousine on both sides. They each held flowers and a basket for some reason. The Crescent Blood guards and elders all bowed for me as I left the castle. Hmm, weird. But I'll take it. Everyone was on their best behaviour today. And it was all because of the handsome devil standing by the exit door of the castle.He was dressed in an all black three piece tuxedo with a large blac
Crystal's POV My heart immediately stopped in dread at the sound of the voice. I knew what was coming."Please, don't interfere" I immediately rushed in front of Luna Cersera and stood between her and Adrian who had already blitzed his way towards her.He stopped just in front of me."Step aside. Nobody will disrespect you in my presence or absence. Nobody's hands are allowed to touch you except mine" he bellowed at me, his raging eyes looking at me in scathing fury."No, I won't step aside. I'm asking you not to interfere. She's my mother. She has the right to hit me" I protested.There was no predicting what he would do. I just couldn't bear the image of my mother losing her head or any of her body part because my crazy mate saw her slap me."She lost that right the mome I set my eyes on you. Hitting you is a disrespect to me. I need to set an example out of her so nobody thinks of even slightly disrespecting you" he maintained.Aww. As sweet and cute as that sounded, it caused no






Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.