Dering-dering panjang terasa menyesakkan dada. Entah sudah panggilan ke berapa Mayang mencoba menghubungi Eric tetapi hanya menyisakan kekecewaan lagi dan lagi. Mayang tidak tahu harus bagaimana lagi, satu sisi dia juga takut kehilangan Eric tapi disisi lain dia juga sangat sadar siapa sebenarnya dirinya.
[Ya] hanya itu yang terdengar dari sambungan telepon yang entah sudah ke berapa kalinya dia coba.
"Eric?" panggil Mayang.
[Kau mengingatku sekarang?] kata Eric dengan kekecewaan yang mendalam.
"Maafkan aku." kata Mayang.
[Dua hari lagi aku akan berangkat, aku harap kamu juga bisa menjaga diri kamu di sana] kata Eric datar.
"Maafkan aku Eric." hanya itu yang bisa diucapkan Mayang.
[Ku harap masih ada waktu untuk kita] hanya itu yang diucapkan Eric dan sambungan telepon pun telah terputus.
Mayang tersedu di ruang istirahatnya. Dia sangat bodoh karena
Sudah lima bulan berlalu, Mayang sangat rindu dengan ibunya. Hari libur yang hanya dua hari ini digunakan dengan baik oleh Mayang, pulang ke kota yang menyimpan semua kenangan manisnya.Mayang masih membawa satu kunci rumahnya, tanpa memberi kabar terlebih dahulu karena ingin memberi kejutan untuk ibunya. Mayang mengendap masuk ke dalam rumah, setelah meletakkan tas yang dibawanya, dia mendengarkan suara radio dari dapur yang menandakan ibunya sedang berada di sana.Mayang menutup mata ibunya saat melihat itu tercintanya itu sedang mengiapkan bahan untuknya berjualan besok.Ibu Mayang langsung melepas paksa tangan harum yang diyakininya adalah anak perempuannya itu dan memeluknya dengan erat, mencurahkan rindu yang membumbung setiap hari kian menggunung. Diciuminya rambut, pipi, wajah, dan semua yang dirindukannya tak peduli dengan keadaannya yang penuh keringat dari sisa kegiatan yang dilakukannya hari ini.“Mayang
Malam minggu dan masuk shif malam. Sungguh perpaduan yang sangat komplit menurut Mayang. Hampir pukul sepuluh malam dan sebentar lagi waktunya istirahat.Saat ia hendak menggantikan posisi klebet temannya di pelataran depan SPBU, segerombolan motor RX king berbagai jenis masuk ke dalam SPBU. Berjajar dengan rapi dan ada yang tidak membeli bensin hanya bergerombol di belakang Mayang dengan bercanda. Tampilan mereka menyita perhatian beberapa konsumen SPBU, muda dan gaul, sangat menarik perhatian.Mayang pernah mendengar tentang geng motor RX king itu, memang cukup dibicarakan oleh teman-temannya. Sudah dua kali saat malam minggu seperti ini Mayang juga berkesempatan melayani geng itu, tapi biasanya tidak terlalu malam, sekitar jam delapan dan geng itu akan segera pergi dari SPBU. Anggotanya yang cukup banyak dan berisik selalu membuat semua pelanggan menoleh ke arah mereka.Mayang melihat Dedi di antara gerombolan itu tetapi pria itu
Mungkin dunia milik mereka berdua sekarang, anggap saja seperti itu. Mayang dan Banyu bertukar banyak cerita saat ini. Tentang kota kelahiran Mayang dan juga tentang kota tinggal Banyu. Ternyata saat kita mau mengenal seseorang lebih dekat, mereka menjadi menarik di mata kita.“Kamu umur berapa, Mas?” tanya Mayang tiba-tiba karena merasa Banyu cukup dewasa saat diajak bertukar cerita.“Coba tebak.” tantang Banyu.“Mmm...20 tahun?” jawab Mayang ragu.“Iya bener.” kata Banyu sambil mengusap rambut Mayang yang dibiarkan tergerai saat ini. Banyu tidak ingin Mayang takut dengannya, padahal umurnya 27 sekarang. Tapi apalah arti umur jika cinta ya cinta saja.“Mangkanya, enak banget diajak ngobrol.” jawab Mayang sambil merapikan rambutnya.“Mulai suka ya?” goda Banyu.“Ih...GR banget. Kenapa sekarang Mas pake kaos pink? Padahal temen Mas pada item semua?” Mayang sungguh in
Setelah kepergian Banyu, Mayang meraba bibirnya yang sedikit bengkak karena perlakuan Banyu. Mayang tersenyum, dia tidak menyangka akan dicium Banyu malam ini, padahal mereka baru pertama bertemu.Mayang duduk kembali dan mengambil ponselnya, menghidupkannya dan menampakkan dua orang yang tersenyum lebar di sana. Hati Mayang merasa teremas, bagaimana bisa dia berciuman dengan Banyu tadi. Padahal Mayang pernah berjanji akan menjaga hatinya untuk Eric seorang.Mayang mencoba menghubungi Eric, meski pun dia sadar ini terlalu larut untuk menelepon seseorang, tapi Mayang benar-benar ingin melakukannya kali ini.Dering-dering panjang yang memenuhi gendang telinganya membuatnya goyah dan berakhir dengan mematikan panggilan itu. Mayang bertanya dalam hatinya, sebenarnya siapa dia bagi Eric, semuanya terlihat nyata, tapi sesungguhnya sangatlah semu.~~~Setelah menyelesaikan shif malamnya, Mayang berniat unt
Banyu yang melihat Mayang tiba-tiba memeluknya dan menangis di dalam pelukannya, membuatnya lebih mengeratkan pelukan itu. Mengelus punggung bergetar itu untuk lebih menenangkan hati Mayang. Banyu memang tidak tahu, apa masalah yang dihadapi Mayang, yang dia tahu hanya Banyu tak ingin melihat Mayangnya bersedih saat ini, dan untuk selamanya. Wajah pilu Mayang membuatnya sesak dan sulit bernafas. Banyu hanya ingin melihat senyuman manis saja yang tercetak di wajah ayu itu.Setelah Mayang merasa cukup tenang, Mayang melepas pelukan itu dan menghapus sisa air mata yang membasahi pipi pucatnya.“Sudah makan?” tanya Banyu yang melihat Mayang sedikit tenang saat ini. Ikut membersihkan sisa air mata itu, dan mengelup pipi Mayang setelahnya.Tidak ada jawaban, Mayang hanya menggeleng karena dia memang belum makan dari siang tadi.“Yaudah, ganti baju atau pake jaket. Aku tunggu di luar.” kata Banyu sambil mengecup kening May
Hari ini Banyu ingin mengajak Mayang berkeliling kota Tulungagung. Dengan menunggangi motor kesayangannya itu, Banyu membelah ramainya jalan Nasional Tiga. Berbelok kanan ke jalan Pangeran Diponegoro dan memutari jalan RA. Kartini sampai beberapa kali.Mayang melihat sekelilingnya dengan sangat takjub, dia tidak menyangka kota ini sama indahnya dengan kota kelahirannya.Setelah cukup lama berputar di sekeliling taman Aloon-aloon Tulungagung, Banyu memarkirkan motor RX-Kingnya di seberang kantor DPRD Kabupaten Tulungagung.Mayang turun dan melepas helm yang dikenakannya, menautkan pengamannya dan menaruhnya di atas spion motor Banyu.Banyu juga melakukan hal yang sama dengan Mayang. Setelah selesai, dia segera menggandeng tangan Mayang dan membawanya masuk ke dalam taman itu. “Di sini banyak burung Dara, ikan Emas, air mancur, kamu suka?” kata Banyu menjelaskan tentang tempat yang dikunjunginya.
Sudah beberapa hari Mayang sibuk dengan pekerjaannya. Meski tidak ada Banyu yang menemaninya, tapi pesan dan juga telepon darinya tidak pernah telat sedikit pun, meski hanya berisi pertanyaan sudah makan atau belum yang dikirim beberapa kali, tetap saja sangat berkesan menurut Mayang.“Setelah ini, masuk kantor saya.” perintah Manajer SPBU mengagetkan Mayang yang sedang mengisi laporan harian.“Iya, Pak. Siap.”~Tok..tok..tok..“Permisi, Pak.” Mayang masuk kantor Manajer setelah mengetuk pintu ruangan itu.“Duduk. Ada berita bagus. Ada SPBU baru dan mencari seorang Manajer sekarang, gak jauh, di Tulungagung kota sana.” memang Manajernya itu cukup dekat dengan Mayang karena hanya Mayang yang tidur di SPBU dan mudah dimintai tolong.“Tapi Pak, itu tanggung jawabnya berat, aku masi
Bukannya pulang, Eric mengajak Mayang ke Alun-alun Tugu dan duduk di bangku yang kosong di depan Masjid Agung Jami’. Suasana yang cukup sepi membuat dua insan yang dilanda rindu itu mencurahkan isi hati mereka.Eric memeluk Mayang lagi meski pun sekarang mereka berada di posisi duduk. Sangat erat seakan tidak ada lagi hari esok bagi Eric untuk melakukan hal itu. “Aku kangen. Kamu ke mana aja?” Eric melepas pelukannya dan memperhatikan wajah Mayang, “Kamu semakin kurus, May.” imbuhnya.“Gak papa, Eric. Aku sehat kok. Kamu kok di rumah?” ini bukan saat liburan dan menemukan Eric di sini sangatlah langka.“Aku ambil cuti lima hari. Aku udah dari kemaren di rumah. Seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Aku---”Ddrrrrrrtttt… .Eric merogoh ponselnya yang bergetar di dalam sakunya, menggeser tombol berwarna hijau itu dan menemp