Ponsel Sasha masih terus berdering sementara si empunya masih Menimbang-nimbang akan menerima panggilan tersebut atau tidak.Di depan Sasha, Daniel masih berdiri dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia masih tidak mengerti kenapa Olivia menghubungi Sasha di pagi-pagi buta seperti ini.Jika mengenai urusan bisnis, mana mungkin seseorang menelepon untuk urusan bisnis di pukul 4.00 pagi.Dalam keadaan terdesak mau tidak mau Sasha menjawab telepon Olivia. Ia menempelkan ponselnya rapat-rapat ke telinganya seolah takut Daniel akan mendengar percakapan Olivia dengannya."Halo," sapa Sasha singkat."Lama banget ngangkat telponnya, lagi asik ngobrol ya sama calon suami saya?"Suara Olivia terdengar ramah seperti biasanya.Lutut Sasha terasa lemas, bagaimana Olivia bisa tahu kalau Daniel ada disini?"What do you mean?"Sasha masih berusaha berkelit.Terdengar suara tawa mengerikan di seberang sana,"Sasha, kita sudah membuat kesepakatan okay? Kamu sudah dapat apa yang kamu mau. Kamu mau main cura
Dua minggu telah berlalu semenjak kejadian Oma jatuh di kamar mandi. Sekarang Oma sudah diperbolehkan untuk pulang kembali ke rumah.Sasha mendorong kursi roda yang diduduki Oma ke dalam rumah. Jasmine, Katia dan Mama sudah menunggu di dalam."Omaaaaaaaaa Katia kangeeeeen!" Katia langsung menghambur ke pelukan Oma begitu Sasha dan Oma muncul di ruang tamu.Kondisi Oma tidak lagi sama seperti dulu. Setelah serangan stroke yang membuatnya jatuh di kamar mandi, semua jadi berubah. Oma sekarang menderita lumpuh sebelah. Semua anggota tubuh sebelah kirinya tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya. Butuh terapi yang intens untuk mengembalikan kondisi Oma agar sehat seperti sedia kala.Setelah Katia dan Jasmine melepaskan kerinduan mereka pada Oma tercinta, tibalah saat Mama Sasha untuk menyapa Ibunya.Sejak tadi Mama Sasha tampak berdiri canggung di sudut pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang tengah. Matanya yang biasanya tanpa ekspresi terlihat berkaca-kaca.Ia berjalan perlahan k
"Lala, kamu udah cek semua file PR yang di audit? Aman semua kan?" tanya Sasha pada Lala staf Public Relation yang sedang ia panggil ke ruangannya. Lala mengangguk,"Udah Aku cek semua Mbak Sha, ummm ada satu data yang agak aneh sih Mba,"Lala mengulurkan satu file kepada Sasha yang langsung cepat-cepat membukanya. "Event Opening Dharmawangsa?"Dengan perlahan Sasha membaca laporan tersebut satu persatu hingga ia menemukan anomali pada data yang di bacanya. "Siapa yang kemaren pegang pengisi acara? Stevi ya?" tanya Sasha dengan mata terus membuka-buka file yang tersisa. Lala mengangguk takut-takut.Sasha segera menekan intercom nya menghubungi Stevi,"Stev, tolong kesini sebentar ya." Tidak lama kemudian Stevi masuk dengan wajah yang terlihat agak nervous."Ya Mba?"Stevi berdiri di sisi Lala yang menggigit bibir kuat-kuat. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kamu yang pegang urusan DJ sama MC kan waktu event Kencana Dharmawangsa?" tanya Sasha sambil mendorong tumpu
"Iya katanya sih tanggal 5 nanti, cocok banget sih mereka yang satu cantik yang satu ganteng!""Eh bukannya waktu di Bali sempet deket sama Mba Sasha ya, lo kan yang cerita?""Iya waktu malam gala kayak akrab banget, semua orang juga bisa ngerasain kali ada apa-apa antara mereka!""Yaaah kasian banget Mba Sasha, bakal galau dong! Ya gimana sih yaa orang kaya ya cocoknya sama yang kaya juga.""Iyalah emang nya FTV, karyawan kayak kita bisa kawin sama CEO hahahaha."Sasha urung masuk ke dalam pantry karena mendengar Vero dan salah satu staf purchasing sedang asik membicarakan tentang ia Daniel dan Olivia. Ia masih belum mengerti tentang apa yang di maksud mereka. Minggu depan? Ada apa dengan Daniel dan Olivia minggu depan? Tiba-tiba perut Sasha mendadak mulas, apakah pernikahan mereka akan dilakukan minggu depan? Ingin bertanya pada Vero, tapi Sasha segan. Nanti yang ada malah Vero yang berbalik menginterogasinya.Urung membuat Kopi, Sasha kembali ke ruang kerjanya. Dan alangkah terk
Alih-alih melawan, Sasha malah pasrah, ia melemaskan tubuhnya yang di dekap erat oleh Daniel. Ia tidak membalas namun juga tidak membantah. Daniel memegang wajah Sasha dengan kedua tangannya, lalu melumat bibir Sasha dengan kerinduan yang menggebu-gebu. Sasha membalas Daniel dengan hasrat yang sama. Ia bahkan sepertinya akan menyerah jika Daniel melakukan hal yang lebih jauh padanya. Mereka larut dalam hasrat cinta dua manusia yang saling mendamba, seolah lupa mereka ada dimana. Daniel mulai membuka kancing baju Sasha satu persatu, ia seperti seekor Harimau lapar yang siap menerkam mangsanya. Sasha yang tertahan di tengah lengan Daniel yang kuat, hanya terdiam pasrah, menunggu dengan nafas yang memburu. Saat mereka nyaris menyatukan tubuh mereka, ponsel Sasha berdering kencang, Sasha yang sedang mabuk kepayang seperti tersadar. Ia segera mendorong Daniel dengan kuat lalu cepat-cepat membenarkan kancing bajunya.Daniel menarik tubuh Sasha, "Bilang ke aku untuk stay Sha! Bilang k
Sasha terbangun karena cahaya matahari yang menembus dari kaca depan mobil. Ia meringis memegang kepalanya yang terasa agak pusing lalu melihat ke depan jalan dan mendapati bahwa ia sudah berada di depan rumahnya dengan Raga tertidur pulas di kursi kemudi. "Ga bangun." Sasha menyentuh pelan bahu Raga. Pelan-pelan Raga membuka mata, dan mendapati Sasha ada di depan pelupuk matanya. Bahkan saat bangun tidur pun di matanya Sasha tampak mempesona seperti biasanya. "Ke dalem rumah yuk, gue bikinin sarapan." Tukas Sasha seraya membereskan tasnya lalu membuka pintu mobil. "Tadi Jasmine liat kakak tidur di mobil kak Raga, mau aku bangunin tapi gak tega. Jadi aku diemin aja deh." Ujar Jasmine begitu melihat kakaknya muncul di rumah. Sasha hanya tersenyum kecil sambil menyentuh puncak kepala Jasmine. Sasha yang merasa tubuhnya bau alcohol langsung ke kamar mandi dan membersihkan diri. Tulangnya terasa sangat lemas sekali setelah menghabiskan nyaris satu botol tequila seorang diri. Bahkan
"Kamu datang Sha ke engagement nya Pak Dan?" Tanya Caroline sambil menyerahkan berkas kerja pada Sasha.Caroline yang saat acara grand opening Kencana Hotel Bali merupakan teman satu kamar Sasha tahu betul tentang kedekatan Sasha dan Daniel, namun Caroline yang dasarnya acuh, pura-pura tidak mengerti apa-apa. Sasha berdeham pelan sambil meletakkan berkas yang diberikan Caroline di atas meja kerjanya. "Hmmm, belum tau nih, kalau gak ada acara mungkin datang." Sahut Sasha tanpa menatap Caroline.Caroline hanya manggut-manggut lalu keluar dari ruang kerja Sasha. Sasha memutar kursi kerjanya menghadap ke dinding kaca raksasa yang menyajikan pemandangan kota Jakarta dibawahnya. Hal yang selalu Sasha syukuri adalah memiliki ruang kantor di lantai 45 yang menghadap ke arah Bundaran Hotel Indonesia. Sehingga membuatnya bisa menikmati pemandangan yang disukainya setiap hari. Bahkan saat udara Jakarta bersih tanpa polusi, Sasha bisa dengan jelas melihat Pantai yang terletak di Jakarta Ut
Sasha mematut diri sekali lagi di depan cermin besar yang memantulkan bayangan tubuhnya yang sempurna. Halter neck dress Gucci berwarna hitam dengan style body con menjadi pilihan Sasha malam ini. Dress tersebut membalut sempurna tubuh Sasha yang ideal, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat sempurna tanpa cela. Rambutnya ia angkat ke atas membentuk chignon bun yang indah. Kaki jenjangnya ia hiasi dengan high heels hitam dari Christian Louboutin. Tidak lupa pula Sasha menyematkan sepasang anting-anting berlian dari Tiffany & Co yang menyempurnakan keseluruhan penampilannya. Sasha merogoh kocek yang cukup dalam untuk bisa menyewa seluruh barang-barang branded yang ia kenakan untuk malam ini, karena jika untuk membeli semuanya, tentu saja Sasha tidak mampu. "Kaaaak Shaaaaaa, Udah di jemput!" Suara Jasmine mengejutkan Sasha yang masih mematut diri di depan kaca. Ia ingin terlihat sempurna malam ini. Menunjukkan pada Olivia bahwa dirinya adalah lawan yang sebanding! Dengan sigap Sasha mengam