Share

MENJIJIKAN

Author: Catatan Ayra
last update Last Updated: 2025-03-24 00:58:51

"Sudahlah nanti, pasti ada cara!" imbuh Grace seraya turun dari ranjang.

Di ruang makan, Lucas telah selesai dengan sarapannya. Dia melirik jam di tangannya. Lalu melihat ke arah pintu masuk. Tapi, orang yang ditunggu tidak kunjung masuk.

Lucas menoleh ke jendela besar tinggi di ruang makan, dia melihat Grace mengendarai mobil dan melaju meninggalkan Villa. "Dia mau ke mana sepagi ini!"

Lucas berdiri dan meninggalkan Villa juga tak lama setelah Grace pergi. Sementara itu di toko kain, Paman Henry sudah mulai mengemas kain-kain sulam berharga buatan Grace. Begitu gadis itu tiba, semua sudah siap.

"Paman Henry terima kasih karena sudah banyak membantu. Budi ini akan selalu ku ingat!"

Paman Henry mengangguk seraya berkata, "Jangan lupa lihat keadaan ayahmu di Rumah sakit!"

Grace memegang keningnya seraya berkata, "Setelah urusan ini selesai, aku akan menjenguknya!"

Grace sekali lagi mengecek kain tenun sulamnya. Lalu segera membawanya ke hotel Imperial. Di sana Vivian telah menunggunya. "Ayo cepat! Tuan Ma tidak punya banyak waktu. Kau langsung saja ke kamarnya. Biar aku bantu bawakan ini!"

Grace mengangguk dan mengikuti langkah asisten Tuan Ma langsung berjalan menuju kamar. Pada saat ini di hotel yang sama, Lucas juga mengadakan pertemuan dengan kolega bisnisnya. Dia melihat Grace dan mengikutinya.

Lucas melihat Grace memasuki kamar suite. Teringat dengan permintaan tadi pagi, "Apa yang sedang dia lakukan di sini!" Pikirnya

"Jangan... jangan dia!" Pikir Lucas lagi.

Lucas berdiri di sudut lorong hotel dengan ekspresi dingin, matanya tajam menatap sosok ramping Grace yang melangkah masuk ke dalam kamar suite mewah. Tangannya mengepal tanpa sadar, rahangnya mengeras.

"Jadi begini cara dia mendapatkan uang?

Sebuah tawa sinis nyaris lolos dari bibirnya. Dia masih ingat dengan jelas bagaimana tadi pagi gadis itu memohon padanya, wajahnya penuh keputusasaan, meminta pinjaman uang. Lucas menolaknya mentah-mentah.

"Cari tahu siapa yang menginap di kamar itu!" Perintah Lucas kepada asistennya.

Di dalam kamar suite, Grace disambut oleh Tuan Ma. Duda setia yang memutuskan enggan menikah lagi setelah istrinya meninggal. Dia banyak mengkoleksi kain tenun sulam karena istrinya sangat menyukai jenis kain sulaman tradisional.

"Tuan, terima kasih karena telah menjadi pelanggan setia toko kain kami!" imbuh Grace sedikit membungkukan badannya memberi hormat.

"Silakan duduk Nona Grace!" balas Sapa Tuan Ma dengan sopan.

"Nah, semoga cek ini cukup!" kata Tuan Ma sembari meletakan cek itu diatas meja.

Grace mengambil selembar cek itu, "Terima kasih Tuan, jika ada permintaan desain khusus dengan senang hati akan aku buatkan!"

Tuan Ma mengangguk seraya berkata, "pasti!

Mereka berbincang beberapa saat, lalu Grace pun pergi meninggalkan suite dengan senyuman sedikit merekah. "Tinggal mencari sisanya, maka secepatnya aku akan mengembalikan mahar itu!"

Grace terlihat mencium senang selembar cek yang sedang dia pegang sekarang, dan memasukannya dengan hati-hati ke dalam tas-nya. Dia mengeluarkan ponselnya. "Kau ada di mana?" tanya pada Vivian

"Ada hal yang harus segera aku urus, jadi aku pergi dulu, aku pinjam mobilmu ya! Oh ya traktir aku di lain hari ok!" jawab Teman baiknya itu.

"Ok!" jawab Grace sembari keluar dari lobi hotel.

Baru saja keluar, jalannya malah sudah dihalang oleh Alex. "Nona , Tuan Smith telah menunggu di mobil!"

"Hah, apa! Maksudmu dia ada di sini?" imbuh Grace sedikit terbata.

"Silakan!" imbuh Alex sembari menunjukan jalan ke mobil.

Grace pun masuk ke mobil, Di dalam kabin mobil mewah yang hening, Lucas duduk dengan anggun di kursi belakang, sorot matanya tajam menatap layar tabletnya. Wajahnya yang tampan semakin memancarkan aura karismatik saat ekspresi serius menghiasi paras sempurnanya.

Rahang tegasnya mengeras setiap kali dia menganalisis data yang terpampang di layar, jari-jarinya yang panjang dan kokoh sesekali mengetuk layar, memastikan setiap pergerakan bisnisnya berjalan sesuai rencana.

Cahaya dari layar tablet memantul lembut di wajahnya, mempertegas garis hidungnya yang sempurna dan tatapan penuh ambisi yang tak tergoyahkan. Seolah tenggelam dalam pikirannya, alisnya sedikit berkerut, menambah pesona maskulin yang begitu alami.

Setiap gerakannya mencerminkan ketenangan dan kendali penuh pria yang tidak hanya tampan, tetapi juga berbahaya dalam dunia bisnis. Bahkan dalam diam, Lucas mampu menarik perhatian. Ketampanannya bukan hanya soal rupa, tetapi juga aura dominasi yang membuat siapa pun tak bisa mengalihkan pandangan.

Sesekali, Lucas menghela napas pelan, matanya menyipit saat menemukan angka-angka yang kurang sesuai dengan ekspektasinya. Dengan sekali geser, dia membuka laporan keuangan terbaru, lalu jari-jarinya mengetuk layar tablet, mengirim perintah kepada timnya untuk segera menindaklanjuti. Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam dunianya setiap keputusan harus tepat, cepat, dan tanpa celah.

Kehadiran Grace di sebelahnya, tak mengganggu fokus Lucas Wajahnya tetap serius, rahangnya sedikit mengencang saat berpikir, menambah daya tarik yang hampir tak tertahankan. Ada sesuatu yang begitu menawan dalam caranya bekerja keseriusan yang dingin, ketenangan yang mutlak, dan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan.

Assitennya di depan melirik lewat kaca spion, tak bisa menahan kekaguman pada pria muda itu. Lucas bukan hanya tampan, tetapi juga memiliki aura seseorang yang dilahirkan untuk memimpin. Bahkan tanpa berkata-kata, dia sudah memancarkan pesona yang sulit diabaikan.

Saat akhirnya dia menutup tabletnya, senyum tipis terukir di bibirnya senyum yang begitu mematikan, sekaligus penuh arti. Seolah-olah dia baru saja memenangkan sesuatu, atau mungkin, dia memang selalu menang.

"Jalan!" imbuh Lucas kepada Alex seraya menoleh kepada Grace yang duduk sedikit gugup.

"Jadi kau sangat membutuhkan uang ya!" Imbuh Lucas seraya berpkir bukankah kemarin dia baru saja memberi banyak untuk biaya rumah sakit ayahnya.

"Bukan urusanmu!" jawab ketus Grace.

Lucas tidak puas dengan jawaban Grace Dia pun dengan paksa mengambil tas gadis itu. "Ei... kau mau apa?"

Lucas sangat marah ketika mendapatkan laporan bahwa yang ada di kamar suite itu adalah seorang laki-laki bernama Tuan Ma. Tadi dia memilih menunggu di koridor untuk mengetahui berapa lama Grace di dalam suite itu bersama Tuan Ma. Dan, secara kebetulan malah tadi dia melihat gadis itu dengan penuh kecerian mencium selembar cek yang sedang dia pegang.

"Berapa banyak dia membayarmu!" imbuh Lucas sambil membuka tas Grace.

"Lucas kembalikan tasku!" hardik marah Grace sembari mencoba merebut tas yang saat ini di pegang oleh pria itu.

Tangan Grace kurang cepat, selembar cek itu saat ini sudah ada di tangan Lucas. "Murahan!" hardik sarkas pria itu.

"Hanya demi uang sekecil ini, dia bersedia jual diri ke pria tua!" pikir Lucas. "Menjijikan," pikirnya lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TEMAN TIDUR CEO   AKU MERINDUKANMU

    Pada saat ini Cahaya matahari menembus sela dedaunan, menciptakan bayangan bergerak di lantai beranda. Vivian duduk sambil memeluk lutut, sementara Lucas dan Alex bercakap ringan di sudut.“Rasanya seperti kembali ke masa kuliah,” kata Vivian sambil terkekeh. “Kita dulu sering duduk begini, hanya beda tempat.”Grace mengangguk. “Dan dulu kita hanya memikirkan ujian dan tugas. Sekarang...” dia menatap Alric yang tertidur di ayunan bayi, “ada kehidupan kecil yang bergantung kepadaku.”Lucas tersenyum. “Dan itu justru membuat segalanya terasa lebih berarti.”Vivian menoleh pada Gracw. “Kau tahu, aku sempat ragu kau dan Lucas bisa melewati semua kesedihan di masa lampau itu.”Grace twrsenyum tipis. “Dan dia benar-benar melakukannya. Aku melihat usaha itu setiap hari.”Alex bersandar di kursi rotan. “Kalian ini bikin iri, tahu tidak?”Vivian melirik Alex, separuh bercanda. “Kau ingin aku memberikan bayi yang lucu?"Grace tertawa kecil. “Baiklah, Vivian, kau punya tugas baru.”Vivian mengan

  • TEMAN TIDUR CEO   MEMBUATKU KEMBALI

    Matahari sudah naik sedikit lebih tinggi ketika sarapan mereka berakhir. Piring-piring kosong menumpuk di atas meja, tapi tak seorang pun beranjak. Mereka seperti enggan membiarkan momen itu berlalu terlalu cepat.“Aku hampir lupa betapa enaknya sarapan buatanmu, Grace,” ujar Vivian sambil menyandarkan tubuh di kursi.“Sup sayuran ini rasanya persis seperti yang kau buat dulu.”Grace tersenyum bangga. “Aku memang sengaja membuat yang sama. Sup itu resep favorit kita dulu.”Vivian menyikut Alex pelan. “Dan lihat siapa yang sekarang kelihatan paling bahagia setelah makan.”Alex tertawa, menoleh ke Lucas. “Setidaknya aku tidak makan sebanyak kau.”Lucas pura-pura terkejut. “Hei, aku hanya memastikan tidak ada makanan tersisa sia-sia.”Grace menggeleng sambil terkekeh. Alric mengoceh kecil, seakan ikut menanggapi. Vivian langsung mendekat, mencium pipi bayi itu. “Lihat, dia setuju denganku. Pasti dia suka melihat semua orang tertawa.”“Dia memang suka suasana ramai,” kata Lucas sambil men

  • TEMAN TIDUR CEO   AROMA ROTI

    Keesokan paginya Grace terbangun lebih dulu. Dia bangkit pelan, memastikan Alric masih terlelap di ranjang kecilnya. Lucas masih tidur, wajahnya tampak tenang.Hari ini Vivian akan datang. Jadi dia lebih pagi bangun, ingin memasakan menu sarapaan kesukaan Vivian. Pada saat ini, Vivian berdiri di halaman rumah Grace, menunggu dengan sabar sambil memeluk tas kecil di tangannya. Begitu pintu terbuka, Grace muncul dengan senyum lebar.“Vivian!” seru Grace, langsung memeluk sahabatnya erat.Vivian menghela napas panjang, seolah baru bisa bernapas lega. “Astaga, Grace. Kau benar-benar ada di sini. Aku takut selama ini hanya bermimpi.”Grace tertawa kecil, matanya ikut berkaca-kaca. “Kau tidak bermimpi. Aku benar-benar pulang.”Mereka duduk langsung pergi ke dapur. Vivian masih menatap Grace dengan tatapan campuran bahagia dan haru. “Kau tidak tahu betapa aku merindukanmu. Banyak malam aku bertanya-tanya di mana kau berada, apakah kau baik-baik saja.”Grace menggenggam tangan sahabatnya. “

  • TEMAN TIDUR CEO   ATAS NAMA CINTA

    Keesokan paginya, rumah dipenuhi aroma sarapan yang sedap. Grace sudah bangun lebih dulu, menyiapkan bubur kecil untuk Alric. Lucas yang tadinterbangun dan tidak melihat istrinya, dia sudah menebak pasti saat ini Grace awdang di dapur. Lucas masuk ke dapur sambil mengikat dasinya.“Kau terlihat bersemangat pagi ini,” ujarnya sambil mencium kening Grace.Grace tersenyum. “Hari ini Alric akan bertemu dengan Kakeknya, tentu saja aku senang!" Lucas mengangguk. “ya Papa pasti senang. Ini pertama kalinya Alric akan melihat Kakeknya.”Alric duduk di kursi makannya, menepuk meja dengan tangannya. “Ba! Ba!” serunya.Lucas tertawa kecil. “Lihat, dia juga tak sabar.”Mereka makan bersama sebelum berangkat. Di mobil, Grace duduk di belakang bersama Alric, sesekali bernyanyi kecil untuk menenangkannya. Lucas menyetir dengan wajah fokus.Mobil berhenti di parkiran Rumah Sakit. Lucas turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Grace dan Alric. Pada saat ini Lucas sedang mengambil cuti panjang, data

  • TEMAN TIDUR CEO   NAKAL, AKU HUKUM YA!

    Keesokan paginya, Grace sedang menepuk-nepuk punggung Alric yang baru saja selesai makan. “Dia semakin pintar. Rasanya baru kemarin aku melihatnya hanya tidur sepanjang hari.”Lucas tersenyum, duduk di sebelahnya. “Dan sekarang dia bisa membuatku tidak ingin pergi ke mana pun. Rumah ini terasa hidup.”Grace menoleh, matanya hangat. “Lucas... aku masih butuh waktu. Tapi aku bisa merasakan kita mulai kembali seperti dulu.”Lucas menggenggam tangannya, menatapnya serius. “Aku tahu. Aku tidak terburu-buru. Aku hanya ingin kau percaya bahwa aku tidak akan pergi lagi, baik hati ataupun pikiran.”Grace menghela napas, seolah melepaskan sesuatu dari dadanya. “Aku percaya. Tapi aku juga harus belajar memaafkan. Itu bagian tersulit.”Lucas mengangguk. “Kita akan belajar bersama. Yang penting, kita tidak menyerah.”Alric menepuk pipi Grace, membuatnya tertawa kecil. “Lihat? Dia sepertinya ingin kita berhenti bicara serius.”Lucas ikut tertawa. “Dia benar. Kita harus mulai menikmati hal-hal seder

  • TEMAN TIDUR CEO   BOLOS SEHARI

    Grace mengangkat wajahnya, matanya basah. “Lucas... ini terasa seperti mimpi. Aku takut kalau aku membuka mata, semuanya akan hilang.”Lucas melangkah mendekat, menepuk bahunya. “Tidak akan hilang. Ini rumah kita, Grace. Dan dia...” Lucas menatap Alric yang menggeliat di pelukan Grace, " Dia adalah alasan kita untuk terus bertahan.”Alric menatap mereka dengan mata bulat, lalu meraih rambut Grace sambil terkekeh.Grace tertawa kecil di sela tangisnya. sambil mencium pipi Alric. Lucas mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Alric. “Kau lihat? Bahkan dia tahu kau bahagia.”Mereka berjalan menuju mobil yang sudah menunggu. Di perjalanan, Grace duduk di samping Lucas, memangku Alric yang terus menepuk-nepuk dasbor mobil sambil bersuara, “Ba! Ba!”Lucas tersenyum melihatnya. “Dia sudah makin pintar. Bahkan suaranya makin jelas.”Grace mengangguk, matanya hangat. “Aku takut melewatkan banyak momen. Tapi sekarang... aku akan pastikan tidak ada satu pun yang terlewat lagi.”Lucas meliriknya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status