Share

MEETING ZOOM

Menit kemudian Mbak Ummi datang menenteng kerupuk.

"Lho, mana telurnya, Mbak?" tanyaku penasaran.

"Ini ada di dalam plastik."

Mbak Ummi meletakkan plastik di meja tamu. Karena aku dan Aira sedang bersantai di situ.

"Lho, kok cuma empat butir? Aku kan memberi uang untuk 1kg telur."

Mbak Ummi mengulas senyum. "Maaf, Vin! Tadi di jalan Mbak melihat es warna-warni ada bulat-bulat seperti cendol dawet. Mana tenggorokan kering. Jadi, Mbak mampir dan beli dulu. Terus, sisa uangnya baru buat beli. Maaf, Vin. Anggap saja itu sedekah buat Mbak."

Gigiku gemeretak. "Sayang, kamu lihat dia ...! Sepertinya aku sudah nggak kuat untuk mempekerjakan Mbak Ummi. Ini baru sehari lho. Tapi kamu lihat kelakuannya?"

Aira mengedikkan bahu. "Kurasa sikap Mbak Ummi masih wajar."

"Ya sudah, aku ke belakang dan masak dulu." Mbak Ummi meninggalkan kami. Mbak Ummi ke belakang. Perlahan aroma harum menguar dari dapur. Sepertinya wanita itu memang pandai memasak. Bisa dilihat dari bentuk tubuhnya. Pasti apa saja mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status