Share

Duka Pengantin Baru

Kami duduk bersama bersandar bantal dikepala ranjang,kopi hitam buatannya bertengger manja ditangan memberikan sedikit ketenangan.

“Coba cerita sayang,kenapa tiba-tiba bunda ayah yang cantik ini tau-tau ngomong gitu?kita baru saja pulang bulan madu..kita masih pengantin baru “godanya penuh canda berharap kesedihanku berkurang.

“Lihat ayah sayang..!”pintanya ketika pandanganku tetap saja kosong lurus kedepan.

Kuseruput kopi ditangan tak berniat mengubah arah pandang,memandang  lurus menikmati putihnya tembok kamar yang hanya berhias lukisan abstrak tak berbentuk namun mampu menghantarkan rasa siapapun yang melihat.Ku Hela napas panjang.

“Ayah yang harusnya jawab pertanyaaan bunda?Kenapa ayah bohong?"Tanyaku dia diam

"Kenapa ayah gak terus terang soal ibu ?"

"Kenapa ayah gak bilang kalo ibu sampe sekarang gak merestui hubungan kita?"lanjut ku terisak,berat rasanya hati ini melanjutkan pembicaraan tiada arti.Ku kuatkan diri menahan segala gejolak dada,rasanya lelah menangis tanpa henti.

"Ayah harusnya tak hanya memikirkan ego semata,ego ingin memiliki bunda.Harusnya ayah juga mikirin perasaan bunda...keluarga bunda juga keluarga ayah sendiri..”jedaku saat kurasakan  suara ini semakin bergetar karena ingin menangis.Aku diam menenangkan diri mengambil nafas panjang berusaha menjaga agar air tak lagi keluar dari mata yang sudah membengkak.

“Bunda yakin ayah tau hal ini,ayah gak mungkin gak tau soal restu Ibu,ayahlah yang mengajukan lamaran dan ayah yang bilang bahwa semua sudah setuju“kataku kemudian ia tetap saja diam tak bersuara hanya memandang sendu penuh penyesalan.Entah apa yang ia sesalkan aku tak ingin bertanya tentang perasaannya.Aku hanya peduli pada hatiku yang terluka.

“Harusnya ayah cerita semuanya,ayah tau...gak ada pernikahan yang akan berjalan lancar tanpa restu orang tua.Jalan kita akan rumit nantinya jika semua kita lanjutkan “kataku kembali terisak aku bingung harus memilih apa untuk menyelesaikan masalah ini.Semua pilihan menjadi momok menakutkan yang tak ingin aku jalani.

Tangis Duka

            Oleh ku yang berduka

Hai cinta

Lihatlah

Dukaku amat dalam

Hai cinta

Lihatlah

Sukaku telah hilang

Hai cinta

Lihatlah

Bahagiaku melayang

Karena duka

Terganjal restu orang tua

Pengantin baru terluka

Karena ego jiwa

“Pernikahan itu bukan hanya soal kita,tapi soal menyatukan dua keluarga. “kataku

“Bagaimana kita berjalan jika kerikil tajam sudah bertebaran didepan mata.“

“Restu orang tua itu penting untuk sebuah pernikahan.“kataku nanar menatap lurus kedepan.Lagi-lagi setitik air bening mengalir membasahi pipi tak dapat ku tahan.

“Ayah tau..” katanya mulai bersuara.

"Ayah tau ayah salah,ayah minta maaf soal rasa yang kamu rasakan sekarang"

“Tapi bisa jelasin darimana kamu tau? Jelasin sama ayah!apa yang kamu dengar sampai bisa menyimpulkan sejauh itu.“

“Ayah gak nyangkal kenyataan yang ada tapi ayah berani bilang apa yg kamu pikirin gak semuanya benar.“jelasnya

"Kamu tentu ingat dengan jelas ibu gak merestui hubungan kita saat kita baru memulai hubungan ini,3 tahun lalu....ibu menolak hubungan kita hanya karena kamu anak keluarga sederhana.Ayah yakin kamu pasti masih ingat dengan jelas kejadian waktu itu...lalu ..."katanya terdiam sejenak memberi jeda pada ceritanya.

"Dan hubungan kita sudah berakhir saat itu,kamu mutusin hubungan kita secara sepihak..kamu menyerah tak ingin memperjuangkan dan setelah itu kamu menghilang...3 bulan tanpa kabar tak bisa dihubungi." lanjutnya aku diam.Kejadian itu berputar otomatis dikepala.

"Kamu tau betul dan pasti ingat bagaimana kondisi ayah saat itu?Ayah hancur!"

"Ayah hancur dan kehilangan semangat untuk hidup,ayah seperti orang gila mencari-cari kamu kemana-mana "katanya meletakan gelas ditangan seraya merapatkan posisi tubuhnya  kepadaku.

"Ayah sayang sama bunda."

"Ayah sangaaaaat mencintai bunda. "katanya kemudian mengubah posisi duduk menghadap ku yang tetap asik memandang lurus kedepan.

"Butuh waktu setahun untuk ayah  meyakinkan bunda,meyakinkan bahwa ayah sangat mencintai bunda."

"Setahun ayah berjuang meyakinkan kamu"

"Dan soal restu ibu? Itu hanya karena Ekonomi dan bunda tau benar ekonomi itu bisa kita cari dan ayah sudah pastikan itu akan kita dapatkan.Restu ibu hanya soal waktu..restu itu akan kita dapat seiring berjalannya waktu saat ekonomi kamu semakin baik."katanya menjelaskan.

"Lagi pula pernikahan ini kita yang menjalani,bukan ibu atau keluarga ayah...bukan juga keluarga bunda,pernikahan ini untuk kita dan anak-anak kita..bukan mereka."

"Tak bolehkan ayah egois untuk kebahagian ayah,untuk sesuatu yang nantinya ayah yang menjalani?"katanya menangkup wajahku memaksa mata kami saling berpandangan.

"Kasih tau ayah!apa yang kamu dengar!"perintahnya aku terdiam sesaat lalu bercerita tantang kabar duka yang ku dengar sesampainya dirumah.

Ia mendengar dengan seksama kemudian wajahnya memerah tanda marah.Menurutnya masalah restu sudah dibahas jauh hari sebelum pernikahan,harusnya sudah tak jadi masalah.Namun ia tak menyangka itu kembali jadi bahasan dan topik utama.Ia terlihat kecewa karena hal itu disampaikan ibunya pada teman-teman arisannya bukan langsung padanya.

"Dengarkan ayah,Pernikahan ini sudah dibahas setahun lalu,restu dan segalanya juga sudah selesai dibicarakan"katanya seraya mengambil  gelas kopi di nakas samping ranjang kumudian menyeruputnya.

“Ayah janji ayah akan selesaikan semua ini..”katanya tak ku hiraukan,aku malas menghadapi janji-janji yang sudah jelas sulit ditepati.Restu berhubungan dengan hati,siapa yang mampu mengendalikan hati jika bukan pemiliknya sendiri.Jadi mana mungkin suamiku mampu membalikan hati ibunya seperti membalikan telapak tangannya sendiri.

Aku terluka,otakku beku tak mampu mencerna,perpisahan adalah jawaban terbaik untuk semua tapi luka yang akan tercipta di keluarga membuatku urung melakukannya.Aku ragu menentukan pilihan.Aku terjepit diantara dua pilihan.

“Apakah ayah memaksakan pernikahan kita seperti yang Ibu bilang..”tanyaku

“Tidak..ayah tak memaksa..semua sudah dijelaskan sejak awal,seperti yang ayah jelaskan tadi hubungan kita memang kurang mendapat respon positif dari Ibu hanya karena usia dan status sosial ekonomi.“

"Lalu ..?"selaku ia mengambil nafas panjang 

"Kita sudah berpisah untuk itu .."katanya lemah.

"Dan ayah hancur dengan perpisahan itu"katanya terdiam.

"Butuh waktu setahun untuk meyakinkan bunda kembali hingga saat ini,ayah gak mau kehilangan kamu lagi...gak mau!"lanjutnya suaranya semakin lemah tapi terdengar penuh ketegasan.

“Berarti itu hanyalah kebohongan..”Kataku terisak,sesak kembali memenuhi relung hati tangis tak mampu kuelakan.

“Kenapa ayah harus bohong...hiks..hiks huaaaaaaaa hiks “tangisku pecah otakku tak bisa berpikir aku tetap saja kecewa tak memperdulikan semua penjelasan yang ia ungkapkan sebelumnya.

“Ayah ngancurin semua impian bunda..”lanjutku ia terdiam tanpa kata

“Sebaiknya kita berpisah..,”ucapku ia tergagap

“bunda...aayang,ayah mohon ..ayah janji akan meluruskan semua ini..”katanya Aku terdiam tak berkata.Pusing tiba-tiba terasa kepalaku berputar hebat..badanku lemah perut mual seketika.Aku muntah terkulai hingga gelap memenuhi mata.

Aku lelah pukulan berat yang ku terima membuatku terkulai,jiwaku merana hingga tubuh ini menyerah dan sakit hinggap memenuhi raga.

Tubuhku menggigil namun suhu tubuhku memuncak dibatas maksimal.Perutku mual tak mampu menerima secuil pun makanan.Tubuhku melemah karena kenyataan yang ku terima.Pengantin ini berduka hingga jiwa raganya ikut terluka.

"Bagaimana kondisi istri saya dok?"tanya suara yang ku kenal

"Ini dimana..?"tanyaku lemah saat membuka mata

"Sayaaaang..ini dirumah sakit,kamu pingsan semalam.."jelasnya mendekat menghalangiku yang hendak bangkit dari pembaringan.

"Ehm..."kataku kembali menutup mata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status