Share

Sea dan Bas

Tidak terasa sudah satu hari berselang dan mulut Seana mencoba beradaptasi dengan makanan-makanan yang rasanya dominan manis.

Pagi sampai menjelang siang hari ini Seana tidak melakukan apapun, dia hanya tiduran main hp, setelah tadi malam jalan-jalan sampai lumayan larut malam.

Sekarang menunjukkan waktu jam 3 siang dan Seana dijemput laki-laki yang sekarang duduk di kursi pengemudi. Ya, Seana menyetujui ajakan Baskara dan sekarang mereka perjalanan ke daerah Gunung kidul.

"Kak Bas… kalau kakak capek kita tukeran aja nyetirnya," ucap Seana tidak enak sebab Baskara menjemputnya dari Semarang ke Jogja.

Baskara Erlangga seniornya di kampus dari angkatan dua tahun di atas Seana. Kenal karena, sempat satu kelompok di Program Kreativitas Mahasiswa. Sampai, mereka saling kenal dan lumayan banyak mengobrol juga saat di kampus.

"Santai aja Cil, Jogja Semarang doang," katanya enteng.

Ya, memang Jogja-Semarang bisa ditempuh sekitar 2 jam pakai motor atau mobil.

Sekilas Baskara melirik adik tingkatnya. "Cil, kita mau ke pantai mana nih?" tanyanya dari sejam perjalanan belum menentukan akan camping dimana. "Btw, selamat ya Cil udah lulus kuliah."

Bocil atau Boncel tidak asing dan tidak aneh di telinga Seana kalau orang-orang memanggilnya Bocil. Ya, karena muka baby face dan badannya yang pendek jadi orang-orang yang dikenalnya di kampus iseng memanggilnya Bocil.

"Wee… wisudawan terbaik satu," puji Baskara melempar tatapan menahan tawa. "Akhirnya Bocil jadi wisudawan terbaik."

"Iya dong! Sea gitu lohh!" seru Seana jumawa dilanjut ketawa. "Nah itu gue gak tau… enaknya kemana ya bang?"

Baskara mendelik. "Lha Cil, kirain udah punya rencana ke pantai mana," gerutunya.

"Ya udah Cil… kita ke pantai Watu Kodok aja ya? Kita liat sunset di atas bukit."

Seana mengangguk. "Gue sih ngikut aja ya bang… soalnya kan emang belum pernah, ngikut yang suka jalan-jalan aja."

"Deal ya kita ke Watu Kodok… pantainya juga bagus Cil, kapan-kapan lu harus ke Karimunjawa… pantai tuh bagus banget Cil!"

Jalan-jalan bersama Baskara sudah pasti dia punya rekomendasi tempat yang bagus, karena Baskara adalah seorang fotografer alam sekaligus videografer yang namanya sudah cukup terkenal dan sering mengisi webinar mengenai dunia fotografi dan videografi.

Jadi, tidak aneh kalau Baskara tau banyak soal seluk-beluk tempat-tempat wisata di daerah Jawa.

"Kak, lu abis ngedaki dimana? Masih ada carrier di bagasi."

Baskara menoleh kebelakang sekilas. "Udah lama Cil, baru aja lusa kemarin ke Mahameru, buat kebutuhan jiwa sama sekalian aja kebutuhan konten dan ada endorse yang masuk."

Tatapan Seana tertuju ke orang disampingnya. "Wii, gede dong endorsannya."

"Ya lumayan lah Cil buat bekal Raja Ampat kali ya Cil…" Seana tertawa sembari memperbesar volume lagu.

Mata Seana tertuju ke depan. Ya, tinggal di Jogja sepertinya lebih menenangkan, tidak ada suara klakson saat lampu merah, tertib, tenang dan semua orang kalem di lampu merah. Kalau, perkara salip-menyalip memang itu ada.

Walaupun memang kalau menurut Seana panasnya Jogja lebih panas dari Bandung yang kadang cenderung adem dan dingin.

"Cil, kita nyari tempat sholat dulu ya Cil… udah ashar," ucap Baskara yang diangguki Seana. "Lu udah makan belum Cil? Biar nanti kita sekalian cari yang ada minimarketnya."

Seana menggeleng dan malah mengeluarkan beberapa roti dan cemilan dari ransel orange. "Lu laper kak?"

Baskara menggeleng. "Awet juga tu tas dari jaman kuliah sampe udah lulus," ucapnya melirik tas orange milik Seana. "Hahaha gue masih inget nyari lu pas gue belum tau kalo orang-orang lebih kenal lu sebagai Bocil yang suka pake tas oren."

"Bocil sipil si tas oren," sambung Seana diselingi gelagak tawa.

Badan yang mungil dan lebih muda diantara teman-teman kuliahnya jadilah Seana si Bocil sipil. Ya, Seana masuk masuk kuliah 2 tahun lebih cepat dan paling muda diantara-temannya.

Title Wisudawan terbaik, termuda dan paling pendek melekat di diri Seana.

****

Di rumah sakit Rasya masih terkulai lemas, semua rencana pekerjaannya terpaksa ditunda dan jadi berantakan akibat insiden ini.

Walaupun, kesehatannya berangsur membaik. Tapi, tetap saja masih terasa lemas dan perlahan lebam-lebamnya juga mulai tidak terasa meskipun, masih terlihat biru-biru di beberapa titik area wajahnya.

"Pukulannya lumayan juga," Rasya menggumam pelan sambil mengusap-usap lebamnya dan sebelah tangannya memegang kaca kecil. "Bocil itu lumayan juga."

"Lumayan apa keren? Baru pertama kali langsung masuk ke hati, mana disebut-sebut mulu lagi," celetuk Janu sambil bersandar di kursi yang ada di samping ranjang Rasya. "Wah, kalau wartawan tau berita ini langsung jadi headline… Arrasya Rajendra Presdir Ragnala Group jadi korban penyiksaan. Padahal lu duluan yang maen nyosor."

Didalam hati Rasya mengiyakan apa yang dikatakan temannya itu barusan, dia yang main peluk duluan, dia yang salah kamar dan dia yang terkena amukan maut si bocil.

Rasya mendelik tidak suka. "Gua masih nunggu Erina. Pokoknya cuma Erina."

Janu yang mendelik tidak suka. "Hah! Terserah lu! Capek gue ngomong sama orang batu kayak lu! Udah disakitin Erina tapi masih aja nungguin Erina!" Janu benar-benar tidak percaya Rasya masih menunggu Erina yang jelas-jelas sudah pergi. "Idup tuh jalan terus! Tapi lo jalan tapi masih menoleh kebelakang!"

Kalau sudah cinta ya mau dikasih tahu kalau itu salah juga ya pasti tidak akan masuk ke kuping. Janu menghela nafas sebentar dan dia tahu mau sampai mulutnya berbusa juga Rasya tidak akan mendengarkan ucapannya, dia tahu Rasya itu keras kepala dan semuanya harus sesuai keinginannya, tidak ada yang bisa membantah atau menentang keinginan Rasya.

Janu beranjak dari duduknya. "Erina udah ninggalin lu dan buat apa lu terus nungguin orang yang udah khianatin lu?"

"Erina udah janji sama gua kalau dia bakalan balik," ucap Rasya sangat yakin dan masih menunggu janji orang yang dia sayang.

"Ini udah 7 tahun Ar!" Janu menggeleng, kadang dia bingung dengan cara berpikir Rasya yang kadang tidak rasional.

Hanya orang bodoh yang mau menunggu janji palsu selama 7 tahun dan itu Arrasya.

Ceklek!

"Ar! Papa kasih pilihan cari calon istri kamu sendiri dan papa kasih waktu satu bulan atau papa jodohin kamu sama anak kolega-kolega papa," ucap papa Rasya mutlak. "Disamping itu kamu harus tetep dating sama anak kolega-kolega papa dan kali ini papa yang pantau sendiri! Awas kalau kamu berani-berani lagi bawa pacar palsu kamu ke depan papa!"

Mata hitam gelap Rasya melirik temannya yang justru mengangkat tangannya tanda tidak mau ikut-ikutan.

"Pa! Ini gak ad–"

"Ini adil sudah yang paling adil Arrasya! Dengar bulan depan kamu 26! Minimal dapat calon istri! Bukan cuma nunggu perempuan itu mulu kerjaan kamu." Rasya menggeleng tidak mau.

Papa Rasya menunjuk anaknya ditambah sorot matanya sangat tajam. "Kalau kamu belum menentukan pilihan kamu, lepas jabatan kamu di Ragnala Group!" sentaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status