Share

TERIKAT PERJODOHAN
TERIKAT PERJODOHAN
Author: qeynov

[1]

Author: qeynov
last update Last Updated: 2025-02-06 08:53:13

“Niel, jangan lupa tungguin Zeu! Kata Mamanya dia udah siap.” Amelia Tirto— Mama Niel, memberitahukan jika Zuesyu sudah siap untuk dijemput.

Nathaniel Rahardian Restian Tirto atau yang kerap disapa oleh orang terdekatnya dengan panggilan Niel itu mendengus keras. Kesenangannya selalu lenyap ketika pagi menyapa. 

S-E-L-A-L-U— tanpa pernah terjeda.

“Maa.. Dia kan punya mobil sendiri!” Protes Niel. Setiap pagi Niel akan melakukan konfrontasi dan hasilnya tentu saja sama seperti hari-hari sebelumnya.

Gagal!

“Jangan buat Mama marah, Dek! Zeu tanggung jawab kamu! Apa susahnya  sih nungguin?! Rumahnya juga ada di depan sana. Nggak akan lama sama sekali!” Balas Amel tak mau kalah.

“Mel udah. Kasihan Niel kamu marahin terus!” Hanggono Tirto membelai punggung Amel. Istrinya terlalu sering naik darah akhir-akhir ini. “Niel, turutin apa kata Mama kamu. Jangan sampai Papa sita mobil sama kartu kredit kamu!” Ancam Hanggono agar kemauan istrinya dituruti.

Sudahlah! Ia memang tidak akan pernah menang melawan Nyonya dan Tuan Besar Tirto. Hidupnya sebagai remaja bebas telah direnggut bahkan sejak ia masih menggunakan diapers. Ia dipaksa bertanggung jawab atas apa yang bukan menjadi pilihannya.

Semesta memang sekejam itu padanya. Sejak kapan memang ada anak menang melawan orang tuanya?! Malin saja akhirnya menjadi batu.

“Oke, fine!” Sentak Niel sebelum kembali melanjutkan langkah untuk keluar dari rumah.

Amel pun mengerang. “Astaga Mas, anak kamu! Kecilnya gemesin banget kenapa gedenya amit-amit gini!” Kesal Amel menghadapi kelakuan satu-satunya anak lelaki mereka.

Niel benar-benar arogan, berbeda dengan dua kakaknya yang selalu bersikap manis di masa muda mereka. Kepribadian pemuda itu sungguh sangat bertolak belakang meski penyumbang benihnya masih laki-laki yang sama.

Hang ber-hus, “Yang! Nggak boleh kayak gitu. Anak kamu begitu juga. Nanti juga dia ngerti, Yang. Jangan diambil hati ya.” Ujar Hanggono mencoba memberi pengertian pada Amel.

Wajar saja. Niel masih terlalu belia untuk menerima keadaannya. Disaat dia masih mencari jati diri, pemuda itu dihadapkan pada perjodohan masa kecilnya. Seperti kata Hang, rasa cinta mungkin bisa luntur kapan saja. Terlebih apa yang Niel dan Zeusyu alami merupakan bentuk kisah-kasih monyet belaka. Hang sanksi jika keduanya memahami apa yang mereka lakukan dulu ketika keduanya masih piyik

“Tau deh! Pengenku lelepin aja anak kamu. Dasar Buaya Rawa! Beneran jadi crocodile kan dia sekarang!” Amel menghentakkan kaki ke atas lantai. Perempuan yang menikah di usia mudanya hingga melahirkan penerus keluarga Tirto itu membalikkan tubuh, memilih untuk kembali ke ruang makan. Emosi membuatnya kelaparan. Amel lebih baik mengisi tenaga sebanyak-banyaknya dibanding terus memikirkan kelakuan darah daging semata wayangnya.

“Ya suruh siapa masih tiga tahun dikawinin. Gedenya lupa daratan kan!” Decak Hanggono yang kini sudah berkepala lima. Kedua orang tua Niel memang memiliki perbedaan usia yang signifikan. Hang- begitu ia dipanggil, kerap disebut sebagai Opa oleh putranya sendiri. 

**

Niel menekan klaksonnya berulang kali. Keributan akan selalu terjadi. Ia tak pernah mau repot untuk masuk ke dalam rumah yang dulunya ditempati oleh Omanya. Bangunan itu kini sudah diberikan untuk Zeusyu dan keluarganya. ‘Hadiah pernikahan mereka,’ begitu kata Sukmana- sang Oma. 

“Pernikahan apaan! Nggak sah woi!” Ia mulai mencak-mencak sendiri dengan kasus yang sama setiap paginya. “Ngeselin banget nih cewek! Mana sih batang hidungnya.” Niel pun kembali menekan klakson Sahara miliknya. 

Niel memukul roda kemudi ketika bukan Zeusyu sosok yang terlihat mendekati Jeep hitamnya, tapi justru ayah gadis itu. Alex— orang kepercayaan sang papa.

Pria yang ia panggil Om sejak kecil itu mengetuk kaca mobilnya.

“Niel.. Kamu duluan aja. Pagi ini Zeu katanya pengen Om yang anter.” Ucap Alex sembari menguatkan senyum. Laki-laki dewasa yang Niel kenali pernah menaruh hati pada kakak tertuanya itu masih terlihat sangat tampan. Berbeda dengan sang papa yang sudah beruban. 

Ya iyalah! Umurnya aja jauh banget! Dia seumuran Kak Rara! Si Zeu kan juga anak tiri! 

Decakan lalu mengudara dari mulut Niel.

“Mana bisa Om!” Niel menggerutu. Hilang sudah kelucuan yang selalu anak itu tampakan kala batita. Niel si anak menggemaskan telah berubah menjadi pribadi yang cepat sekali naik pitam setelah cinta pertamanya kandas.

“Om kan nanti sama Papa! yang ada aku kena damprat! Udah suruh keluar aja itu si Zeunha. Bisa telat kita nanti!”

Melihat objek kekesalannya, Niel langsung mencondongkan tubuh keluar dari jendela. Alex tentu saja langsung memundurkan langkah. Bukan hal baru memang. Keadaan seperti ini sudah kerap terjadi.

“Woii Zeu! Cepetan!” teriak Niel penuh emosi.

“Gue bareng Papa aja. Lo dul…”

“Bisa nggak sih lo tuh bikin idup gue tenang?!” Hardiknya keras membuat Zeu langsung mendekap lengan sang papa. Gadis itu ketakutan. Seminggu ini Niel berubah menjadi lebih kasar. Entah apa sebabnya. Zeu sendiri juga tidak tahu. Ia tak merasa pernah melakukan kesalahan.

“Masuk!”

“Sayang ikut Niel ya. Nanti biar Pak Darmanto yang jemput Zeu pulang sekolah.”

Yeah! Supir keluarga gue kasihan banget yak harus kerja double!” Celetuk Niel berani. Bibirnya memang tak pernah memiliki filter. Apa saja yang ingin dirinya luapkan, akan Niel katakan secara terang-terangan. Tak peduli jika kalimatnya mungkin menyakiti perasaan orang lain. 

“Cepetan Zeu! Lelet amat lo jadi manusia!”

“Papa, Zeu berangkat dulu ya..” Zeu mengalah. Pada akhirnya yang bisa dirinya lakukan adalah ikut dengan Niel. Zeu menarik telapak tangan Alex, mencium punggung tangan sang papa.

“Hati-hati ya, Nak. Kabarin Papa kalau udah sampai.” 

Zeu menganggukan kepalanya sebelum berjalan menuju sisi kiri mobil Niel. Ia masuk, mendudukkan diri disamping pria yang katanya suaminya itu. 

“Sabuk pengaman, Egeb!” 

Masih saja. Dimata Niel, Zeu memang selalu salah. “Sorry gue lupa.” Lirih Zeu. Ia memasang sabuk pengaman lalu memilih berkutat dengan ponselnya. Sebisa mungkin Zeu menghindari interaksi berlebih. Niel pernah menghardiknya keras karena dianggap sok kenal. 

Padahal mereka memang sedekat itu dulu… 

Niel pun melajukan mobilnya. Melalui walky talky, penerus utama Tirto tersebut memerintahkan para satpam untuk membuka gerbang. Hidup dipenuhi kasih sayang dan materi membuat Niel tumbuh sangat arogan. Apa saja bisa Niel dapatkan dalam sekali kedip. Tentu saja selain memutuskan hubungannya dengan Zeu. 

“Ya Ampun, Mas Niel! Makin kesini kenapa makin mirip Grandong sih? Wah, perlu dibawa ke dukun ini!” Celetuk Darmanto membuat Alex yang berdiri tak jauh darinya menggelengkan kepala. Ada-ada saja memang manusia yang satu ini. Sesatnya nggak pernah berubah.

“Mobilnya Bapak Dar.. Jangan sampai lupa dipanasin!” Peringat Alex memastikan kebutuhan Hanggono telah disiapkan dengan baik.

“Siap, Asisten Pertama!”

Di dalam mobil, keheningan terjadi. Biasanya Niel akan menyalakan musik, tapi tidak kali ini. Pasalnya ia sedang sibuk meredakan lahar panas ditubuhnya. 

Niel akui, Zeu memang sangat cantik. Gadis itu bahkan tak hanya ayu dalam rupa. Zeu menawan disegala aspek. Dia pintar dan terlihat berkelas. Di usianya yang baru menginjak delapan belas tahun, Zeu bahkan telah mengepakkan sayap di dunia hiburan Indonesia. Wajahnya sering menghiasi layar kaca sebagai bintang iklan. Sialnya, Zeu juga menjadi brand ambassador untuk

produk mamanya. 

Sayangnya, cantik saja tak cukup untuk Niel. Gadis yang tumbuh bersama dengan dirinya itu tak sanggup membuat jantungnya berdetak seperti Meyselin. Karena Zeu, hatinya harus patah. Ia bahkan menyakiti Meyselin begitu dalam. Orang tuanya menolak mentah-mentah hingga melakukan segala cara untuk menyingkirkan Meyselin dari hidupnya.

Niel membenci Zeu. Gadis itu telah membuat Meyselin kehilangan satu-satunya sandaran hidup. Si cantik itu telah berbuat kejam pada anak yatim piatu. Sosok yang ia cintai sangat dalam tanpa cacat.

Dan karena kejahatannya itu, Niel akan menghadirkan neraka agar Zeu sendirilah yang memutuskan perjodohan mereka.

qeynov

Hai, Hai, Semua. Terikat Perjodohan adalah satu dari sekian karya yang akhirnya Qey udarakan di GoodNovel. Semoga teman-teman suka.Terus dukung cerita ini dengan meramaikan kolom komentar & memberikan review untuk membantu Qey menarik pembaca lain ya. Terima kasih atas dukungan kalian.

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [44] Akal Bulus Sapi

    “Excuse me, Little Girl. Kamu siapa ya? Kenapa dateng-dateng marahin pacar orang.”Xaviera mendelik. “Dia pacar Om?” tanya gadis dua puluh tahunan itu sembari melayangkan jari telunjuknya, menunjuk perempuan yang berdiri dengan memeluk lengan Rega.Tenang, Rega menjawab. “I think yeah.”“Babe.. Kamu kok kayak ragu-ragu gitu jawabnya?” Kacau! Padahal Rega pikir healing bersama mantan partner one night stand-nya kali ini bisa berjalan lancar, selancar laju kendaraan di jalan tol ketika masa hari raya tiba karena orang-orang pergi mudik ke kampung halaman.Tapi apa ini, Suketi?Kenapa bocil biang onar yang seharusnya berada di Jakarta, bisa ada di negara tetangga yang dirinya harapkan dapat menjadi spot kencan tanpa gangguan?!Rega sungguh tak habis pikir. Xaviera seakan memiliki indera ke-enam yang menjadikannya tahu kapan tepatnya ia akan bersenang-senang dengan wanita lain.‘Apa gue kurang jauh perginya?’ batin Rega, mempertanyakan apakah dirinya seharusnya memilih benua lain ketimb

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [43] Tak Berkutik

    “Apa sih?! Nggak boleh orang baikkan? Kita disuruh war terus?!” Sentak Xavier, ngegas. “Kok gitu?”Disampingnya, Aurelia tampak terkejut. Ia yang polos pun termakan oleh kata-kata Xavier. Aurelia mengira jika para orang tua tak menyukai perdamaian antara kakak-beradik itu, dan mereka justru ingin agar keduanya terus saja berseteru.“Padahal Aurel happy loh liat Abang sama Kak Vier baikkan. Kita tadi juga udah ngerayain pake gelato.” Mata indah istri Xavier itu mengerjap, membuat bulu matanya yang lentik ikut bergerak.“Marahin, Queen. Masa orang mau baikan nggak boleh.” Kompor Xavier. Bibirnya mencebik lalu membentuk seringaian sehalus bulu merak.“Eung… ini lagi Aurel marahin. Abang sama Kak Vier tenang aja, serahin semuanya ke Aurel.”Uhuk!Xavier terbatuk usai mendapati betapa menggemaskannya sang istri. Ia sungguh gemas dengan cara bicara dan ekspresinya yang seperti anak TK.Sesaat setelah dirinya dapat menguasai diri, Xavier pun memuji sembari membelai puncak kepala Aurelia. “

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [42] Plot Twist Membagongkan

    Serangan satu pihak yang Xavier lakukan memicu kemarahan Xaviera. Gadis yang tak mengetahui alasan dibalik penyerangan kakaknya itu, membela pria pujaannya tanpa mau repot mendengarkan penjelasan sang kakak.“Fine!”Xavier mengayunkan kedua lengannya ke atas. “Benci aja Abang sepuas kamu. Terserah. Abang nggak akan peduliin kamu lagi.” Tuturnya, teramat kecewa dengan api amarah yang ditujukan Xaviera kepadanya.Sebelum meninggalkan area taman, Xavier sempat melemparkan tatapan pada Rega. Ia belum pernah membenci satu dari tiga sahabat papanya. Namun sekarang, rasa negatif itu bersarang di dadanya. Nahasnya, perasaan itu tumbuh untuk Rega— sosok terdekat yang sudah ia anggap layaknya ayah kedua. “Pi..” Xavier dan rasa kecewanya berlalu, mengabaikan panggilan Niel. Ia berjalan tegak meski seluruh hatinya hancur berkeping-keping. Hah! Memuakkan!Siapa sangka jika patah hati yang tak pernah ia rasakan, justru datang dari saudara yang paling dirinya kasihi. Menyaksikan menantunya pe

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [41] Sapi Ganbatte!

    Rega kini benar-benar terdesak. Sialnya, Jeno yang tantrum karena putrinya dinikahkan secara paksa saat usianya beberapa tahun dibawah Xaviera, menghubungi mamanya. Alhasil, wanita yang mengidamkan-ngidamkan dirinya untuk segera menikah itu berbondong-bondong datang dengan membawa satu set berlian turun temurun milik keluarga besar sang papa.“Penghulunya mana? Tante udah nggak sabar ini liat Rega kawin.”“Nikah, Tante. Emangnya anak Niel sapi apa, nyebutnya kawin!” Berengut Niel, yang terpaksa merelakan putri kesayangannya dibanding gadis itu nekat menggelandang di luaran sana. Xavier yang telah mengamankan istri kecilnya ke kamar mereka, mulai tak peduli lagi dengan keinginan ekstrim adiknya. Biarlah anak itu melenceng sepuas hati. Kalau nanti diselingkuhi, ia akan bertepuk tangan sembari triple koprol tanpa jeda.Habis batu sih. Ambisinya itu sangat tidak masuk diakal. Orang lain mah mencari pasangan yang lebih muda, eh, dia justru mencari yang sudah bau tanah. “Aduh, kok dadaka

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [40] Om, I Lope You Pull!

    Tamparan mendarat mulus pada kepala Xavier. Semua terjadi begitu cepat. Tahu-tahu, terdengar bunyi, ‘plak!’ dan rasa panas seketika menyerang kepalanya.“Bosen idup kamu, Pi?! Berani-beraninya kamu nyuruh Incess Papa terjun payung. Mending kamu aja sana yang loncat. Kalau mati, Papa bikinin syukuran tujuh hari tujuh malem, lengkap sama konser akbar memperingati berpulangnya kamu ke pangkuan Tuhan!”Amukan sang papa kontan membuat Xavier terperanjat. Apa salah dan dosanya Pemirsa? Padahal ia berniat baik dengan membantu semua orang untuk menghentikan tingkah tak berotak adiknya. Namun niatnya justru disalah-artikan. Lagipula, mana berani Xaviera menerjunkan diri. Anak itu kan hanya menggertak agar bisa memenuhi tujuan dari drama tak bermutunya.“Kalau nggak bisa bantuin, diem aja udah. Nggak usah manas-manasin. Nggak kamu panasin juga udah panas ini suasana!” hardik Niel, membuat Xavier memanyunkan bibir dengan pipi yang menggembung, persis seperti ikan buntal.“Vier.. Turun, Sayang.

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [39] Jurus Jitu Viera Nikah Sama Om

    “Reg, RUN!” Teriak Jeno, panik, kala mendapati Xaviera menaikkan satu kakinya ke atas tembok pembatas balkon kamarnya.Rega harus segera bertindak agar Xaviera tak nekat terjun seolah dirinya stuntman profesional di film laga. Adegan berbahaya yang akan dilakukannya itu, pasti berujung dengan kefatalan akut.Minimal, seringan-ringannya, Xaviera akan berakhir cacat tidak permanen, persis seperti papanya dulu dan ujung-ujungnya, nasibnya bersama Rega pun akan sama. Bisa juga lebih parah. Mungkin sampai pada tahap mengembuskan napas terakhir ditangan sahabatnya... is dead-lah bahasa kasarnya! Kalau gaulnya meninggoy. Matek dan sebagainya!“Inget Reg, nyawa kita dipertaruhin!” Jeno kembali berseru. Kali ini ia memperingatkan Rega tentang kemungkinan terbesar akibat dari celakanya anak bungsu Niel.Awalnya, Rega melemparkan umpatan kasar. Pria itu memaki entah kepada siapa, sebelum kemudian mencoba merayu Xaviera agar tak bertindak nekat.“Jangan ya, Vier. Turun lewat tangga rumah aja, oke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status