TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 9 (trik pertama menarik perhatian bos)"Kok mayun aja, Din? Kayak di tinggal cowok aja," ucap Silvi sambil membetulkan lipstiknya. Padahal sudah dandan dari rumah, kurang ketebalan mungkin."Emang iya, aku 'kan udah dicerai, hanya satu bulan nikah, uh! Ingin kupenyet tu kepala Angga!" ucapku sambil meremas kertas memikirkan wajah mantan suamiku."Oh tidak! Jangan sampai nggak jadi." Ekspresi Silvi pura-pura terkejut."Iiih, bantuin aku dong, kemaren aku diserang A kuadrat mmmm.""Hah? A kuadrat apaan?" Mata Silvi membulat. Kegiatan memakai lipstik terhenti sesaat."Angga Anggi," jawabku sewot."Oooo si susabu," Mulut Silvi membulat."Hah? Itu apaan?""Suami satu bulan gitu," jawab Silvi. Ternyata dipersingkat."Nggak lucu, udah ah, aku mau ke toilet dulu, ntar kalo Bos cari bilangin ya."Bicara dengan Silvi tidak ada habisnya. Ada saja yang bikin candaan. Padahal hatiku remuk karena insiden kemarin. Aku seperti penjahat yang dikepung dua orang pol
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 10 (reunian)Rasanya jantungku berdebar. Pak Ridwan- bos besar ingin bertanya soal pribadiku? Jangan-jangan ingin mengajak kencan, atau melamarku; mengharap , atau ..., mungkin saja mau menaikan gajiku?"Apa Pak?" tanyaku melihat pak Ridwan.Ia tetap melihat ke depan menyetir. Ekspresi wajahnya tidak berubah, kaku dan tidak memperlihatkan ketertarikan menatapku. Huh! Dugaanku pasti salah."Kamu sudah punya anak?"Ya ileh, jadi hanya menanyakan masalah aku sudah punya anak atau belum? Mendadak anganku buyar tak bersisa."Belum Pak, aku hanya menikah satu bulan saja," jawabku. Mungkin jawaban ini bisa memberitahu statusku. Jika berkenan akan dijadikan istri bos. Mimpi ...."Satu bulan?" Pak Ridwan melihatku sekilas. Tapi tetap saja ekspresinya datar."Mmh." Aku menganggukan kepala. "Emangnya kenapa Pak?" tanyaku balik. Kok bosku kepo."Nggak, jika sudah punya anak, perusahaan akan menanggung biaya pendidikan anak, untuk karyawan terpilih."Oooh, itu
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 11Semua mata melihatku. Ibarat seorang istri selingkuh dan dibenarkan kakak ipar di depan umum. Aku juga seperti penggoda suami kakak ipar. Seburuk itukah penilaian mereka? Tapi kenapa juga tanganku ditarik kak Yuda, trus kenapa mantan suamiku juga menarik tanganku? Uh! Ribet."Seharusnya kamu sadar! Dinda masih berstatus istriku, apa kamu tidak malu memegang tangannya seolah kalian bebas pacaran di belakangku?!" Kak Angga melotot sambil menujuk kak Yuda.Kak Yuda menghela napas besar, lalu berkata, "Jika istrimu selingkuh, trus wanita yang kamu gandeng siapa? Yang selingkuh kamu atau Dinda?" Oh Tuhan, aku tak menyangka kak Yuda membelaku di depan umum. Padahal kami belum saling bicara. Muka kak Angga langsung memerah dan ia terdiam. Tanganku belum dilepas, bahkan pegangannya semakin erat."Sayang, katanya kamu sudah cerai? Kenapa masih mengharap?" Resepsionis kak Angga langsung angkat suara. Terlihat kekecewaan di matanya, dan mungkin juga kesa
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 12 (bos dan mantan suami)Ternyata aku tertidur di mobil. Seperti nyonya, justru pak Ridwan seperti sopirku, he he he. "Mau tidur di mobil?" tanya pak Ridwan dengan nada santai."Ngak mau!" Spontan kujawab cepat. Alis pak Ridwan langsung bertaut menatapku."Ma-maksudku, aku nggak biasa tidur di mobil, Pak," polesku gugup. Aduuuh, kok matanya menatap gitu ..., merasa tidak enak saja.Ops! Lupa. Bukankah aku tertidur di mobil? Malunya aku asal jawab. Dinda ..., jangan terlihat bodoh di depan bos, justru kamu harus lebih elegan dan menjaga harkat martabat sebagai seorang wanita. Lebay ...."Terima kasih, Pak. Mau mampir dulu?""Aku langsung balik aja.""Oke, Pak." Lalu kubuka pintu mobil dan ke luar.Tidak ada kata-kata perpisahan gitu? Seperti film Rio Dewanto. Selamat malam ..., atau semoga mimpi yang indah ..., atau mimpikan aku. Dasar bos, mungkin saja ia tak norm*l. Wanita cantik tertidur di mobilnya, tapi cuek saja.Kulangkahkan kaki ingin mas
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 13 (mantan suami vs mantan pacar)"Ibuku sakit dan selalu menanyakanmu, itulah kenapa aku ingin kita rujuk, jangan kamu kira aku akan mengemis setelah kamu selingkuhin." Kak Angga berkata sambil berdiri melipat tangannya di perut. Raut wajah arogan terpancar hingga aku tak mengenal kak Angga yang sekarang. Atau memang begini sifatnya?Mmm, sepertinya aku harus membalas mantan suamiku. Tapi bukan dengan cara emosi. Ia terlihat merendahkanku padahal butuh. Minta rujuk karena ibu atau belum bisa melepaskanku. Oh mantan suami, kenapa kamu bikin ribet."Ooh, jadi karena Ibu?""Iya, jadi gimana? Asal kamu tau ya, aku juga tidak punya waktu mengurus perceraian kita. Dari pada mengurus itu lebih baik kita rujuk demi Ibu, demi Ibu, ya," ucapnya sedikit menekan.Kalau alasan demi ibu, buat apa aku rujuk? Toh yang menjalani rumah tanggaku bukan ibu. Alasan!"Salam buat Ibu," jawabku."Iya, pasti kusampaikan. Kamu tahu, 'kan, karirku sekarang naik, beberapa w
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 14 (mendadak adegan drakor)"Ehem!"Ini deheman ke dua kalinya. Pak Ridwan menatapku berdiri di ambang pintu ruangannya. Mati aku.Loh, Silvi kok seperti sibuk mengetik. Cari muka dia. "I-iya, Pak," ucapku tak berani menatap matanya. Malu, aku sangat malu."Mang Jojo mana? Kenapa kopiku belum diantar?""Oh, maaf Pak, aku lupa, Mang Jojo ijin sakit," sahut Silvi."Biar kubuatkan kopinya, Pak," jawabku. Ini semata-mata mencoba menghilangkan malu. "Oh, ya udah," jawab pak Ridwan lalu masuk dan menutup pintu ruangannya.Kuhela nafas besar. Rasanya ingin menyembunyikan kepalaku di bawah meja tadinya. Dan Silvi tersenyum lebar sambil menaik turunkan alisnya melihatku. "Kenapa?" tanyaku sewot. Aku tahu ia pasti mentertawakanku."Tuh calon suami minta bikinin kopi," ucap Silvi sedikit berbisik. Takut terdengar pak Ridwan kali."Iya iya, kalau ada Pak Ridwan bilang kek, ketahuan kaaan." Mendadak tak berani menghadap bos-ku."Apa salahnya ketahuan, bukan
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 15 (Cinta Lama Bersemi Kembali atau Cinta Baru Kini Hadir)Mendadak selera makanku hilang. Melihat mereka berdua seperti memanas-manasi, seolah aku bakalan cemburu. Kalau tidak ada pak Ridwan, sudah kubantai mereka. Mantan labil buang ke tong sampah saja. Bay bay ...."Sabar Dinda, sabar, jangan emosi karena itu salah satu pemicu sakit jantung," bathinku meski mulut tetap mengunyah."Oh ya, Pak Angga. Nanti aku butuh bantuan untuk menangani proyek besar, aku akan pilih beberapa karyawan yang kuanggap mampu terjun ke proyek ini. Salah satunya Pak Angga dan Dinda," ucap pak Ridwan, lalu menyuap nasi di sendoknya."Baik Pak, justru untuk proyek ini kita harus fokus, jika nanti diminta lembur, aku sangat bersedia," jawab kak Angga."Oke, tidak salah kupilih Pak Angga memimpin cabang," jawab pak Ridwan. Kak Anga tersenyum sambil melirikku.Lagi-lagi masalah proyek pekerjaan menyatukan kami. Meskipun aku berlari jauh agar tidak bertemu dengannya, tetap
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 16 (Keributan tamu tak diundang)Apa aku tidak salah baca? Atau apakah pak Ridwan tidak salah kirim? Tapi namaku jelas tertulis. Tumben nanya aku sudah makan atau belum? Apakah ini mimpi?'Jangan GR dulu, Din, bisa jadi karena tidak enak sering menyuruhmu lembur,' bathinku tidak mau salah duga. Lagian aku juga lelah mencoba menarik perhatian pak Ridwan. Ini bukan diriku yang sebenarnya, ini semacam tantangan saja karena efek diceraikan. Aku merasa tertantang dan ingin membalas mantan suamiku."Dari siapa?" tanya kak Yuda karena aku terpana melihat layar ponsel."Ooh, dari Bos di kantor," jawabku lalu memasukkan ponsel ke dalam tas. Pesan pak Ridwan tidak kubalas."Sibuk?""Lumayan, Kak.""Jadi gimana?"Diam sejenak. Aku tidak bisa memutuskan cepat. Perceraian membuatku harus berpikir lagi tentang membangun rumah tangga. Aku harus memikirkan ini matang-matang. Takut salah pilih suami lagi."Jadi, Kak Yuda belum pernah menikah?" Rasa ingin tahu, se