Share

bab. 6 : Larva Cantik

Saat menyiapkan teh, tak sengaja Lien Hua melihat kursi tua milik Yeye, kursi yang sepertinya terbuat dari kayu Mahoni itu tampak halus dengan corak kemerahan. Dulu Yeye meletakkannya di taman samping, tempat dia pertama kali bertemu.

Saat mencari makanan, dia melihat pria tua itu termenung , menatap jauh lalu menghela nafas. Menuangkan sebotol minuman dan meneguknya.

Sering pula dia melihat mata pria tua itu berair setelah menatap pintu gerbang lama, minum berkali-kali lalu jatuh tertidur.

Setiap hari pak tua itu melakukan hal yang sama hingga membuatnya merasa kasian.

"Akhirnya ketemu." Pria dengan perawakan lebih muda menangkapnya. Dia meronta namun cekalan pria itu membuatnya menggeliat pasrah.

"Ada apa?" Yeye mengalihkan pandangan dari luar gerbang lalu menatap hasil tangkapan Li.

"Ini hama yang sering memakan tanaman di sini." Li menunjukkan sisa makanan yang masih berada di mulutnya.

"Biarkan saja. Dia yang selalu menemaniku di sini setiap hari. Melihatnya makan dengan lahap sangat menghiburku."

Pria itu menggaruk kepalanya bingung. Lalu menurunkannya seekor ulat kecil yang langsung melompat lari ke batang lain.

"Kau lihatlah. Dia hanya memakan daun yang berwarna kuning." Pria berambut putih itu mengela nafas, "Bahkan binatang pun tahu budi. Biarkan dia menemaniku di sini. Aku akan menjadikannya cucuku."

Setelah itu, si ulat kecil tidak pernah melihat pria tua itu duduk lagi di pekarangan. Bahkan kursi itu pun sudah tak terletak lagi di sana.

Kemana pria tua itu. Apa dia merasa bosan? Atau sudah menjadi lebih baik?

Lalu tibalah saat baginya untuk bermetamorfosis, dia mulai membuat pupa dari air liurnya, menempelkan daun dan melilitkannya sehingga membentuk kepompong yang kokoh.

Dia berharap saat kembali dia menjadi kupu-kupu yang cantik sehingga dapat menemani dan menghibur pria tua yang tampak kesepian itu.

Setelah berhari-hari terbungkus dalam kepompong, dia merasa sudah siap untuk keluar, ketika dia merobek cangkang dan membuka mata, hal yang pertama kali dilihatnya adalah wajah pria tua yang tersenyum.

"Akhirnya kau sudah bangun Lien Hua."

Dia menatap bibir dan mata pria itu yang berbinar. Apakah dia sudah terlihat cantik sehingga pria tua itu memperhatikannya sedemikian rupa.

Pria itu membawa sebuah benda berbentuk bulat dan menunjukkannya padanya.

"Lihatlah, Yeye membawakanmu cermin. Kau terlihat sangat manis, seperti bunga teratai" ujarnya sambil terkekeh.

Dia menatap melalui benda yang bernama cermin itu. Yang terlihat adalah wajah kecil seorang anak perempuan. Mata yang kecil dengan alis melingkar seperti ulat bulu.

Hidungnya pun tampak kecil dengan pipinya yang tirus . Apa gadis ini kurang makan? Kenapa dia terlihat begitu kecil dan kurus.

"Yeye harap kau suka dengan penampilanmu. Yeye memberimu nama Lien Hua karena kau cantik seperti bunga teratai."

Dia terbelalak, menyentuh wajahnya, gadis di cermin melakukan hal yang sama. Dia mencubit pipinya. Lagi-lagi gadis di cermin pun melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukannya. Ketika dia berbalik tampak sayap halus di punggungnya.

"Siapa?" Secara refleks dia menutup mulutnya yang tiba-tiba mengeluarkan suara. Menatap Yeye tak percaya, Apa dia berubah menjadi manusia?

"Yeye memberimu sedikit sihir dan ramuan." Pria tua itu tersenyum dengan netra basah.

"Mulai sekarang kau adalah cucuku." dia memeluknya sambil menangis.

Lien Hua merasakan degup jantung yang pertama kali didengarnya. Aroma rempah yang menguar dari pakaian Yeye terendus dari hidungnya. Dia merasa tenang.

Benar. Inilah pria tua yang selalu diperhatikannya, pria tua dengan mata sedih yang selalu menatap pintu gerbang. Dia berjanji akan menjaga dan melindungi pria tua yang kesepian ini.

Setelah itu dia sering membuat Yeye tertawa, mengikutinya kemanapun sampai Yeye mengomelinya. Memperhatikan semua yang dilakukan pria tua itu dan menirunya.

Yeye sering memujinya dan membandingkannya dengan cucu laki-lakinya. Menceritakan kenakalan- kenakalan cucunya yang bernama Zhan An yang selalu membuatnya kewalahan.

Pernah suatu ketika, Zhan An menukar ramuan obat, sehingga seorang wanita yang ingin membuang tanda hitam di atas bibirnya malah ditumbuhi kumis yang sangat lebat. Yeye benar-benar merasa malu dan meminta maaf berkali-kali.

Zhan An juga pernah meracuni kolam teratai Yeye sehingga ikan dan semua tanaman teratai milik Yeye mati, Pamanlah yang paling sibuk saat itu, karena harus membersihkan kolam, menenangkan Yeye yang hampir pingsan dan menjauhkan Zhan An dari amukannya.

Ah, Yeye memang selalu bilang Lien Hua yang manis dan Zhan An yang nakal atau Lien Hua anak yang pintar dan Zhan An anak yang suka berbuat onar.

Walaupun begitu dia sangat yakin kalau Yeye sangat merindukan bocah nakal itu, terkadang dia melihat Yeye masih sering menuang minuman dalam botol khusus miliknya sambil merenung diatas kursi tuanya.

Karena itu dia sengaja berbuat nakal agar Yeye berhenti memikirkan cucu durhaka itu dan hanya memikirkannya saja.

Ditatapnya Arumi yang tertidur pulas karena arak yang dituangkannya tadi. Memang menjengkelkan karena perhatian Yeye dan paman Li sudah tidak sepenuhnya untuknya lagi, tapi telah terbagi untuk gadis ini, tapi dia masih bisa berdamai selama orang itu bukan Zhan An.

Diangkatnya tubuh Arumi lalu diletakkannya di atas ranjang dan menyelimutinya hati-hati. Bisa gawat kalau Arumi terbangun dan membuat keributan lagi dengan tangisnya itu.

Dia menutup pintu lalu keluar kamar, menatap langit yang telah gelap. Seharian menemani Arumi membuat badannya pegal. Mungkin sedikit berjalan jalan bisa meredakannya.

Lien Hua menjentikkan tangan dan muncullah sepasang sayap di punggungnya. Dia melenturkan jemari ke atas lalu terbang. Mengelilingi kediaman itu lalu singgah di dahan pohon dan duduk di sana.

Mengamati dari atas penduduk yang tampak hilir mudik pulang ke rumah setelah bekerja. Walau klinik ini jauh dari pemukiman penduduk, masih ada beberapa orang yang bekerja di bukit dan melewati kediaman mereka.

Kadangkala muncul keinginannya untuk pergi ke dunia luar, tapi dia masih merasa cemas untuk meninggalkan Yeye.

Lien Hua menangkap gerak gerik mencurigakan dari samping klinik. Posisinya yang berada di atas memudahkannya untuk memantau sekitar.

Lampu lentera yang terpasang di depan pintu tiba-tiba mati. Si pencuri sepertinya hendak membobol masuk. Namun belum sempat dia beraksi, Lien Hua terlebih dahulu meringkus nya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status