Share

bab. 6 : Larva Cantik

Author: Re_
last update Last Updated: 2023-06-16 07:37:14

Saat menyiapkan teh, tak sengaja Lien Hua melihat kursi tua milik Yeye, kursi yang sepertinya terbuat dari kayu Mahoni itu tampak halus dengan corak kemerahan. Dulu Yeye meletakkannya di taman samping, tempat dia pertama kali bertemu.

Saat mencari makanan, dia melihat pria tua itu termenung , menatap jauh lalu menghela nafas. Menuangkan sebotol minuman dan meneguknya.

Sering pula dia melihat mata pria tua itu berair setelah menatap pintu gerbang lama, minum berkali-kali lalu jatuh tertidur.

Setiap hari pak tua itu melakukan hal yang sama hingga membuatnya merasa kasian.

"Akhirnya ketemu." Pria dengan perawakan lebih muda menangkapnya. Dia meronta namun cekalan pria itu membuatnya menggeliat pasrah.

"Ada apa?" Yeye mengalihkan pandangan dari luar gerbang lalu menatap hasil tangkapan Li.

"Ini hama yang sering memakan tanaman di sini." Li menunjukkan sisa makanan yang masih berada di mulutnya.

"Biarkan saja. Dia yang selalu menemaniku di sini setiap hari. Melihatnya makan dengan lahap sangat menghiburku."

Pria itu menggaruk kepalanya bingung. Lalu menurunkannya seekor ulat kecil yang langsung melompat lari ke batang lain.

"Kau lihatlah. Dia hanya memakan daun yang berwarna kuning." Pria berambut putih itu mengela nafas, "Bahkan binatang pun tahu budi. Biarkan dia menemaniku di sini. Aku akan menjadikannya cucuku."

Setelah itu, si ulat kecil tidak pernah melihat pria tua itu duduk lagi di pekarangan. Bahkan kursi itu pun sudah tak terletak lagi di sana.

Kemana pria tua itu. Apa dia merasa bosan? Atau sudah menjadi lebih baik?

Lalu tibalah saat baginya untuk bermetamorfosis, dia mulai membuat pupa dari air liurnya, menempelkan daun dan melilitkannya sehingga membentuk kepompong yang kokoh.

Dia berharap saat kembali dia menjadi kupu-kupu yang cantik sehingga dapat menemani dan menghibur pria tua yang tampak kesepian itu.

Setelah berhari-hari terbungkus dalam kepompong, dia merasa sudah siap untuk keluar, ketika dia merobek cangkang dan membuka mata, hal yang pertama kali dilihatnya adalah wajah pria tua yang tersenyum.

"Akhirnya kau sudah bangun Lien Hua."

Dia menatap bibir dan mata pria itu yang berbinar. Apakah dia sudah terlihat cantik sehingga pria tua itu memperhatikannya sedemikian rupa.

Pria itu membawa sebuah benda berbentuk bulat dan menunjukkannya padanya.

"Lihatlah, Yeye membawakanmu cermin. Kau terlihat sangat manis, seperti bunga teratai" ujarnya sambil terkekeh.

Dia menatap melalui benda yang bernama cermin itu. Yang terlihat adalah wajah kecil seorang anak perempuan. Mata yang kecil dengan alis melingkar seperti ulat bulu.

Hidungnya pun tampak kecil dengan pipinya yang tirus . Apa gadis ini kurang makan? Kenapa dia terlihat begitu kecil dan kurus.

"Yeye harap kau suka dengan penampilanmu. Yeye memberimu nama Lien Hua karena kau cantik seperti bunga teratai."

Dia terbelalak, menyentuh wajahnya, gadis di cermin melakukan hal yang sama. Dia mencubit pipinya. Lagi-lagi gadis di cermin pun melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukannya. Ketika dia berbalik tampak sayap halus di punggungnya.

"Siapa?" Secara refleks dia menutup mulutnya yang tiba-tiba mengeluarkan suara. Menatap Yeye tak percaya, Apa dia berubah menjadi manusia?

"Yeye memberimu sedikit sihir dan ramuan." Pria tua itu tersenyum dengan netra basah.

"Mulai sekarang kau adalah cucuku." dia memeluknya sambil menangis.

Lien Hua merasakan degup jantung yang pertama kali didengarnya. Aroma rempah yang menguar dari pakaian Yeye terendus dari hidungnya. Dia merasa tenang.

Benar. Inilah pria tua yang selalu diperhatikannya, pria tua dengan mata sedih yang selalu menatap pintu gerbang. Dia berjanji akan menjaga dan melindungi pria tua yang kesepian ini.

Setelah itu dia sering membuat Yeye tertawa, mengikutinya kemanapun sampai Yeye mengomelinya. Memperhatikan semua yang dilakukan pria tua itu dan menirunya.

Yeye sering memujinya dan membandingkannya dengan cucu laki-lakinya. Menceritakan kenakalan- kenakalan cucunya yang bernama Zhan An yang selalu membuatnya kewalahan.

Pernah suatu ketika, Zhan An menukar ramuan obat, sehingga seorang wanita yang ingin membuang tanda hitam di atas bibirnya malah ditumbuhi kumis yang sangat lebat. Yeye benar-benar merasa malu dan meminta maaf berkali-kali.

Zhan An juga pernah meracuni kolam teratai Yeye sehingga ikan dan semua tanaman teratai milik Yeye mati, Pamanlah yang paling sibuk saat itu, karena harus membersihkan kolam, menenangkan Yeye yang hampir pingsan dan menjauhkan Zhan An dari amukannya.

Ah, Yeye memang selalu bilang Lien Hua yang manis dan Zhan An yang nakal atau Lien Hua anak yang pintar dan Zhan An anak yang suka berbuat onar.

Walaupun begitu dia sangat yakin kalau Yeye sangat merindukan bocah nakal itu, terkadang dia melihat Yeye masih sering menuang minuman dalam botol khusus miliknya sambil merenung diatas kursi tuanya.

Karena itu dia sengaja berbuat nakal agar Yeye berhenti memikirkan cucu durhaka itu dan hanya memikirkannya saja.

Ditatapnya Arumi yang tertidur pulas karena arak yang dituangkannya tadi. Memang menjengkelkan karena perhatian Yeye dan paman Li sudah tidak sepenuhnya untuknya lagi, tapi telah terbagi untuk gadis ini, tapi dia masih bisa berdamai selama orang itu bukan Zhan An.

Diangkatnya tubuh Arumi lalu diletakkannya di atas ranjang dan menyelimutinya hati-hati. Bisa gawat kalau Arumi terbangun dan membuat keributan lagi dengan tangisnya itu.

Dia menutup pintu lalu keluar kamar, menatap langit yang telah gelap. Seharian menemani Arumi membuat badannya pegal. Mungkin sedikit berjalan jalan bisa meredakannya.

Lien Hua menjentikkan tangan dan muncullah sepasang sayap di punggungnya. Dia melenturkan jemari ke atas lalu terbang. Mengelilingi kediaman itu lalu singgah di dahan pohon dan duduk di sana.

Mengamati dari atas penduduk yang tampak hilir mudik pulang ke rumah setelah bekerja. Walau klinik ini jauh dari pemukiman penduduk, masih ada beberapa orang yang bekerja di bukit dan melewati kediaman mereka.

Kadangkala muncul keinginannya untuk pergi ke dunia luar, tapi dia masih merasa cemas untuk meninggalkan Yeye.

Lien Hua menangkap gerak gerik mencurigakan dari samping klinik. Posisinya yang berada di atas memudahkannya untuk memantau sekitar.

Lampu lentera yang terpasang di depan pintu tiba-tiba mati. Si pencuri sepertinya hendak membobol masuk. Namun belum sempat dia beraksi, Lien Hua terlebih dahulu meringkus nya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 50 : Calon pengantin Jendral jiao Yu?

    Arumi bersiap-siap menunggu jemputan dari Jendral Jiao. Setelah ditinggalkan Kai begitu saja, dia merasa sebatang kara, dan bingung harus kemana. Beruntung Jendral Jiao menawarkan solusi untuk menetap di kediamannya sementara sampai Arumi lebih sehat sambil memikirkan arah tujuannya. Awalnya dia berniat tinggal di penginapan Niu, namun kepingan uangnya menipis. Tawaran yang diajukan Jendral Jiao sangat menarik. Dia akan merasa aman bersama petugas pemerintah itu, selain itu tentu dia tidak perlu repot mengeluarkan uang untuk membayar penginapan dan makanan. Ini sangat luar biasa, hanya orang bodoh yang akan menolaknya."Nona, jemputan anda sudah datang." Suara laki-laki terdengar setelah ketukan pintu. Rupanya orang yang akan membawanya ke kediaman Jendral Jiao sudah tiba. Memang tadi dia meminta izin kepada Jendral Jiao untuk mengambil pakaian dan Barang-barangnya dari wisma Niu sebelum mereka berangkat ke kediaman Jendral Jiao. Jendral Jiao mengiyakan dan berkata akan mengatur or

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 49. Penyesalan.

    Tubuh itu terbungkuk, dahi dan pipinya mengernyit, darah tersembur dari mulut, namun kedua tangannnya masih mengontrol gelembung udara yang menyelimuti Qui dan Chyou. melihat musuhnya tak bergeming, She Xian kembali mencungkil perut Yeye, menusukkan kelima jari runcing ke dalam perut Yeye dan mengeruk darah dari lubang itu.Air mata menetes dari pelupuk mata Qui, hatinya terasa tertusuk ribuan jarum melihat Yuze yang berjuang sekuat tenaga, mengobarkan nyawa demi melindungi mereka. Mata itu terpejam, tak sanggup melihat ketiadaan Yuze yang sangat menyakitkan.Balon udara terangkat dan terbang menjauh, melindungi mereka dari serangan Hei An. Setelah menerbangkan gelembung udara, lutut pria tua itu terjatuh, nafasnya tersengal, tangannya lunglai se lunglai tubuhnya yang kehabisan tenaga, darah membanjiri tubuh bagian bawah. Dia tidak mati sia-sia karena berhasil menyelamatkan Amethyst, kedua saudaranya dan Lien Hua. Dia sudah menang. Senyum terukir dari bibirnya yang dipenuhi darah,

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 48 Di ambang maut

    "Di mana Amethystku." Hawa tiba-tiba terasa panas, mereka sontak menoleh, pria besar berambut merah menatap garang. Bola mata berwarna merah darah itu menguliti satu persatu wajah kelelahan di hadapannya. "Siapa kau?" tanya Qui menatap tak kalah tajam, tubuhnya bersiaga, hawa panas yang menyertai kedatangan pria bermata merah itu membawa kesuraman.Ujung matanya melihat dedaunan yang menguning lalu layu seketika, bahkan kuncup bunga menghitam dan kering. "Aku pemilik Amethyst, cepat serahkan padaku, dan jadilah hambaku. Maka kalian akan kuampuni" Dia mengangkat telapak tangan, percikan api muncul yang kelamaan membentuk gumpalan bola api. Sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang runcing, Hei An mempermainkan bola api di telapak tangannya memantul dan berputar-putar mengelilingi mereka satu persatu. Bola api pecah dan menyebar ke segala penjuru saat Hei An menjentikkan jemari. Percikan menghantam dan membakar segala sesuatu yang mengenainya. "Lien Hua, cepat pergi." Yeye men

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab. 47: Hari yang sulit

    "Ayah,ini calon istriku." Tiba-tiba Chen Yu datang memperkenalkan seorang wanita cantik, menurutnya, meskipun perkenalan mereka singkat namun sudah membuatnya mantap menjadikan Li Wei sebagai wanita yang akan mendampinginya sampai akhir usia. 'Apa kau yakin dengan keputusanmu Chen-chen?" tanya Yuze setelah Li Wei pulang. Meski sudah dewasa dia tetap memanggil anak semata wayangnya itu dengan nama Chen-Chen, Nama panggilan yang diberikan mending istrinya."Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apa karena dia terlalu cantik?"Yuze tertawa spontan, "Apa yang kau katakan," tanyanya merasa geli. "Ayah tidak menyukainya karena dia terlalu cantik dari Ibu," rajuk anak itu kesal. "Kau ini." Yuze menepak bahu anaknya ringan. "Tidak ada yang lebih cantik dari Ibumu.""Kalau begitu apa karena dia bangsa siluman? bukankan aku juga setengah siluman?" Pria bermata sipit dengan alis tegas itu menatap Yuze penasaran. "Bukan seperti itu, Ayah tidak pernah mempermasalahkan soal status dan lain sebagainy

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 46 ; Patah hati terbesar

    "Ada apa?"tanya Arumi saat gadis itu tampak kebingungan. Dia terlihat tidak fokus dan selalu menoleh ke samping."Sepertinya, ada sesuatu. Sebentar."Lien Hua berdiri dan membawa serta cermin hingga Arumi ikut melihat. " Paman, siapa mereka?""Wanita tidak tahu diri," jawab paman Li dengan suara dingin. Arumi sempat terkejut mendengar jawaban itu karena paman Li menurutnya adalah orang yang paling sabar di Wangliang. "Arumi apa kau penasaran siapa wanita itu?" bisik Lien Hua dengan muka jahil seperti biasa. "Aku penasaran," sahut Arumi cekikikan. Suara tawa itu memaksa Zhan An, Jiao Yu dan Ming Hao memberinya tatapan heran. "Apa yang membuatmu gembira?" Zhan An mendekat dan melihat apa yang mereka bicarakan. "Wanita tidak tahu diri." "Wanita tidak tahu diri?" Zhan An mengamati wajah sesorang wanita yang tampak lewat cermin ajaib, seketika wajahnya mengeras. Secara kasar dia merampas cermin dan melemparkannya hingga berkeping. Sontak Arumi melongo dan merasa aneh dengan tindakan

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab 45 : Srigala dan pria berambut perak

    Arumi terdesak, tubuhnya jatuh terduduk dan terpojok di dinding. Pria bercadar itu menarik tombak lantas menekannya pada leher Arumi. Gadis itu meringis, ujung tombak yang tajam menggores kulit dan menimbulkan sensasi nyeri. "Kau tidak bisa membunuhku," ujarnya menantang, balas menatap tajam, "Aku tidak mau mati di sini."Tubuh tegap itu berhenti, seakan kalimat yang keluar dari mulut Arumi mengusiknya. Melihat hal itu Arumi mengedarkan pandangan, dia harus mencari sesuatu untuk melepaskan diri. Tiba-tiba seekor srigala berjalan dari arah sel, matanya memantau Arumi yang tampak sangat terkejut. Srigala itu mendekat lalu terbang melompat ke arah mereka. "Dibelakangmu!" seru Arumi dengan mata melotot, sontak Yongshen melepaskannya dan menahan serangan srigala dengan tombaknya. Tubuh Yongshen terjepit, dia mengumpulkan kekuatan di kaki dan menghantam perut binatang buas itu, lalu berputar dan melepaskan diri. Matanya mencari keberadaan Arumi namun gadis itu telah menghilang. Gadis ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status