Share

bab. 7 : Kecurigaan

Penulis: Re_
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-16 07:38:35

"Ketua sudah datang." Paman menyambut Yeye yang datang membawa beberapa barang.

Tangannya menggenggam kotak kayu yang berisi rempah herbal.

"Perjalanan kali ini cukup melelahkan, tidak semua bahan bisa kudapatkan." Yeye meletakkan bungkusan yang dibawanya.

Beberapa hari ini Yeye ke kota Yangzhu untuk mencari bahan herbal yang sudah habis, klinik pengobatan miliknya cukup terkenal di kalangan bangsawan karena obatnya yang mujarab.

Penduduk pun sering datang untuk mendapatkan pengobatan gratis darinya, walau tempatnya lumayan jauh dari pemukiman penduduk, selalu ada yang datang setiap hari untuk meminta pengobatan.

Paman Li membantu menyimpan herbal, sementara Lien Hua menyiapkan secangkir teh.

"Apa ada sesuatu yang terjadi saat aku tidak ada." Pria berambut putih itu melepas jubah luarnya lalu menyesap teh buatan Lien Hua dengan nikmat.

"Pencuri datang membuat keributan di kamar Arumi. Untung saja dia baik-baik saja," jawab Paman.

"Pencuri? " Yeye mengangkat alis.

"Sebelumnya juga, beberapa kali orang asing membobol masuk. Motif mereka sama. Mencari emas."

Yeye terkejut, untuk apa mereka mencari emas di klinik ini? alih-alih emas, benda berharga di tempat ini adalah ramuan herbalnya, selain ikan-ikan peliharannya tentunya.

"Kemarin malam, aku juga menangkap satu orang."

"Apa? Kenapa, kau tidak memberitahuku." ujar paman Li gusar, seingatnya dia tidak mendengar suara yang mencurigakan.

"Itu bukan hal besar, aku hanya memukulnya sedikit lalu melemparkannya ke luar. Para pengrajin yang biasa lewat di sekitar sini pasti sudah menemukannya."

Memang ada sebuah balai kerajinan di sebelah barat, lokasi yang dekat dengan perbukitan sangat cocok untuk memudahkan mereka mencari kayu atau bambu.

"Aneh sekali." Yeye mengusap kepalanya. Selama ini kediaman mereka selalu aman, tidak pernah ada kejadian pencurian seperti ini, bahkan ketika dulu saat klinik perobatan ini sedang berada di tingkat tertinggi ketika di pimpin oleh neneknya.

"Beredar kabar kalau klinik ini tempat menyimpan emas, sehingga mereka mencoba mencurinya. Kebanyakan mereka hanya petani dan nelayan biasa. Entah siapa yang menyebarkan rumor seperti ini." Paman menarik kesimpulan berdasarkan keterangan para pencuri yang berhasil mereka tangkap.

"Jelas ada orang yang ingin mencari keributan di sini. Siapa orang itu?" Terlintas sebuah nama di kepala Yeye, entah kenapa kepalanya berdenyit seketika hingga membuat dia meringis.

"Kenapa Yeye?" tanya Lien Hua khawatir.

"Tidak," tampiknya mengibaskan tangan. Memikirkan nama orang itu saja sudah membuatnya kepalanya berdenyit. Heeh.

"Bagaimana gadis itu? Dia sudah mengingat keluarganya?"

"Belum. Aku sudah memberi ramuan herbal seperti perintah Ketua, tapi Arumi belum mengingat apa pun."

"Saat pencurian itu terjadi, bukankah itu terjadi di kamarnya. Dia pasti sangat terkejut. Lien Hua, cobalah mengajaknya berkeliling agar perasaannya membaik."

"Dia tampak baik-baik saja," sahut Lien Hua.

"Benar," sambung paman setuju.

"Dia memang terlihat ketakutan, tapi aku perhatikan saat kejadian itu, dia sama sekali tidak berkedip. Bukankah itu sedikit aneh."

"Maksudmu?"

"Jika ketakutan bukankah seharusnya memejamkan mata atau setidaknya berpaling. Tapi dia menatap dengan tajam dan tenang walau tubuhnya tampak gemetaran."

"Benarkah?"

"Karena itu aku bilang dia berbeda."

"Paman, Yeye. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Lien Hua yang sedari tadi menyimak percakapan mereka mendekat. Kini mereka berkumpul membentuk segitiga.

"Arumi menemukan sebuah kotak kayu kecil di tumpukan buku di dalam lemari kamarnya," bisiknya dengan wajah serius.

"Lalu."

"Di dalamnya terdapat sebuah kristal."

"Apa?"

"Aku tidak bisa melihatnya, tapi ketika Arumi memegangnya, memang benar ada sebuah kristal ungu yang bersinar di tangannya."

Yeye dan paman Li saling pandang.

"Ketika kusentuh, kristal itu seakan menghilang. Aku tidak bisa mengambilnya."

"Apa kau bercanda? Ini tidak lucu." Paman menoyor kepala Lien Hua.

"Pamaan! Aku bersungguh-sungguh. Yeye, percayalah padaku."

Yeye merenung, Lien Hua memang sering berbuat onar dan jahil, tapi dia bukan anak yang suka berbohong. Untuk apa dia mengarang hal yang sama sekali tidak dia ketahui.

"Kalau begitu, coba kau panggil Arumi, suruh dia membawa kotak kayu itu." ucapnya kemudian.

Mendengar itu Lien Hua segera melesat menuju kamar Arumi.

Sepeninggalnya, Paman menatap Yeye yang tampak tenang sambil menyeruput tehnya, sesekali dia mengibaskan tangannya mengusir hawa panas setelah perjalanannya.

"Apa yang Ketua fikirkan?"

"Apa pendapatmu tentang gadis itu?"

"Arumi? Dia seperti gadis biasa. Hanya auranya terlihat berbeda. Tapi tidak buruk."

"Benar. Dia berbeda dari kita."

"Maksud Ketua?"

"Ada sesuatu yang tersembunyi tentangnya dan aku sedang mempelajarinya. kehadirannya yang tiba-tiba mungkin bukan suatu kebetulan. Keberadaannya yang saat ini belum menjadi suatu ancaman. Itu sudah cukup."

Paman mengernyit. "Jadi sebenarnya Ketua percaya pada ucapan Lien Hua kalau sebenarnya dia hanya menemukan tubuh Arumi di kolam teratai?"

"Tentu saja."

"Lalu kenapa, Ketua menghukumnya?"

"Ehem ... tentu saja karena niatnya untuk mencuri ikan kesayanganku. Aku juga tahu kalau bocah itu mengambil pil dewaku. Aku rasa ini setimpal."

Paman menghela nafas, dasar orang tua perajuk. Sudah dua cucu yang dia korbankan demi ikan-ikan itu.

"Jadi, Ketua mencurigai Arumi? Dia tampak seperti anak yang baik, dia hanya sedikit kebingungan."

"Jangan mudah terperdaya, kau lihat Lien Hua. Apa kau percaya anak itu pembuat onar? Dia kelihatan manis dan penurut. Tapi kerjaannya hanya membuat pusing kepala." Yeye bersungut-sungut.

Walau terlihat keras dan galak, sebenarnya Yeye sangat menyayangi Lien Hua, terlebih sejak cucunya pergi, semua kasih sayang dilimpahkan sepenuhnya untuknya sampai berlebih-lebihan, hal ini yang membuat Lien Hua bersikap berani dan semaunya.

Terdengar langkah kaki mendekat, Arumi dan Lien Hua datang beriringan. Di tangan Arumi tergenggam sebuah kotak kayu seukuran kepalan tangan.

"Yeye, aku sudah membawa Arumi."

"Kemarilah, Arumi. Duduklah di sampingku."

Arumi mengikuti perintah Yeye, duduk tepat disebelahnya. Sementara Lien Hua duduk bersebelahan dengan paman Li.

"Apa yang kau temukan di lemari tua itu? Lien Hua sudah menceritakan semuanya tapi Aku ingin mendengar langsung darimu."

"Aku menemukan ini." Arumi menyerahkan kotak itu.

yeye menerimanya, menatap Arumi lama lalu membuka kotak itu. Sebongkah kristal berwarna ungu tampak memancar terang. Dia terhenyak, lalu bergegas menutup kotak kayu itu.

Paman dan Lien Hua saling pandang, mereka sama sekali tidak melihat apa-apa. Kotak itu kosong. Kenapa Yeye terlihat begitu terkejut.

"Apa Yeye melihat sesuatu?" tanya Lien Hua penasaran.

"Ini Amethyst."

"Amethyst?" Mereka saling berpandangan. Jadi Yeye bisa melihat benda itu.

Tiba-tiba pria tua itu berdiri dan bergegas pergi sambil menenteng kotak kayu, wajahnya terlihat muram. Lien Hua hendak mengejar, namun Paman mencegahnya.

"Biarkan ketua sendiri."

Lien Hua merengut namun mengikuti permintaan paman, sebenarnya apa kaitannya Yeye dan Arumi dengan kristal itu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 50 : Calon pengantin Jendral jiao Yu?

    Arumi bersiap-siap menunggu jemputan dari Jendral Jiao. Setelah ditinggalkan Kai begitu saja, dia merasa sebatang kara, dan bingung harus kemana. Beruntung Jendral Jiao menawarkan solusi untuk menetap di kediamannya sementara sampai Arumi lebih sehat sambil memikirkan arah tujuannya. Awalnya dia berniat tinggal di penginapan Niu, namun kepingan uangnya menipis. Tawaran yang diajukan Jendral Jiao sangat menarik. Dia akan merasa aman bersama petugas pemerintah itu, selain itu tentu dia tidak perlu repot mengeluarkan uang untuk membayar penginapan dan makanan. Ini sangat luar biasa, hanya orang bodoh yang akan menolaknya."Nona, jemputan anda sudah datang." Suara laki-laki terdengar setelah ketukan pintu. Rupanya orang yang akan membawanya ke kediaman Jendral Jiao sudah tiba. Memang tadi dia meminta izin kepada Jendral Jiao untuk mengambil pakaian dan Barang-barangnya dari wisma Niu sebelum mereka berangkat ke kediaman Jendral Jiao. Jendral Jiao mengiyakan dan berkata akan mengatur or

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 49. Penyesalan.

    Tubuh itu terbungkuk, dahi dan pipinya mengernyit, darah tersembur dari mulut, namun kedua tangannnya masih mengontrol gelembung udara yang menyelimuti Qui dan Chyou. melihat musuhnya tak bergeming, She Xian kembali mencungkil perut Yeye, menusukkan kelima jari runcing ke dalam perut Yeye dan mengeruk darah dari lubang itu.Air mata menetes dari pelupuk mata Qui, hatinya terasa tertusuk ribuan jarum melihat Yuze yang berjuang sekuat tenaga, mengobarkan nyawa demi melindungi mereka. Mata itu terpejam, tak sanggup melihat ketiadaan Yuze yang sangat menyakitkan.Balon udara terangkat dan terbang menjauh, melindungi mereka dari serangan Hei An. Setelah menerbangkan gelembung udara, lutut pria tua itu terjatuh, nafasnya tersengal, tangannya lunglai se lunglai tubuhnya yang kehabisan tenaga, darah membanjiri tubuh bagian bawah. Dia tidak mati sia-sia karena berhasil menyelamatkan Amethyst, kedua saudaranya dan Lien Hua. Dia sudah menang. Senyum terukir dari bibirnya yang dipenuhi darah,

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 48 Di ambang maut

    "Di mana Amethystku." Hawa tiba-tiba terasa panas, mereka sontak menoleh, pria besar berambut merah menatap garang. Bola mata berwarna merah darah itu menguliti satu persatu wajah kelelahan di hadapannya. "Siapa kau?" tanya Qui menatap tak kalah tajam, tubuhnya bersiaga, hawa panas yang menyertai kedatangan pria bermata merah itu membawa kesuraman.Ujung matanya melihat dedaunan yang menguning lalu layu seketika, bahkan kuncup bunga menghitam dan kering. "Aku pemilik Amethyst, cepat serahkan padaku, dan jadilah hambaku. Maka kalian akan kuampuni" Dia mengangkat telapak tangan, percikan api muncul yang kelamaan membentuk gumpalan bola api. Sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang runcing, Hei An mempermainkan bola api di telapak tangannya memantul dan berputar-putar mengelilingi mereka satu persatu. Bola api pecah dan menyebar ke segala penjuru saat Hei An menjentikkan jemari. Percikan menghantam dan membakar segala sesuatu yang mengenainya. "Lien Hua, cepat pergi." Yeye men

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab. 47: Hari yang sulit

    "Ayah,ini calon istriku." Tiba-tiba Chen Yu datang memperkenalkan seorang wanita cantik, menurutnya, meskipun perkenalan mereka singkat namun sudah membuatnya mantap menjadikan Li Wei sebagai wanita yang akan mendampinginya sampai akhir usia. 'Apa kau yakin dengan keputusanmu Chen-chen?" tanya Yuze setelah Li Wei pulang. Meski sudah dewasa dia tetap memanggil anak semata wayangnya itu dengan nama Chen-Chen, Nama panggilan yang diberikan mending istrinya."Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apa karena dia terlalu cantik?"Yuze tertawa spontan, "Apa yang kau katakan," tanyanya merasa geli. "Ayah tidak menyukainya karena dia terlalu cantik dari Ibu," rajuk anak itu kesal. "Kau ini." Yuze menepak bahu anaknya ringan. "Tidak ada yang lebih cantik dari Ibumu.""Kalau begitu apa karena dia bangsa siluman? bukankan aku juga setengah siluman?" Pria bermata sipit dengan alis tegas itu menatap Yuze penasaran. "Bukan seperti itu, Ayah tidak pernah mempermasalahkan soal status dan lain sebagainy

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 46 ; Patah hati terbesar

    "Ada apa?"tanya Arumi saat gadis itu tampak kebingungan. Dia terlihat tidak fokus dan selalu menoleh ke samping."Sepertinya, ada sesuatu. Sebentar."Lien Hua berdiri dan membawa serta cermin hingga Arumi ikut melihat. " Paman, siapa mereka?""Wanita tidak tahu diri," jawab paman Li dengan suara dingin. Arumi sempat terkejut mendengar jawaban itu karena paman Li menurutnya adalah orang yang paling sabar di Wangliang. "Arumi apa kau penasaran siapa wanita itu?" bisik Lien Hua dengan muka jahil seperti biasa. "Aku penasaran," sahut Arumi cekikikan. Suara tawa itu memaksa Zhan An, Jiao Yu dan Ming Hao memberinya tatapan heran. "Apa yang membuatmu gembira?" Zhan An mendekat dan melihat apa yang mereka bicarakan. "Wanita tidak tahu diri." "Wanita tidak tahu diri?" Zhan An mengamati wajah sesorang wanita yang tampak lewat cermin ajaib, seketika wajahnya mengeras. Secara kasar dia merampas cermin dan melemparkannya hingga berkeping. Sontak Arumi melongo dan merasa aneh dengan tindakan

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab 45 : Srigala dan pria berambut perak

    Arumi terdesak, tubuhnya jatuh terduduk dan terpojok di dinding. Pria bercadar itu menarik tombak lantas menekannya pada leher Arumi. Gadis itu meringis, ujung tombak yang tajam menggores kulit dan menimbulkan sensasi nyeri. "Kau tidak bisa membunuhku," ujarnya menantang, balas menatap tajam, "Aku tidak mau mati di sini."Tubuh tegap itu berhenti, seakan kalimat yang keluar dari mulut Arumi mengusiknya. Melihat hal itu Arumi mengedarkan pandangan, dia harus mencari sesuatu untuk melepaskan diri. Tiba-tiba seekor srigala berjalan dari arah sel, matanya memantau Arumi yang tampak sangat terkejut. Srigala itu mendekat lalu terbang melompat ke arah mereka. "Dibelakangmu!" seru Arumi dengan mata melotot, sontak Yongshen melepaskannya dan menahan serangan srigala dengan tombaknya. Tubuh Yongshen terjepit, dia mengumpulkan kekuatan di kaki dan menghantam perut binatang buas itu, lalu berputar dan melepaskan diri. Matanya mencari keberadaan Arumi namun gadis itu telah menghilang. Gadis ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status