Share

bab. 7 : Kecurigaan

"Ketua sudah datang." Paman menyambut Yeye yang datang membawa beberapa barang.

Tangannya menggenggam kotak kayu yang berisi rempah herbal.

"Perjalanan kali ini cukup melelahkan, tidak semua bahan bisa kudapatkan." Yeye meletakkan bungkusan yang dibawanya.

Beberapa hari ini Yeye ke kota Yangzhu untuk mencari bahan herbal yang sudah habis, klinik pengobatan miliknya cukup terkenal di kalangan bangsawan karena obatnya yang mujarab.

Penduduk pun sering datang untuk mendapatkan pengobatan gratis darinya, walau tempatnya lumayan jauh dari pemukiman penduduk, selalu ada yang datang setiap hari untuk meminta pengobatan.

Paman Li membantu menyimpan herbal, sementara Lien Hua menyiapkan secangkir teh.

"Apa ada sesuatu yang terjadi saat aku tidak ada." Pria berambut putih itu melepas jubah luarnya lalu menyesap teh buatan Lien Hua dengan nikmat.

"Pencuri datang membuat keributan di kamar Arumi. Untung saja dia baik-baik saja," jawab Paman.

"Pencuri? " Yeye mengangkat alis.

"Sebelumnya juga, beberapa kali orang asing membobol masuk. Motif mereka sama. Mencari emas."

Yeye terkejut, untuk apa mereka mencari emas di klinik ini? alih-alih emas, benda berharga di tempat ini adalah ramuan herbalnya, selain ikan-ikan peliharannya tentunya.

"Kemarin malam, aku juga menangkap satu orang."

"Apa? Kenapa, kau tidak memberitahuku." ujar paman Li gusar, seingatnya dia tidak mendengar suara yang mencurigakan.

"Itu bukan hal besar, aku hanya memukulnya sedikit lalu melemparkannya ke luar. Para pengrajin yang biasa lewat di sekitar sini pasti sudah menemukannya."

Memang ada sebuah balai kerajinan di sebelah barat, lokasi yang dekat dengan perbukitan sangat cocok untuk memudahkan mereka mencari kayu atau bambu.

"Aneh sekali." Yeye mengusap kepalanya. Selama ini kediaman mereka selalu aman, tidak pernah ada kejadian pencurian seperti ini, bahkan ketika dulu saat klinik perobatan ini sedang berada di tingkat tertinggi ketika di pimpin oleh neneknya.

"Beredar kabar kalau klinik ini tempat menyimpan emas, sehingga mereka mencoba mencurinya. Kebanyakan mereka hanya petani dan nelayan biasa. Entah siapa yang menyebarkan rumor seperti ini." Paman menarik kesimpulan berdasarkan keterangan para pencuri yang berhasil mereka tangkap.

"Jelas ada orang yang ingin mencari keributan di sini. Siapa orang itu?" Terlintas sebuah nama di kepala Yeye, entah kenapa kepalanya berdenyit seketika hingga membuat dia meringis.

"Kenapa Yeye?" tanya Lien Hua khawatir.

"Tidak," tampiknya mengibaskan tangan. Memikirkan nama orang itu saja sudah membuatnya kepalanya berdenyit. Heeh.

"Bagaimana gadis itu? Dia sudah mengingat keluarganya?"

"Belum. Aku sudah memberi ramuan herbal seperti perintah Ketua, tapi Arumi belum mengingat apa pun."

"Saat pencurian itu terjadi, bukankah itu terjadi di kamarnya. Dia pasti sangat terkejut. Lien Hua, cobalah mengajaknya berkeliling agar perasaannya membaik."

"Dia tampak baik-baik saja," sahut Lien Hua.

"Benar," sambung paman setuju.

"Dia memang terlihat ketakutan, tapi aku perhatikan saat kejadian itu, dia sama sekali tidak berkedip. Bukankah itu sedikit aneh."

"Maksudmu?"

"Jika ketakutan bukankah seharusnya memejamkan mata atau setidaknya berpaling. Tapi dia menatap dengan tajam dan tenang walau tubuhnya tampak gemetaran."

"Benarkah?"

"Karena itu aku bilang dia berbeda."

"Paman, Yeye. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Lien Hua yang sedari tadi menyimak percakapan mereka mendekat. Kini mereka berkumpul membentuk segitiga.

"Arumi menemukan sebuah kotak kayu kecil di tumpukan buku di dalam lemari kamarnya," bisiknya dengan wajah serius.

"Lalu."

"Di dalamnya terdapat sebuah kristal."

"Apa?"

"Aku tidak bisa melihatnya, tapi ketika Arumi memegangnya, memang benar ada sebuah kristal ungu yang bersinar di tangannya."

Yeye dan paman Li saling pandang.

"Ketika kusentuh, kristal itu seakan menghilang. Aku tidak bisa mengambilnya."

"Apa kau bercanda? Ini tidak lucu." Paman menoyor kepala Lien Hua.

"Pamaan! Aku bersungguh-sungguh. Yeye, percayalah padaku."

Yeye merenung, Lien Hua memang sering berbuat onar dan jahil, tapi dia bukan anak yang suka berbohong. Untuk apa dia mengarang hal yang sama sekali tidak dia ketahui.

"Kalau begitu, coba kau panggil Arumi, suruh dia membawa kotak kayu itu." ucapnya kemudian.

Mendengar itu Lien Hua segera melesat menuju kamar Arumi.

Sepeninggalnya, Paman menatap Yeye yang tampak tenang sambil menyeruput tehnya, sesekali dia mengibaskan tangannya mengusir hawa panas setelah perjalanannya.

"Apa yang Ketua fikirkan?"

"Apa pendapatmu tentang gadis itu?"

"Arumi? Dia seperti gadis biasa. Hanya auranya terlihat berbeda. Tapi tidak buruk."

"Benar. Dia berbeda dari kita."

"Maksud Ketua?"

"Ada sesuatu yang tersembunyi tentangnya dan aku sedang mempelajarinya. kehadirannya yang tiba-tiba mungkin bukan suatu kebetulan. Keberadaannya yang saat ini belum menjadi suatu ancaman. Itu sudah cukup."

Paman mengernyit. "Jadi sebenarnya Ketua percaya pada ucapan Lien Hua kalau sebenarnya dia hanya menemukan tubuh Arumi di kolam teratai?"

"Tentu saja."

"Lalu kenapa, Ketua menghukumnya?"

"Ehem ... tentu saja karena niatnya untuk mencuri ikan kesayanganku. Aku juga tahu kalau bocah itu mengambil pil dewaku. Aku rasa ini setimpal."

Paman menghela nafas, dasar orang tua perajuk. Sudah dua cucu yang dia korbankan demi ikan-ikan itu.

"Jadi, Ketua mencurigai Arumi? Dia tampak seperti anak yang baik, dia hanya sedikit kebingungan."

"Jangan mudah terperdaya, kau lihat Lien Hua. Apa kau percaya anak itu pembuat onar? Dia kelihatan manis dan penurut. Tapi kerjaannya hanya membuat pusing kepala." Yeye bersungut-sungut.

Walau terlihat keras dan galak, sebenarnya Yeye sangat menyayangi Lien Hua, terlebih sejak cucunya pergi, semua kasih sayang dilimpahkan sepenuhnya untuknya sampai berlebih-lebihan, hal ini yang membuat Lien Hua bersikap berani dan semaunya.

Terdengar langkah kaki mendekat, Arumi dan Lien Hua datang beriringan. Di tangan Arumi tergenggam sebuah kotak kayu seukuran kepalan tangan.

"Yeye, aku sudah membawa Arumi."

"Kemarilah, Arumi. Duduklah di sampingku."

Arumi mengikuti perintah Yeye, duduk tepat disebelahnya. Sementara Lien Hua duduk bersebelahan dengan paman Li.

"Apa yang kau temukan di lemari tua itu? Lien Hua sudah menceritakan semuanya tapi Aku ingin mendengar langsung darimu."

"Aku menemukan ini." Arumi menyerahkan kotak itu.

yeye menerimanya, menatap Arumi lama lalu membuka kotak itu. Sebongkah kristal berwarna ungu tampak memancar terang. Dia terhenyak, lalu bergegas menutup kotak kayu itu.

Paman dan Lien Hua saling pandang, mereka sama sekali tidak melihat apa-apa. Kotak itu kosong. Kenapa Yeye terlihat begitu terkejut.

"Apa Yeye melihat sesuatu?" tanya Lien Hua penasaran.

"Ini Amethyst."

"Amethyst?" Mereka saling berpandangan. Jadi Yeye bisa melihat benda itu.

Tiba-tiba pria tua itu berdiri dan bergegas pergi sambil menenteng kotak kayu, wajahnya terlihat muram. Lien Hua hendak mengejar, namun Paman mencegahnya.

"Biarkan ketua sendiri."

Lien Hua merengut namun mengikuti permintaan paman, sebenarnya apa kaitannya Yeye dan Arumi dengan kristal itu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status