Share

Part 11 Ceraikan Dia

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-06 03:42:34

Cerai. Di usia 26 tahun dia akan menjadikan janda. Renata mematung menyadari permintaannya tadi. Bu Rasti mendekat, menatap miris pada Yuda.

"Ibu ..." Yuda menatap nanar ibunya, lalu berganti pada Renata.

"Ya, bukankah Rena sendiri yang minta kamu ceraikan? Yuda, tidak ada tradisi perselingkuhan dalam keluarga terpandang Hilmawan! Kamu masih muda, ganteng, dan kaya. Banyak perempuan yang antri, Yuda." Bu Rasti melirik sinis pada Renata. "Dan pastinya, akan memberimu anak, tidak seperti Renata!" lanjutnya jauh lebih menyakitkan.

"Astaghfirullah ..." Istighfar meluncur lirih dari bibir bergetar Renata.

Bahu Renata berguncang dalam pelukan Bibi. Seandainya Bu Rasti tahu, bukan dia yang bermasalah. Namun, Yuda yang tidak ingin punya anak. Tentu, Bu Rasti tidak akan bicara seperti itu.

"Ibu benar, Mas! Ceraikan aku supaya kamu bisa punya anak, seperti keinginan mereka!"

Renata melepaskan diri dari pelukan Bibi. Bergegas, dia menuju walk in closet. Renata mengambil koper dan menyambar baju-bajunya dari dalam lemari. Dia masukkan asal baju-baju itu ke dalam koper.

Semua orang termangu, melihat Renata keluar dari walk in closet membawa koper. Yuda segera mendekati Renata, mengambil alih koper itu dan melemparnya asal.

"Tidak ada yang pergi dari rumah ini, Rena!"

"Kenapa, bukankah kamu menuduhku selingkuh dan ibu menginginkan kita cerai? Supaya puas, biarkan aku pergi!"

"Kalau kamu pergi, jangan bawa apa pun, Rena! Karena barang-barang yang kamu beli itu dari uang putraku! Kami membesarkan Yuda dengan cinta kasih, bukan untuk dikhianati!"

"Ibuuu!" tegur Yuda hati-hati, lalu mengusap kasar wajahnya. "Bu, biar aku bicara berdua dengan Renata! Tolonglah!"

Meskipun menahan sebal, Bu Rasti keluar dari kamar. Yuda segera menutup pintu dan menguncinya. Lalu dia mendekati Renata yang masih mematung. Menatap nanar kopernya yang teronggok mengenaskan di lantai.

Terdengar tarikan napas panjang dari mulut Yuda, lalu suaranya terdengar datar, "Duduklah! Jangan begini, Rena!"

"Sudah jelas semua, Mas! Bebaskan aku! Tapi bukan berarti aku membenarkan tuduhanmu!"

"Jangan berpikir untuk cerai, Rena! Aku tidak akan kabulkan!" Suara Yuda kembali tinggi.

"Sampai aku mati di tanganmu sendiri, Mas?" tanya Renata parau.

"Aku lakukan itu supaya kamu paham, Rena. Kamu itu istriku. Harusnya, menghargaiku bukan malah membela Darren!" teriak Yuda kembali emosi.

"Aku tidak membelanya! Aku bicara apa adanya! Mas Darren sudah menjelaskan, tapi kamu semakin menuduhku! Kamu terlalu curiga, Mas!" balas Renata tidak tahan lagi.

Dia mendorong Yuda dan memukuli lengan suaminya sambil menangis. Yuda terdiam. Rahangnya mengeras menatap Renata yang terus mengamuk.

"Diam, kubilang!" sergah Yuda. "Renata, hentikan!"

Plak!

Renata termangu! Dia pegang pipinya yang kembali mendapat tamparan. Yuda yang tersadar, menatap telapak tangannya sendiri. Lalu, beralih pada Renata yang masih diam. Bibir Renata bergetar, air mata itu kembali mengalir membasahi pipinya yang panas.

Tatapan wanita itu bukan lagi ketakutan. Namun, sebuah luka mendalam. Renata tersenyum miris, lalu meluruhkan tubuh, bersandar di kaki meja.

Yuda mendekat, memeluk erat tubuh rapuh istrinya. Tidak ada suara tangis. Namun, air mata membentuk sungai kecil. Seolah ingin menambah perih pipi Renata yang merah. Renata diam sambil menggigit jari-jari yang terkepal, lalu memeluk lututnya.

"Maafkan aku, Renata. Maaf ..."

"Bapak, Ibu ... maafkan aku!"

Bayangan senyum haru sang ayah, ketika memberi Renata restu dan tangis seorang ibu yang melepas putri sulungnya, hadir kembali. Namun, bukan bahagia yang Renata dapatkan, tetapi penjara bernama pernikahan.

Renata tersenyum miris. Dua tahun lalu, seorang pemuda tampan, status ekonomi mapan dengan santun meminta Renata pada orang tuanya.

Dua kali pertemuan dengan Renata membuat Yuda jatuh cinta. Mereka menjalani hubungan jarak jauh beberapa bulan. Setelah mantap, tanpa ragu Yuda meminangnya. Renata, gadis sederhana yang mengajar di desa dengan status guru honorer itu pun menerima lamaran Yuda.

Orang tua Renata hanyalah seorang kepala desa dan petani. Sepenuh hati mereka menitipkan Renata pada Yuda sebagai suaminya. Dengan harapan, Renata bisa menggapai mimpi, tidak lagi terkurung dalam keterbatasan.

"Kita pulang ke kampung, sebelum ke Bali. Bagaimana?"

Renata tidak tertarik sedikit pun ucapan lembut Yuda. Dia masih diam, tatapannya kosong pada lantai yang dingin. Yuda mengusap kepala Renata, menciuminya berulang kali sambil minta maaf.

Yuda terlalu sering minta maaf, lalu kalap, dan menghajarnya lagi. Jadi, kata maaf dari laki-laki itu sama sekali tidak membuat hati Renata tersentuh. Namun, justru menimbulkan trauma.

Karena Renata tetap bertahan seperti itu, Yuda segera menggendongnya ke tempat tidur. Dia membaringkan Renata dengan hati-hati, lalu menyelimutinya. Setelah itu, Yuda bergegas keluar dari kamar.

Renata meliriknya nanar. "Sampai kapan aku bertahan? Ya, Allah aku tidak kuat ..."

Mata Renata terpejam pelan, dan setetes air jatuh ke pipinya lagi....

Melihat kedatangan Yuda, Bu Rasti dan Pak Hilmawan menatapnya penuh tanya. Namun, Yuda justru bergegas ke dapur, menemui Bibi. Tidak berapa lama, Yuda sudah kembali sambil membawa teh hangat.

"Buat Renata?" tanya Bu Rasti tanpa basa-basi dari tempat duduknya.

Yuda menoleh sekilas, lalu menjawab singkat, "Iya, Bu!"

"Yuda, kamu itu jangan terlalu lembek jadi suami! Istri ketahuan selingkuh malah diladeni. Nglunjak nanti!"

Langkah Yuda terhenti di anak tangga pertama. "Bu, tolong jangan buat semua menjadi runyam!" Segera, Yuda melanjutkan langkahnya ke kamar.

Bu Rasti menatap suaminya dengan bibir mengerucut. "Lihat, Pak! Anak yang kamu sekolahkan ke luar negeri, malah jadi kacung istri peselingkuh!"

Pak Hilmawan menatapnya tanpa ekspresi. "Bu, Yuda tidak sebodoh itu. Dia hanya tidak ingin ada masalah dengan orang tua Rena. Biarkan mereka tenang dulu, lalu bahas masalah ini lagi!"

Bu Rasti bergegas bangkit. "Ya, tunggu sampai Renata hamil dengan Darren!" sahutnya ketus.

Suara keras Bu Rasti tidak luput dari pendengaran Bibi hingga mengucap istighfar sembari mengusap dadanya. Di depan pintu kamarnya, Yuda mengerutkan bibir geram mendengar ucapan sang ibu.

"Aku tidak akan biarkan Darren mengambilmu, Rena! Tidak akan!"

Ucapan Bu Rasti tadi seperti bahan bakar yang menyiram bara. Yuda segera memasuki kamar, menutup pintu sedikit kasar, lalu menguncinya. Namun, Renata masih bergeming. Matanya masih terpejam, enggan menatap Yuda.

Yuda duduk di tepi ranjang, tangan kanannya memegang cangkir teh. Tangan kiri Yuda menyingkap selimut.

"Rena, minum tehnya dulu. Mumpung masih hangat!"

Tidak ada jawaban. Hanya suara napas Renata yang tersengal karena menahan tangis. Yuda menarik napas panjang, lalu meletakkan cangkir ke atas nakas.

"Renata, buka matamu sebentar! Kita bicara dulu!"

"Apa lagi yang ingin kamu tanyakan? Apa itu masih penting? Aku hanya ingin kita akhiri pernikahan ini!"

Suara Renata bergetar dengan tatapan kosong pada Yuda. Sekali lagi, Yuda menarik napas panjang.

"Kamu minta cerai karena ingin bersama Darren? Kamu ingin punya anak dengannya?"

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 11 Ceraikan Dia

    Cerai. Di usia 26 tahun dia akan menjadikan janda. Renata mematung menyadari permintaannya tadi. Bu Rasti mendekat, menatap miris pada Yuda."Ibu ..." Yuda menatap nanar ibunya, lalu berganti pada Renata."Ya, bukankah Rena sendiri yang minta kamu ceraikan? Yuda, tidak ada tradisi perselingkuhan dalam keluarga terpandang Hilmawan! Kamu masih muda, ganteng, dan kaya. Banyak perempuan yang antri, Yuda." Bu Rasti melirik sinis pada Renata. "Dan pastinya, akan memberimu anak, tidak seperti Renata!" lanjutnya jauh lebih menyakitkan."Astaghfirullah ..." Istighfar meluncur lirih dari bibir bergetar Renata.Bahu Renata berguncang dalam pelukan Bibi. Seandainya Bu Rasti tahu, bukan dia yang bermasalah. Namun, Yuda yang tidak ingin punya anak. Tentu, Bu Rasti tidak akan bicara seperti itu."Ibu benar, Mas! Ceraikan aku supaya kamu bisa punya anak, seperti keinginan mereka!"Renata melepaskan diri dari pelukan Bibi. Bergegas, dia menuju walk in closet. Renata mengambil koper dan menyambar baju-

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 8 Kedatangan Mertua

    Yuda yakin, kecurigaannya benar. Dia hanya perlu mengumpulkan bukti-bukti hingga Renata dan Darren mengakuinya.Mobil Darren berhenti di dekat sebuah gang. Dista menoleh, lalu melepas seat belt. Darren menatap ke samping mobil. Berbeda dengan rumah Darren yang megah, bangunan di sekitar sini sangat sederhana."Kamu tinggal di sini, Dis?""Iya, Pak! Hanya kontrakan ini yang dekat dengan tempat kerja!"Darren mengangguk. "Oke, terima kasih atas kerja samanya! Sudah aku transfer. Coba dicek!"Dista segera membuka handphone. Matanya mendelik memperhatikan angka-angka yang masuk ke rekeningnya. Ternyata, Darren mentransfer lebih besar dari yang mereka sepakati."Pa-Pak, ini banyak sekali!""Untuk tambahan tabungan anakmu!" ucap Darren, lalu membuka lock bagasi. "Kamu ambil saja leci dan makanannya. Bisa kamu bagi sama keluargamu!""Tap-tapi itu punya Pak Darren!""Tidak apa-apa, Dista! Aku tidak mungkin makan lagi malam ini. Sudah, kamu ambil saja semuanya!""Ah, terima kasih, Pak! Bapak s

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 7 Nina Kekasih Palsu

    "Nina? Siapa Nina?" Wanita itu menoleh, tatapannya menuntut jawaban pada Darren.Darren menggaruk tengkuk yang tidak gatal, lalu segera merangkul bahu wanita itu. Melihat sikap agresif Darren, wanita cantik itu justru tidak nyaman.Yuda memperhatikan interaksi pasangan itu, dengan alis terangkat sebelah. Sebelah sudut bibirnya tersenyum sinis. Tiba-tiba, Yuda curiga dengan wanita bernama Nina itu.Darren segera menarik tangan Nina dan membawanya menyingkir. Meskipun sedikit terkejut, Nina hanya menurut saja. "Pa-Pak Darren, kenapa Anda begitu aneh?" tanya Nina palsu bingung dan tidak nyaman.Darren mengerutkan bibir, lalu tertawa kecil seolah tidak terjadi sesuatu. Dengan sengaja, dia merangkul dan mengusap kepala Nina palsu."Dista, maaf, ada yang salah. Seharusnya, tadi aku katakan dulu padamu. Please, kita harus menjalankan sandiwara ini sebaik mungkin!""Saya belum mengerti!" Wanita bernama Dista itu mengernyitkan dahi."Di depan semua orang, kamu kenalkan namamu Dista Karenina,

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 6 Masa Lalu

    Kening Darren mengernyit tipis mendengar pertanyaan itu. Tatapannya pada Renata semakin dalam. Sedetik kemudian, Darren tertawa lirih. Menurut Darren pertanyaan Renata tergolong aneh."Mas Darren tahu juga tentang masa lalu Mas Yuda?" ulang Renata lirih. Meskipun tidak lazim, mengorek informasi dari Darren, Renata harus cari tahu tentang masa lalu Yuda. Seseorang yang memiliki fantasi seks nyleneh, biasanya dipicu oleh masa lalu. Karena orang normal tidak mungkin menyakiti pasangannya untuk mencapai puncak kepuasan."Aku belum mengerti, Rena! Maksudmu, tentang pacar Yuda sebelum bertemu denganmu?" Renata terdiam karena bimbang. Tidak mungkin dia menceritakan aib suaminya. Lantas, wanita itu menggigit bibir gugup.Di sampingnya, Darren terkekeh pelan. Sebelah alisnya terangkat, melihat sikap aneh Renata. Darren semakin yakin, kalau rumah tangga Renata dan Yuda tidak baik-baik saja."Yuda tidak selingkuh, kan?" canda Darren karena Renata masih diam. "Ha ha ha, aku cuma becanda, Rena!

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 5 Bertemu Lagi

    "Rena, apa yang kamu bicarakan?""Kenapa kamu selalu kasar dan tidak ingin punya anak? Beri tahu aku alasan yang bisa kuterima!"Pertanyaan di luar perkiraan itu, sukses membuat Yuda termangu. Tatapannya berubah sendu, tetapi menyimpan teka teki. "Apa kamu tidak ingin cerita sesuatu, Mas? Mungkin kita butuh ke dokter! Aku yakin, kamu bisa berubah, Mas!"Tatapan sendu Yuda berubah tajam. "Tidak! Apa kamu pikir aku gila?"Yuda melengos, menghindari tatapan Renata. Dia enggan mengungkit masa lalu dan tidak tertarik membahasnya. Terdengar dengusan kecewa dari bibir mungil Renata. Jika Yuda sudah berkata begitu, apa yang diharapkan? Seumur hidup, Renata harus pasrah menerima siksaan."Baiklah, aku tidak memaksamu, Mas!" Renata memunggungi Yuda, lalu menggigit jari menahan luapan sedih."Apa kamu tidak mau menerima kekuranganku, Rena? Bukannya pernikahan itu harus saling menerima kekurangan pasangan?"Ucapan tanpa rasa bersalah itu, seolah menegaskan, Renata harus siap menanggung siksa seu

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 4 Siksaan ( Lagi )

    Renata langsung menatap Darren yang mengulurkan handphone padanya. Namun, tatapan Yuda justru tertuju ke lengan atas kemeja putih Darren."Ini ponselmu!" Darren mengulurkan handphone Renata.Dengan gerakan kaku, Renata menerima benda pipih itu. "Terima kasih, Mas!" "Tidak apa-apa. Hei, Bro!" Darren langsung menyapa Yuda. Namun, Yuda masih menatapnya datar. "Kenapa handphone Rena ada sama kamu?" selidiknya.Renata langsung menggigit bibir takut. Dia tidak berani menatap Yuda maupun Darren. Darren tersenyum sekilas, sambil mengusap tengkuknya."Oh, tadi kami berpapasan di depan toilet. Sepertinya, Rena buru-buru, sampai handphonenya jatuh!"Mata Yuda menyipit semakin curiga. Lalu, pandangannya kembali berhenti pada lengan atas Darren. Kemeja putih itu ternoda lipstick. Darren menunduk mengikuti arah pandangan Yuda. Dia baru menyadarinya, lalu menatap sekilas pada Renata yang masih mematung.Darren menelan ludah. Ternyata, pelukan tidak disengaja tadi meninggalkan bekas di sana. Senyum

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status