Share

Bab 22 : Ngidam

Aku sedikit terburu-buru keruangan Mbak Riska. Sudah terlalu lama aku meninggalkannya.

Sata sampai di depan pintu, aku mengintip sedikit ke dalam ruangan. Sudah ada Mas Ifan yang sedang menyuapi potongan buah ke mulut Mbak Riska.

Aku tersenyum, saat ini aku benar-benar bahagia. Ingin rasanya membagi kebahagiaan ini dengan Mas Ifan. Tapi aku tahu, ini bukan saat yang tepat.

Mbak Riska baru saja pulih dari sakitnya, aku takut kehamilan ini akan membuatnya drop lagi. Sama sekali tidak meragukan ketulusannya, bahkan mungkin dia satu-satunya wanita yang sangat tulus, karena mengizinkan suaminya untuk menikah lagi. Tapi sekuat apapun wanita, rasa cemburu selalu mampu melemahkannya.

"Tik, kenapa berdiri disitu?." panggil Mbak Riska membuatku gelagapan.

"Iya, Mbak,"

Aku mendekat dan duduk di tepi ranjangnya.

"Tadi, Dokter bilang, besok aku sudah boleh pulang." jelas Mbak Riska.

"Waah, benarkah Mbak?" tanyaku tak percaya.

"He'em Tik, benerkan Mas?" Mbak Riska meyakinkanku.

"Bener Tik, jadi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status