Home / Romansa / TERNYATA AKU ISTRI KEDUA / BAB 1. BANGKAI TERCIUM

Share

TERNYATA AKU ISTRI KEDUA
TERNYATA AKU ISTRI KEDUA
Author: Navika

BAB 1. BANGKAI TERCIUM

Author: Navika
last update Last Updated: 2023-10-31 12:54:12

"Mas Panji mau kemana sih, kok sudah dandan rapi, baunya wangi lagi," celetuk Mahira yang berdiri di belakang Panji sambil memperhatikan suaminya yang saat ini bersiap-siap ingin pergi.

"Mas mau ke rumah teman, ada acara tujuh bulanan istrinya yang sedang mengandung. Dia meminta Mas datang ke rumahnya untuk ikut memberikan doa," balas Panji dengan santai.

"Kalau begitu aku ikut ya?"

"Jangan, kamu dirumah saja. Lagian Mas cuma sebentar saja kok Sayang. Mas janji nggak akan lama perginya. Selesai membaca doa Mas akan berpamitan pulang," bujuk Panji kepada Mahira.

"Tapi aku juga pengen ikut Mas. Aku ingin sekali pergi bersama suamiku ke tempat hajatan atau acara apa gitu kaya yang lain. Tapi Mas nggak pernah mengajakku. Alasannya pun selalu sama," Mahira mulai kesal.

"Eh kok malah ngambek sih. Mas janji nanti kalau ada acara lagi Mas akan mengajakmu. Supaya semua orang tahu bahwa kamu adalah istriku yang paling cantik,"

Mahira berdiri membelakangi Panji lalu Panji mencoba mendekatinya dan memeluknya dari belakang. Mahira enggan membalasnya karena sudah sangat kesal kepada Panji.

"Yasudah Mas pergi dulu ya, bye ..." setelah mencium Mahira. Panji melenggang pergi begitu saja. Bahkan langkahnya sengaja dipercepat seakan takut Mahira akan mengejarnya.

Mahira hanya memperhatikan dari jendela bahwa saat ini Panji sedang berada di dalam mobilnya dan siap pergi meninggalkan rumahnya.

Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering

Bergegas Mahira mencari-cari arah suara itu dan ternyata ponsel Panji yang berbunyi. Panji kelupaan membawa ponselnya yang tadi diletakkan di atas nangkas.

Ada lima panggilan tidak terjawab sebelumnya. Kemungkinan Panji tidak sempat melihatnya. Dan juga ada chat masuk yang membuat Mahira naik darah ketika membacanya.

["Mas, kok lama sekali sih. Jam berapa kamu datang kesini? Para tamu undangan sudah pada datang lho. Mereka semua mempertanyakanmu kenapa tidak muncul untuk menemui mereka. Pokoknya aku nggak mau tahu, sekarang juga mas Panji harus segera datang ke sini,"]

Begitulah bunyi chat yang dikirim oleh seseorang itu.

Merasa penasaran Mahira mencoba membaca percakapan Panji dengan wanita yang diberi nama Miss Gulali itu.

["Mas aku merindukanmu, kapan kamu datang kerumah?"]

["Sebentar lagi sayang, aku akan segera sampai di rumah kok,"]

["Jangan lama-lama ya. Aku sudah pengen dipeluk,"]

["Iya nanti bakalan aku peluk sampai kamu merasa puas,"]

Membaca chat mesra antara Panji dengan wanita itu darah Mahira langsung mendidih. Kedua tangannya meremas celana yang saat ini dipakainya. Dan ingin rasanya Mahira mencakar wajah Panji saat ini juga.

["Mas, aku minta uang dong buat shoping. Aku ingin membeli tas baru. Tas lamaku sudah gak enak dilihat. Kemarin aku lihat ada tas model terbaru. Harganya nggak mahal kok Mas, cuma tiga puluh juta saja,"]

["Kalau tasnya masih bagus lebih baik dipakai saja. Jangan buang-buang uang sayang,"]

["Mas pelit sekali sih sama istri sendiri,"

"Yasudah, sebentar lagi aku akan transfer uangnya,"]

["Terima kasih sayang, muaach ... aku mencintaimu suamiku,"]

["Iya, aku juga mencintaimu," balas Panji.]

Deg!

Tubuh Mahira mulai sempoyongan setelah membaca chat mesra Panji dengan wanita itu. Dadanya terasa sesak seakan kesulitan bernafas. Air matanya tiba-tiba menetes begitu saja dengan bibir bergetar.

"Istriku? Kenapa mas Panji memanggilnya istriku? Bukankah istrinya aku, lalu siapa wanita itu? Atau jangan-jangan mas Panji mempunyai wanita lain dan diam-diam menikah lagi tanpa sepengetahuanku," hati Mahira mulai dongkol.

Mahira menggebrak meja penuh emosi. Salah satu tangannya meremas dada mencoba menahan rasa sakit yang luar biasa. Mahira hanya bisa menangis karena dikhianati oleh suami yang paling dicintainya. Akhirnya Mahira kembali membaca chat mesra itu dan tak lupa menscreenshootnya untuk dijadikan alat bukti.

"Mas Panji, berani-beraninya kamu mempermainkanku. Dengan mudahnya kau memberikan sejumlah uang kepada wanita lain tanpa seiizinku. Kamu pikir kamu siapa? Apa kamu lupa semua kekayaan yang kamu miliki saat ini adalah milikku dan aku dengan mudah bisa mengambilnya lagi," ucap Mahira sambil menyeka sisa air matanya.

"Aku harus mencari tahu terlebih dahulu siapa wanita bernama Miss Gulali itu. Jika semuanya sudah jelas dan ternyata mas Panji benar-benar mengkhianatiku maka aku akan membuat perhitungan dengannya," gumam Mahira.

Seakan mendapat ide baru Mahira mencoba bersandiwara dengan cara memanggil seseorang yang tak sengaja lewat di depan rumahnya. Lalu Mahira memintanya memegang ponsel milik Panji supaya ketika Panji kembali nanti dia melihat bahwa orang lain yang telah menemukan ponselnya. Agar Mahira bisa melancarkan aksinya tanpa tertuduh oleh Panji atau membuatnya merasa curiga.

Benar saja setengah jam kemudian terdengar suara deru mobil milik Panji. Mahira mengintip dari jendela dan melihat Panji sedang kebingungan mencari ponselnya. Panji merasa ragu jika ingin kembali masuk ke dalam rumahnya. Jadi dia memutuskan mencari ponselnya disekitar teras depan rumahnya. Panji merasa yakin jika ponselnya itu terjatuh sewaktu dia berangkat tadi.

Karena Panji seorang pelupa. Maka Mahira berani merencanakan hal ini. Ketika tengah fokus mencari ponselnya tiba-tiba Panji melihat seseorang sedang duduk di dekat pintu gerbang sambil memainkan ponselnya. Orang itu membolak-balikkan ponselnya membuat Panji merasa tertarik dan memberanikan diri untuk mendekatinya.

"Lho, ini kan ponsel saya. Dari mana kamu mendapatkannya?" sentak Panji dengan nada lantang.

"Maaf Pak. Tadi saya menemukannya didepan pintu gerbang. Tidak tahu jika ponsel ini milik Anda. Karena tidak ada yang mengambilnya maka saya yang memungutnya dan memilih duduk disini. Siapa tahu ada pemiliknya yang mencari," balas lelaki tua itu.

"Oh begitu. Iya, ini ponsel saya, terima kasih ya. Sejak tadi saya sudah panik karena tiba-tiba ponsel saya tidak ada dikantong celana. Ternyata terjatuh disini," ujar Panji.

Panji merebut ponsel itu begitu saja lalu kembali masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah Mahira. Tanpa memberikan sedikit imbalan kepada orang tersebut.

Melihat Panji sudah pergi Mahira pun keluar rumah untuk menemui lelaki yang disuruhnya tadi dan memberinya sejumlah uang.

"Terima kasih ya Pak,"

"Sama-sama Bu,"

"Itu tadi suaminya ya?"

"Iya, dia suami saya,"

"Tapi maaf. Kelihatan sekali dari wajahnya. Bapak itu bukan tipe lelaki setia," Mahira terkejut mendengarnya.

"Kenapa Bapak bisa bicara seperti itu?"

"Saya hanya membaca dari mimik wajahnya saja Bu. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum," serunya.

"Waalaikumsalam," balas Mahira.

Setelah kepergian lelaki tua itu, Mahira kembali masuk ke dalam rumah. Ucapan lelaki tua tadi masih terngiang-ngiang ditelinga membuat Mahira merasa tak tenang. Akhirnya Mahira memutuskan ingin menghampiri alamat wanita itu untuk mencari tahu apa benar dia itu istrinya Panji atau bukan.

Bergegas Mahira berganti pakaian dan juga mengambil tas. Mahira merasa tak sabar ingin tahu seperti apa wajah wanita itu? Secantik apa dia?

Sebelumnya Mahira sudah menulis alamat rumah wanita itu ketika membuka ponsel milik Panji dan membaca chat keduanya. Karena wanita itu sempat memberikan alamat rumahnya kepada Panji.

Mahira mengemudikan mobilnya menuju alamat yang tadi ditulisnya. Tak butuh waktu lama akhirnya mobil Mahira sampai juga di alamat yang dicarinya. Mahira sengaja menyembunyikan mobilnya dan memilih jalan kaki untuk bisa mencari tahu kebenarannya.

Alamat rumah yang sedang dituju Mahira ternyata sedang ada acara. Disana sangat ramai dan banyak tamu yang datang silih berganti. Mahira mencoba mendekat lalu bertanya kepada seseorang yang tak sengaja berpapasan dengannya.

"Maaf Bu. Apa saya boleh tanya sesuatu?"

"Mau tanya apa Mbak, silahkan," balasnya sopan.

"Dirumah itu kok ramai sekali ya. Memangnya ada acara apa?"

"Oh, dirumah itu sedang ada acara tujuh bulanan atas kehamilan mbak Santi. Kalau boleh tahu Mbak ini siapa?"

"Oh saya sekedar lewat saja. Kalau boleh tahu wanita bernama Santi itu yang mana? Lalu suaminya juga yang mana?" Mahira sedikit penasaran.

"Kenapa Mbak ingin sekali mengetahuinya?"

"Tidak apa-apa Bu. Siapa tahu saya mengenal mereka berdua. Kebetulan teman saya banyak di daerah sini," balas Mahira.

"Kalau Mbak ingin tahu seperti apa wajah mereka. Coba Mbak geser kesebelah kiri, supaya kelihatan jelas wajah mereka seperti apa. Kalau dari sini Mbak nggak akan bisa melihat wajah mereka secara jelas karena posisi mereka membelakangi kita," Mahira mengikuti instruksi ibu itu lalu bergeser ke sebelah kiri.

"Nah, wanita yang memakai baju berwarna merah itu namanya Santi dan lelaki disebelahnya itu suaminya namanya Fahri,"

"Terima kasih Bu atas informasinya,"

"Sama-sama Mbak,"

Ibu-ibu itu pun pergi meninggalkan Mahira.

"Sayang sekali aku tidak bisa melihat jelas wajah keduanya. Jadi percuma saja aku datang kesini," keluh Mahira.

Ketika Mahira hendak pergi tiba-tiba kedua pasangan suami istri itu menoleh menyambut kedatangan tamu yang lain yang kebetulan baru saja datang. Langkah Mahira pun tiba-tiba terhenti seakan ada yang melarangnya pergi. Mahira kembali menoleh ke arah dua pasangan suami istri tadi lalu memperhatikannya dengan jelas.

"Sebentar, sepertinya aku mengenal wajah mereka. Wajah itu sungguh tak asing untukku. Tapi siapa? Kenapa mereka tidak mau menoleh lagi ke sini," gumam Mahira merasa kesal.

Sejenak kemudian Mahira mencoba bersabar berharap keduanya kembali menatap ke arahnya.

Benar saja keduanya pun tiba-tiba menoleh ke arah Mahira. Namun posisi mereka berdua sedang ngobrol bersama tamu lain yang baru datang.

Mahira benar-benar merasa terkejut ketika melihat wajah pasangan suami istri itu. Wajah yang selama ini cukup familiar untuknya bahkan sangat dikenalinya cukup baik. Dan kini dia sedang bersama wanita lain yang Mahira sendiri juga mengenal siapa wanita itu.

"Jadi Fahri itu adalah mas Panji. Sedangkan Santi adalah Irma. Astaga, ternyata mereka berdua pasangan suami istri. Lalu aku ini istrinya yang keberapa? Berarti selama ini mereka berdua mencoba mempermainkanku demi kepentingan mereka sendiri. Mas Panji aku tidak menyangka kamu bisa sejahat ini kepadaku. Aku berjanji akan membalas semua ini dan mencari tahu lebih dalam siapa dirimu yang sesungguhnya. Aku akan membuat hidupmu hancur berantakan karena kamu sudah berani bermain api di belakangku," gumam Mahira sembari mengepalkan kedua tangan menahan rasa kesal didada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERNYATA AKU ISTRI KEDUA   BAB 16. BERAKSI

    Selesai ngobrol panjang lebar akhirnya Irma dan Johan mengikat kerja sama. Dimana Irma menjanjikan sebuah pernikahan setelah dirinya berhasil menguasai harta Mahira. Tentu saja Johan merasa senang dan juga tertarik. Dia pun langsung mengiyakan dan berjanji akan membantu Irma meraih itu semua. Supaya dirinya bisa memiliki Irma sepenuhnya. "Besok kamu pergi ke rumah sakit jam berapa?" "Mungkin pukul sembilan pagi, memangnya kenapa?" tanya Irma."Tidak ada apa-apa. Cuma tanya doang,""Tidak mungkin cuma tanya doang. Pasti ada sesuatu yang sengaja kamu sembunyikan dariku," sentak Irma."Sayang, aku tidak menyembunyikan sesuatu. Aku cuma tanya doang, apa nggak boleh?""Nggak usah lebay deh. Manggil sayang segala," sahut Irma."Kamu bilang jika aku mau membantumu menyingkirkan Mahira dari kehidupan Panji dan merebut seluruh harta Mahira. Kamu bakalan mau menikah denganku. Itu artinya mulai detik ini juga kamu sudah menjadi kekasihku. Dan aku punya hak untuk memanggilmu sayang. Tapi awas

  • TERNYATA AKU ISTRI KEDUA   BAB 15. PILIHAN SULIT

    Irma merasa kesal karena Panji mencoba memojokkannya. Kali ini Panji menginginkan sesuatu yang sama sekali tidak diinginkan oleh Irma."Mustahil jika sekarang aku harus mengikuti keinginan Panji. Masa iya dia minta tes DNA sebelum anakku lahir. Dia pasti sudah terpengaruh dengan ucapan Johan. Tidak, aku belum siap melakukan tes DNA sekarang, karena aku takut anak ini memang benar anaknya Johan. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?""Irma, kenapa kamu diam saja? Kamu mau atau tidak?""Aku keberatan Mas. Karena untuk melakukan tes itu kita membutuhkan uang tidak sedikit," "Aku tahu, tapi bagiku tidak masalah. Mahira mungkin juga tidak keberatan,""Kenapa sih Mas, kamu ingin sekali melakukan tes DNA dengan anak ini? Apa kamu mempercayai ucapan Johan? Dan kini mulai meragukan anak yang ku kandung?""Maafkan aku Irma. Jika membuatmu merasa tidak nyaman dengan keinginanku. Tapi hanya ini cara satu-satunya supaya aku bisa kembali mempercayaimu,""Aku berpikir mas Panji tetap mempercayaiku

  • TERNYATA AKU ISTRI KEDUA   BAB 14. MAAFKAN AKU

    Malamnya Panji berencana pergi ke rumah Irma. Dia ingin membicarakan masalah tadi, supaya tidak semakin panjang. Mahira mengetahui Panji keluar dari rumah, dia pun tahu kemana tujuannya saat ini. Mahira membiarkan Panji pergi begitu saja berharap dia bisa segera menyelesaikan permasalahannya dan bisa memberikan jawaban untuknya.Panji mengemudikan mobilnya sendiri menuju rumah ibunya. Panji ingin meminta kejelasan atas perbuatan Irma hari ini. Panji sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi supaya cepat sampai di rumah ibunya.Beberapa menit kemudian mobil Panji berhenti di depan rumah bu Sita. Bergegas Panji keluar dari mobil lalu nyelonong masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu."Kak Panji? Kapan kamu datang? Kenapa nggak ngucap salam dulu?" protes Dara."Ngapain ngucap salam, lagian ini juga rumah kak Panji," sahut Hendra."Dinana Ibu?" "Ibu ada di kamarnya. Sejak pulang dari rumah kak Mahira tadi, ibu memilih berdiam diri di kamar,""Baiklah, aku ak

  • TERNYATA AKU ISTRI KEDUA   BAB 13. DIANTARA DUA PILIHAN

    "Kenapa kamu diam saja Mas? Apakah yang aku ucapkan benar?"Kini suara Mahira semakin meninggi. Karena tak bisa menahan rasa kecewanya lagi."Oke, baiklah ..., aku akui memang semua yang diucapkan Johan benar adanya. Sebelumnya aku memang tidak pernah mencintaimu. Aku memang sengaja mendekatimu supaya aku bisa menjadi bagian dalam hidupmu. Keluargaku memang miskin, kami bahkan sering dibully. Oleh karena itu aku memutuskan menyetujui rencana Irma untuk menggaet hatimu supaya aku bisa menikah denganmu. Setelah itu aku berencana ingin merampas semua harta kekayaanmu. Tapi seiring berjalannya waktu, entah kenapa hatiku mulai bimbang. Aku sering merasa gelisah dan merasa bingung dengan perasaanku sendiri. Aku ingin pergi meninggalkanmu tapi hatiku berkata jangan. Aku sering merasa khawatir jika sesuatu terjadi padamu. Bahkan tanpa aku sadari aku merasa bahagia ketika sedang berdua denganmu. Menyakiti hatimu seperti ini juga luka bagiku. Aku tidak ingin semua ini menimpamu Mahira. Tapi sek

  • TERNYATA AKU ISTRI KEDUA   BAB 12. KENYATAAN PAHIT

    Melihat Mahira terlihat syok, buru-buru Panji berlari kecil menghampirinya."Sayang, tolong jangan dengarkan dia. Bukan seperti itu ceritanya. Kamu harus percaya kepadaku," rengek Panji.Mahira mendorong tubuh Panji supaya menjauh darinya. Saat ini hati Mahira benar-benar sangat terluka sekali. Dadanya terasa sesak seakan kesulitan bernafas. Mahira meremas jantung dadanya dan sekuat tenaga mencoba bangkit lalu memilih pergi meninggalkan semua orang.Panji merasa kesal kepada Irma dan juga Johan. Karena mereka berdua telah berhasil menghancurkan acara ulang tahunnya."Aku tidak akan pernah melupakan semua ini Irma. Kamu dan kekasihmu telah berhasil menghancurkan pesta ulang tahunku. Kalian berdua juga telah menggagalkan semua rencanaku! Katakan kepadaku, hukuman apa yang pantas aku berikan kepada kalian?" sentak Panji yang sudah tersulut emosi."Mas, tolong jangan salah paham dulu. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kedatanganku kesini hanya ingin memberimu ucapan selamat saja. Tapi aku

  • TERNYATA AKU ISTRI KEDUA   BAB 11. MEMBUKA KEDOK SENDIRI

    "Kamu siapa?" tanya Mahira."Saya Johan, kekasih gelap Irma," sahutnya dengan santai.Deg!Mendengar hal itu tentu saja membuat Mahira, Panji dan yang lainnya merasa terkejut."Apa? Kamu kekasih gelap Irma?" Mahira merasa tak percaya."Kenapa kalian merasa terkejut seperti itu? Apa selama ini Irma tidak cerita kepada kalian?""Tidak," sahut Mahira."Irma, kenapa kamu tidak mau menceritakan kepada mereka. Bahwa aku adalah lelaki yang selama ini selalu ada untukmu. Aku adalah lelaki yang telah menitipkan benih di rahimmu," ujarnya santai.Irma merasa tidak suka mendengar pengakuan Johan. "Cukup Johan! Jangan bicara aneh-aneh lagi," sentak Irma."Maksudmu apa bicara seperti itu? Kenapa kamu mengaku-ngaku sebagai kekasihnya Irma?" Panji merasa geram."Saya tidak punya maksud apa-apa. Dan saya tidak sedang berbicara omong kosong. Saya hanya ingin memberitahu semua orang, bahwa saya adalah ayah kandung dari bayi yang sedang di kandung Irma. Sepertinya, Irma sengaja tidak memberitahu kalian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status