Share

TERNYATA AKU ISTRI KEDUA
TERNYATA AKU ISTRI KEDUA
Penulis: Navika

BAB 1. BANGKAI TERCIUM

"Mas Panji mau kemana sih, kok sudah dandan rapi, baunya wangi lagi," celetuk Mahira yang berdiri di belakang Panji sambil memperhatikan suaminya yang saat ini bersiap-siap ingin pergi.

"Mas mau ke rumah teman, ada acara tujuh bulanan istrinya yang sedang mengandung. Dia meminta Mas datang ke rumahnya untuk ikut memberikan doa," balas Panji dengan santai.

"Kalau begitu aku ikut ya?"

"Jangan, kamu dirumah saja. Lagian Mas cuma sebentar saja kok Sayang. Mas janji nggak akan lama perginya. Selesai membaca doa Mas akan berpamitan pulang," bujuk Panji kepada Mahira.

"Tapi aku juga pengen ikut Mas. Aku ingin sekali pergi bersama suamiku ke tempat hajatan atau acara apa gitu kaya yang lain. Tapi Mas nggak pernah mengajakku. Alasannya pun selalu sama," Mahira mulai kesal.

"Eh kok malah ngambek sih. Mas janji nanti kalau ada acara lagi Mas akan mengajakmu. Supaya semua orang tahu bahwa kamu adalah istriku yang paling cantik,"

Mahira berdiri membelakangi Panji lalu Panji mencoba mendekatinya dan memeluknya dari belakang. Mahira enggan membalasnya karena sudah sangat kesal kepada Panji.

"Yasudah Mas pergi dulu ya, bye ..." setelah mencium Mahira. Panji melenggang pergi begitu saja. Bahkan langkahnya sengaja dipercepat seakan takut Mahira akan mengejarnya.

Mahira hanya memperhatikan dari jendela bahwa saat ini Panji sedang berada di dalam mobilnya dan siap pergi meninggalkan rumahnya.

Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering

Bergegas Mahira mencari-cari arah suara itu dan ternyata ponsel Panji yang berbunyi. Panji kelupaan membawa ponselnya yang tadi diletakkan di atas nangkas.

Ada lima panggilan tidak terjawab sebelumnya. Kemungkinan Panji tidak sempat melihatnya. Dan juga ada chat masuk yang membuat Mahira naik darah ketika membacanya.

["Mas, kok lama sekali sih. Jam berapa kamu datang kesini? Para tamu undangan sudah pada datang lho. Mereka semua mempertanyakanmu kenapa tidak muncul untuk menemui mereka. Pokoknya aku nggak mau tahu, sekarang juga mas Panji harus segera datang ke sini,"]

Begitulah bunyi chat yang dikirim oleh seseorang itu.

Merasa penasaran Mahira mencoba membaca percakapan Panji dengan wanita yang diberi nama Miss Gulali itu.

["Mas aku merindukanmu, kapan kamu datang kerumah?"]

["Sebentar lagi sayang, aku akan segera sampai di rumah kok,"]

["Jangan lama-lama ya. Aku sudah pengen dipeluk,"]

["Iya nanti bakalan aku peluk sampai kamu merasa puas,"]

Membaca chat mesra antara Panji dengan wanita itu darah Mahira langsung mendidih. Kedua tangannya meremas celana yang saat ini dipakainya. Dan ingin rasanya Mahira mencakar wajah Panji saat ini juga.

["Mas, aku minta uang dong buat shoping. Aku ingin membeli tas baru. Tas lamaku sudah gak enak dilihat. Kemarin aku lihat ada tas model terbaru. Harganya nggak mahal kok Mas, cuma tiga puluh juta saja,"]

["Kalau tasnya masih bagus lebih baik dipakai saja. Jangan buang-buang uang sayang,"]

["Mas pelit sekali sih sama istri sendiri,"

"Yasudah, sebentar lagi aku akan transfer uangnya,"]

["Terima kasih sayang, muaach ... aku mencintaimu suamiku,"]

["Iya, aku juga mencintaimu," balas Panji.]

Deg!

Tubuh Mahira mulai sempoyongan setelah membaca chat mesra Panji dengan wanita itu. Dadanya terasa sesak seakan kesulitan bernafas. Air matanya tiba-tiba menetes begitu saja dengan bibir bergetar.

"Istriku? Kenapa mas Panji memanggilnya istriku? Bukankah istrinya aku, lalu siapa wanita itu? Atau jangan-jangan mas Panji mempunyai wanita lain dan diam-diam menikah lagi tanpa sepengetahuanku," hati Mahira mulai dongkol.

Mahira menggebrak meja penuh emosi. Salah satu tangannya meremas dada mencoba menahan rasa sakit yang luar biasa. Mahira hanya bisa menangis karena dikhianati oleh suami yang paling dicintainya. Akhirnya Mahira kembali membaca chat mesra itu dan tak lupa menscreenshootnya untuk dijadikan alat bukti.

"Mas Panji, berani-beraninya kamu mempermainkanku. Dengan mudahnya kau memberikan sejumlah uang kepada wanita lain tanpa seiizinku. Kamu pikir kamu siapa? Apa kamu lupa semua kekayaan yang kamu miliki saat ini adalah milikku dan aku dengan mudah bisa mengambilnya lagi," ucap Mahira sambil menyeka sisa air matanya.

"Aku harus mencari tahu terlebih dahulu siapa wanita bernama Miss Gulali itu. Jika semuanya sudah jelas dan ternyata mas Panji benar-benar mengkhianatiku maka aku akan membuat perhitungan dengannya," gumam Mahira.

Seakan mendapat ide baru Mahira mencoba bersandiwara dengan cara memanggil seseorang yang tak sengaja lewat di depan rumahnya. Lalu Mahira memintanya memegang ponsel milik Panji supaya ketika Panji kembali nanti dia melihat bahwa orang lain yang telah menemukan ponselnya. Agar Mahira bisa melancarkan aksinya tanpa tertuduh oleh Panji atau membuatnya merasa curiga.

Benar saja setengah jam kemudian terdengar suara deru mobil milik Panji. Mahira mengintip dari jendela dan melihat Panji sedang kebingungan mencari ponselnya. Panji merasa ragu jika ingin kembali masuk ke dalam rumahnya. Jadi dia memutuskan mencari ponselnya disekitar teras depan rumahnya. Panji merasa yakin jika ponselnya itu terjatuh sewaktu dia berangkat tadi.

Karena Panji seorang pelupa. Maka Mahira berani merencanakan hal ini. Ketika tengah fokus mencari ponselnya tiba-tiba Panji melihat seseorang sedang duduk di dekat pintu gerbang sambil memainkan ponselnya. Orang itu membolak-balikkan ponselnya membuat Panji merasa tertarik dan memberanikan diri untuk mendekatinya.

"Lho, ini kan ponsel saya. Dari mana kamu mendapatkannya?" sentak Panji dengan nada lantang.

"Maaf Pak. Tadi saya menemukannya didepan pintu gerbang. Tidak tahu jika ponsel ini milik Anda. Karena tidak ada yang mengambilnya maka saya yang memungutnya dan memilih duduk disini. Siapa tahu ada pemiliknya yang mencari," balas lelaki tua itu.

"Oh begitu. Iya, ini ponsel saya, terima kasih ya. Sejak tadi saya sudah panik karena tiba-tiba ponsel saya tidak ada dikantong celana. Ternyata terjatuh disini," ujar Panji.

Panji merebut ponsel itu begitu saja lalu kembali masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah Mahira. Tanpa memberikan sedikit imbalan kepada orang tersebut.

Melihat Panji sudah pergi Mahira pun keluar rumah untuk menemui lelaki yang disuruhnya tadi dan memberinya sejumlah uang.

"Terima kasih ya Pak,"

"Sama-sama Bu,"

"Itu tadi suaminya ya?"

"Iya, dia suami saya,"

"Tapi maaf. Kelihatan sekali dari wajahnya. Bapak itu bukan tipe lelaki setia," Mahira terkejut mendengarnya.

"Kenapa Bapak bisa bicara seperti itu?"

"Saya hanya membaca dari mimik wajahnya saja Bu. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum," serunya.

"Waalaikumsalam," balas Mahira.

Setelah kepergian lelaki tua itu, Mahira kembali masuk ke dalam rumah. Ucapan lelaki tua tadi masih terngiang-ngiang ditelinga membuat Mahira merasa tak tenang. Akhirnya Mahira memutuskan ingin menghampiri alamat wanita itu untuk mencari tahu apa benar dia itu istrinya Panji atau bukan.

Bergegas Mahira berganti pakaian dan juga mengambil tas. Mahira merasa tak sabar ingin tahu seperti apa wajah wanita itu? Secantik apa dia?

Sebelumnya Mahira sudah menulis alamat rumah wanita itu ketika membuka ponsel milik Panji dan membaca chat keduanya. Karena wanita itu sempat memberikan alamat rumahnya kepada Panji.

Mahira mengemudikan mobilnya menuju alamat yang tadi ditulisnya. Tak butuh waktu lama akhirnya mobil Mahira sampai juga di alamat yang dicarinya. Mahira sengaja menyembunyikan mobilnya dan memilih jalan kaki untuk bisa mencari tahu kebenarannya.

Alamat rumah yang sedang dituju Mahira ternyata sedang ada acara. Disana sangat ramai dan banyak tamu yang datang silih berganti. Mahira mencoba mendekat lalu bertanya kepada seseorang yang tak sengaja berpapasan dengannya.

"Maaf Bu. Apa saya boleh tanya sesuatu?"

"Mau tanya apa Mbak, silahkan," balasnya sopan.

"Dirumah itu kok ramai sekali ya. Memangnya ada acara apa?"

"Oh, dirumah itu sedang ada acara tujuh bulanan atas kehamilan mbak Santi. Kalau boleh tahu Mbak ini siapa?"

"Oh saya sekedar lewat saja. Kalau boleh tahu wanita bernama Santi itu yang mana? Lalu suaminya juga yang mana?" Mahira sedikit penasaran.

"Kenapa Mbak ingin sekali mengetahuinya?"

"Tidak apa-apa Bu. Siapa tahu saya mengenal mereka berdua. Kebetulan teman saya banyak di daerah sini," balas Mahira.

"Kalau Mbak ingin tahu seperti apa wajah mereka. Coba Mbak geser kesebelah kiri, supaya kelihatan jelas wajah mereka seperti apa. Kalau dari sini Mbak nggak akan bisa melihat wajah mereka secara jelas karena posisi mereka membelakangi kita," Mahira mengikuti instruksi ibu itu lalu bergeser ke sebelah kiri.

"Nah, wanita yang memakai baju berwarna merah itu namanya Santi dan lelaki disebelahnya itu suaminya namanya Fahri,"

"Terima kasih Bu atas informasinya,"

"Sama-sama Mbak,"

Ibu-ibu itu pun pergi meninggalkan Mahira.

"Sayang sekali aku tidak bisa melihat jelas wajah keduanya. Jadi percuma saja aku datang kesini," keluh Mahira.

Ketika Mahira hendak pergi tiba-tiba kedua pasangan suami istri itu menoleh menyambut kedatangan tamu yang lain yang kebetulan baru saja datang. Langkah Mahira pun tiba-tiba terhenti seakan ada yang melarangnya pergi. Mahira kembali menoleh ke arah dua pasangan suami istri tadi lalu memperhatikannya dengan jelas.

"Sebentar, sepertinya aku mengenal wajah mereka. Wajah itu sungguh tak asing untukku. Tapi siapa? Kenapa mereka tidak mau menoleh lagi ke sini," gumam Mahira merasa kesal.

Sejenak kemudian Mahira mencoba bersabar berharap keduanya kembali menatap ke arahnya.

Benar saja keduanya pun tiba-tiba menoleh ke arah Mahira. Namun posisi mereka berdua sedang ngobrol bersama tamu lain yang baru datang.

Mahira benar-benar merasa terkejut ketika melihat wajah pasangan suami istri itu. Wajah yang selama ini cukup familiar untuknya bahkan sangat dikenalinya cukup baik. Dan kini dia sedang bersama wanita lain yang Mahira sendiri juga mengenal siapa wanita itu.

"Jadi Fahri itu adalah mas Panji. Sedangkan Santi adalah Irma. Astaga, ternyata mereka berdua pasangan suami istri. Lalu aku ini istrinya yang keberapa? Berarti selama ini mereka berdua mencoba mempermainkanku demi kepentingan mereka sendiri. Mas Panji aku tidak menyangka kamu bisa sejahat ini kepadaku. Aku berjanji akan membalas semua ini dan mencari tahu lebih dalam siapa dirimu yang sesungguhnya. Aku akan membuat hidupmu hancur berantakan karena kamu sudah berani bermain api di belakangku," gumam Mahira sembari mengepalkan kedua tangan menahan rasa kesal didada.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status