Share

Part 14A

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2025-06-08 05:49:48

Bab 14

"Cahaya… Ini suamimu yang nyari kan? Kamu gak mau pulang? Atau biar kuhubungi dia agar menjemputmu di sini?" tanya Alam saat melihat wajah Cahaya terpampang jelas di sana, bersama tulisan yang meminta siapa pun yang melihatnya untuk segera menghubungi nomor tertera.

Cahaya menggeleng. Ia masih berdiri mematung.

"Aku nggak bisa balik ke sana, aku nggak mau," lirihnya bergetar.

Alam menghela napas panjang. "Kalau kamu nggak mau, aku nggak akan maksa. Tapi… kamu harus lebih hati-hati. Kalau selebaran ini sudah tersebar, pasti banyak orang yang tahu tentangmu."

Cahaya mengangguk lemah. Pikirannya masih kacau. Tubuhnya melemas. Haruskah ia kembali? Tidak, tidak mungkin. Ia sudah terlanjur pergi, dan jika ia kembali sekarang, apa yang akan berubah?

"Cahaya?" Suara Alam membuat Cahaya tersentak. "Kamu percaya sama aku, kan?"

Cahaya mengangkat wajah, menatap pria di depannya. Dalam waktu singkat, Alam sudah banyak membant
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TERPAKSA MENIKAHI CALON ADIK IPAR   Part 31A

    Bab 31"Apa maksudmu?" tanya Elena berusaha menyembunyikan kegelisahan di balik suara tenangnya.Pria itu melangkah mendekat, sudut bibirnya terangkat membentuk seringai penuh arti. Genta menunduk, membisikkan sesuatu tepat di telinga Elena, suaranya rendah dan berbahaya."Aku sudah bereskan urusanmu... Sekarang waktunya kamu bayar. Tapi bukan dengan uang."Desir halus menyusup di tengkuk Elena, membuatnya bergidik tanpa sadar. Nafas Genta begitu dekat, menimbulkan ketegangan yang nyata.Elena menelan ludah, mencoba tetap tenang. Mendadak Genta menyentil keningnya."Jangan tegang gitu, Cantik. Aku ga minta sekarang. Yuk, pulang!""Aku nggak suka utang budi, Mas Gen. Tapi aku juga nggak suka dimanfaatkan."Genta menyeringai lebih lebar, tatapannya semakin tajam seolah sedang menikmati permainan ini."Kita lihat nanti ..." seringainya seraya mengedipkan mata.Keesokan harinya, Elena menerima pesa

  • TERPAKSA MENIKAHI CALON ADIK IPAR   Part 30B

    Elena kembali duduk, menatap uang di tangannya dengan penuh kebencian. Matanya menyipit, terbayang wajah Angkasa yang dulu begitu lembut namun kini hanya berisi tatapan dingin. Tak akan ada yang merebut Angkasa darinya. Tidak Cahaya, tidak siapa pun. Ia meraih ponselnya, mengetik pesan singkat. [Uang akan aku kirim. Pastikan kalian pergi malam ini juga] Pesan terkirim. Namun, di sudut hatinya, ketakutan mulai merayap. Takut jika semuanya terbongkar? Elena menggeleng cepat. Ponselnya bergetar, menampilkan pesan dari nomor baru [Apa kabar, Cantik? Masih secantik dulu, kan?] Kening Elena mengernyit. 'Siapa pengirim pesan ini?' [Ini siapa?] [Apa kamu sudah melupakanku, Cantik? Aku Genta, orang yang gak pernah mau diajak putus olehmu] Elena menatap layar ponselnya sejenak, bibirnya perlahan melengkung membentuk senyuman tipi

  • TERPAKSA MENIKAHI CALON ADIK IPAR   Part 30A

    Part 30 "Halo, Cahaya ... Jaga baik-baik suamimu, ya ... Jangan sampai ada hal buruk yang terjadi." Klik. Telepon terputus. Cahaya tercekat, jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar saat meletakkan ponsel di meja. Siapa itu? Ia menoleh ke sisi tempat tidur, melihat Angkasa yang tertidur lelap dengan Altair di pelukannya. Cahaya menggigit bibir, menahan ketakutan yang berdesir di dadanya. Tak ingin membangunkan suaminya, Cahaya beringsut turun dari ranjang. Ia melangkah ke ruang tamu, memeriksa semua pintu dan jendela, memastikan semuanya terkunci rapat. Hatinya semakin gelisah. Cahaya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Namun, bayangan suara misterius di telepon tadi terus menghantui pikirannya. Esok paginya, Angkasa menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Cahaya. Wanita itu terlihat pucat dan gelisah, tapi memilih bungkam.

  • TERPAKSA MENIKAHI CALON ADIK IPAR   Part 29B

    Cahaya mengangguk pelan, meski hatinya masih berat melepas Bu Ratna pergi."Kalau ada apa-apa, Mama janji langsung kasih kabar, ya?" pintanya lirih."Tentu, Nak. Mama juga nggak akan jauh-jauh. Mama selalu ada buat kalian."Angkasa yang sedari tadi mendengar percakapan mereka, ikut angkat bicara meski suaranya masih lemah."Terima kasih, Ma... buat semuanya."Bu Ratna menoleh, matanya berkaca-kaca. Ia mendekat, mengecup kening putranya lembut."Kamu harus cepat sembuh, Nak... Jangan buat Cahaya sedih lagi."Angkasa hanya mengangguk pelan, hatinya kembali terenyuh oleh kasih sayang ibunya.Setelah berpamitan, Bu Ratna berangkat meninggalkan rumah dengan berat hati. Cahaya menatap punggung wanita itu hingga menghilang di balik gerbang.***Beberapa hari berlalu, luka-luka Angkasa mulai membaik. Wajahnya yang pucat kini kembali bersemu, meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Cahaya setia merawatny

  • TERPAKSA MENIKAHI CALON ADIK IPAR   Part 29A

    Part 29"Tante, saya benar-benar nggak tahu apa-apa."Cahaya mendengus pelan, melihat Elena yang berpura-pura polos."Mbak nggak tahu apa-apa?" Suara Cahaya bergetar lalu tersenyum masam.Elena mengedip pelan, wajahnya berusaha tampak tenang, tapi kilat gugup terlihat di matanya."Serius, Cahaya ... Aku cuma datang buat jenguk.""Pergi dari sini, Elena," ucap Angkasa tegas.Elena menoleh ke arah Angkasa yang masih terbaring lemah. Tatapan pria itu dingin, sama sekali tak ada keramahan seperti dulu."Aku cuma mau memastikan Mas Angkasa baik-baik saja.""Kamu nggak perlu repot-repot memastikan," sela Bu Ratna tajam. "Kami keluarga di sini, cukup buat menjaga Angkasa. Nggak perlu orang asing."Elena tersenyum getir, berusaha menahan rasa malu yang menjalar di wajahnya. Namun, ia tetap bersikap manis."Baiklah, kalau memang kehadiran aku nggak diterima..." Ia melangkah mundur, tapi sebelum

  • TERPAKSA MENIKAHI CALON ADIK IPAR   Part 28B

    Kedua preman itu melesat pergi dengan mobilnya meninggalkan Angkasa yang tergeletak di pinggir jalan. Salah seorang pria menelepon."Halo, Kak Elena... udah beres. Orangnya babak belur.""Dia tidak mati bukan?""Tenang saja, dia masih hidup. Paling masuk rumah sakit."Elena tersenyum puas mendengar laporan itu."Bagus. Biar dia tahu rasa."Ia menutup telepon, menyesap minuman di gelas kristal sambil memandangi hujan di luar jendela.***Cahaya mondar-mandir di ruang tamu, sesekali melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Hatinya semakin gelisah. Angkasa belum juga pulang, padahal tadi sore ia bilang hanya akan keluar sebentar.Ponselnya berkali-kali ia cek, tapi tak ada panggilan ataupun pesan masuk. Ia bahkan menghubunginya tapi nomornya tidak aktif.Bu Ratna yang duduk di sofa menatap menantunya dengan cemas."Cahaya... duduk dulu, Nak. Mungkin Angka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status