Home / Romansa / TERPERANGKAP OLEHMU / 4. Istri yang Nakal

Share

4. Istri yang Nakal

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2025-08-29 15:58:44

"Apa yang terjadi padamu?!"

Alea membuang muka begitu pertanyaan super terkejut sang kekasih terlontar setelah melihatnya. Perempuan itu bahkan bersedekap dada guna melindungi tubuhnya yang hanya berbalut kemeja putih kebesaran.

Tidak ada pelindung lain di dalam sana. Entah celana dalam ataupun b*ra. Selepas menggempurnya berjam-jam di kamar mandi, Ares sepertinya menutupi tubuh sang istri dengan kemejanya sendiri. Terbukti dari pakaian ini yang terasa cukup besar hingga syukurnya bisa menutupi setengah paha Alea.

"B*jing*n itu memukulimu, Lea?!" tanya Matheo semakin marah begitu melihat wajah kekasihnya yang penuh lebam.

Tanpa menjalankan mobilnya yang masih terparkir di samping rumah besar Ares, kekasih dari Alea itu kini sibuk meraba wajah dan lengan kekasihnya yang penuh lebam. Begitu melihat banyak bekas kissmark di sekitar leher perempuan itu yang terbuka, Matheo bahkan menggemelatukkan gigi murka.

"Aku akan membunuhnya. Demi Tuhan, Lea ... aku tidak akan mengampuninya!" Mendengar ucapan penuh emosi sang kekasih, Alea merasakan netranya memanas.

Tangis perempuan itu bahkan pecah begitu Alea akhirnya memberanikan diri menatap Matheo. Dilihat dalam kondisi begini membuat Alea merasa begitu malu dan rendah. Apalagi begitu menyadari sang kekasih sama sekali tidak marah padanya.

Alea merasa sangat bersalah.

"Theo ... maaf ... aku kotor. Aku sudah kotor, aku sudah tidak pantas untukmu ...." Alea menangis sesenggukan yang kontan membuat Matheo menariknya dalam dekapan.

"Alea ... Sayang ... tidak, jangan bilang begitu ...," tegur pria sipit itu sambil mengelus punggung sempit kekasihnya guna menenangkan. "Di mataku, kamu selalu bersih dan suci. Semua yang ada pada dirimu selalu indah, dan itu tidak akan pernah berubah," sambung Matheo lembut.

Namun, sekeras apa pun sang kekasih berusaha menenangkan carut marut dalam kepalanya, Alea justru menangis kian pilu. Menumpahkan seluruh takut dan sakit yang menumpuk di dasar hatinya sejak lama dalam rengkuh hangat sang kekasih.

"Sekarang, ayo kita pergi! Aku tidak akan membiarkan pria itu berani menemuimu lagi!" tegas Matheo setelah Alea akhirnya sedikit tenang.

Berikutnya, mobil Maserati berwarna biru itu melaju meninggalkan kediaman Antares Zelardo. Pria bejat yang Alea harap tidak akan pernah ditemuinya lagi.

*****

"Kalian bekerja atau tidak?!"

Beberapa pelayan dan dua orang penjaga yang tengah dikumpulkan itu menunduk takut. Apalagi begitu mendengar bentakan murka majikan mereka. Pria itu bahkan sudah membanting beberapa barang di ruang tengah guna melampiaskan amarah.

"Di mana otak kalian sehingga membiarkan perempuan itu keluar dengan mudah?! Kalian pikir untuk apa aku menggaji dan mempekerjakan kalian di sini? Hah?!"

Lily---salah satu pelayan yang terakhir berbicara dengan Alea akhirnya berucap penuh takut. "Tadi Nyonya Alea ditelepon oleh seseorang, Tuan. Kalau tidak salah lihat, nama kontaknya Matheo."

Mendengar informasi dari salah satu pelayannya, Ares sontak tersenyum. Matheo, ya? Akhirnya pria itu sadar juga bahwa Ares telah merebut kekasihnya.

"Baiklah, silakan kembali bekerja. Aku akan keluar," sahut Ares sambil mengeluarkan kunci mobil dari saku celana.

"Segera kabari aku jika ada yang datang ke sini!" titah pria berwajah tegas itu sambil berlalu keluar rumah.

Saatnya menjemput sang istri dan merebutnya lagi. Matheo jelas tidak boleh mencuri sesuatu yang sudah resmi menjadi miliknya.

Ares harus menunjukkan pada pria itu bahwa ia sudah memiliki Alea sepenuhnya.

*****

"Makanlah dulu lalu istirahat."

Alea duduk di samping Matheo yang rupanya sudah menunggunya keluar dari kamar mandi. Lengkap beserta sepiring makanan yang sepertinya sengaja pria berdarah Kanada itu pesan untuk Alea.

"Aku tidak lapar," tolak Alea halus sambil menyandarkan kepala di  bahu sang kekasih.

"Memangnya kau sudah makan?" tanya Matheo sambil mengusap-usap rambut panjang meski sedikit kusut itu lembut.

Alea mengangguk sambil memainkan jemari Matheo yang lain, yang kini tengah bertengger di pahanya. Selama beberapa menit, mereka hanya diam dalam posisi itu tanpa bicara. Sampai akhirnya suara lirih Alea memecah hening dalam unit apartement yang tidak terlalu luas itu.

"Terima kasih karena masih mau menjemputku," ucap Alea sambil mendusal nyaman pada lengan kekar sang kekasih.

"Kenapa berterima kasih? Justru aku yang harus minta maaf karena terlambat mencarimu," sanggah Matheo sambil mengecupi puncak kepala kekasihnya.

"Kau harum sekali. Seperti wangi mawar dan peach yang segar," komentar pria sipit itu begitu menghidu wangi yang melekat pada tubuh dan rambut hitam legam Alea.

Mendengar itu, tubuh Alea seketika menegang kaku. Mendadak, ingatannya terlempar pada kejadian di kamar mandi tadi pagi. Bagaimana Ares memaksanya untuk terus membuka kaki demi memuaskan hasr*t sang suami.

Saat itu juga, Alea merasa tidak pantas berada sedekat ini dengan Matheo. Alea sudah dinodai. Kehormatannya telah hilang dan tidak akan kembali lagi.

"Kenapa?"

Matheo bertanya begitu Alea tiba-tiba menjauhkan tubuh darinya. Pria berdarah Kanada itu kontan kembali merapatkan diri pada sang kekasih yang kini duduk di ujung sofa, mencoba membangun jarak selebar mungkin dengannya.

"Jangan menyentuhku lagi," tolak Alea begitu Matheo berusaha memeluknya lagi.

Menyadari alasan perempuan itu menjauh, Matheo pun semakin merangsek maju dan memeluk Alea yang kini menggeliat minta dilepaskan dengan paksa.

"Kenapa aku tidak boleh memelukmu? Kau kekasihku, Lea. Kalau bisa, aku ingin berada di dekatmu setiap hari, bahkan setiap saat." Ucapan Matheo, lagi-lagi membuat Alea ingin menangis.

"Tapi aku sudah menjadi istri orang," sanggah Alea lirih.

"Siapa peduli? Kau kekasihku ... dan akan selamanya begitu." Ucapan tulus itu, dibarengi dengan kecupan lembut di kening.

Kecupan yang kemudian merambat menuju kelopak mata terpejam Alea, pipi, ujung hidung, dan berdiam lama di bibir. Begitu menyadari respon pasrah kekasihnya, Matheo bahkan dengan berani memberikan lumatan di sana.

Begitu larut dalam cumbuan lembut yang kini berubah menjadi panas, Alea tanpa sadar mencengkeram lengan kekar Matheo yang berlapis kemeja biru gelap. Kegiatan itu terus berlanjut sampai keduanya tidak menyadari beberapa orang tengah berdiri di depan pintu apartemen mereka.

Di sana, ada Ares dengan beberapa orang yang tengah  berusaha membajak pin apartemen Matheo. Begitu pintu tersebut akhirnya terbuka otomatis, pemandangan pertama yang ditangkap Ares adalah istrinya yang tengah berbaring dengan Matheo di atas tubuhnya.

Mereka tengah saling melahap bibir dengan penuh semangat.

"Wah ... istriku nakal juga, ya?" ucap Ares yang kontan membuat sepasang kekasih itu sadar dan menoleh terkejut.

Melihat kehadiran pria itu, Matheo dan Alea pun bangkit duduk dengan panik. Keduanya terlihat sama terengah karena kehabisan napas sehabis saling mencumbu begitu ganas. Jangan lupakan kemeja Alea yang tampak berantakan dan membuat sebagian bahu mulusnya terekspos.

"Kalian tunggu di luar!" titah Ares pada beberapa pria berseragam hitam yang tadi bersamanya.

Begitu beberapa orang itu keluar, Ares bertepuk tangan sambil berjalan mendekat ke arah sepasang kekasih yang tampak seperti ketahuan berselingkuh itu.

"Hebat sekali! Istriku sudah kukangkangi semalaman, tapi dia masih ingin mengangkang untuk pria lain?" ucap pria itu lagi sambil terkekeh mengejek.

"Aku tidak tahu bahwa kau sebin*l ini, Lea."

BUGH!

"BERANINYA KAU MERENDAHKAN KEKASIHKU!" Mendengar ucapan bernada merendahkan itu, Matheo langsung menerjang Ares dengan tinjuan keras.

Beberapa pria yang sudah siaga di luar, sontak masuk dan langsung memegangi pria itu. Alea pun menjerit histeris melihat kekasihnya yang bahkan dipukuli dua orang pria, sedangkan yang lainnya memegangi.

"Lepaskan dia! KAU GILA?!" teriak Alea panik sambil mendekati Ares.

"Dia memukul suamimu, bukankah seharusnya kau marah?" tanya Ares santai.

Melihat Matheo yang terus dipukuli, Alea yang panik pun segera berlutut di kaki suaminya. "Tolong lepaskan dia! Dia berdarah, dia bisa mati!" pinta perempuan itu kini memegangi kaki Ares sambil menangis.

"Harus kah aku melakukannya? Apa untungnya bagiku? Dia bahkan membawa kabur dan menikmati istriku," tanya Ares sambil mengusap-usap dagu seolah tengah berpikir.

"Tolong lepaskan dia! Maafkan aku! Ampuni aku ... a-aku tidak akan kabur lagi ...," sahut Alea panik begitu melihat kekasihnya yang bahkan sudah tidak sadarkan diri karena terus dipukuli.

"Baiklah." Ares mengangguk-angguk sambil menepuk puncak kepala perempuan itu.

"Urus dia, jangan sampai mati dulu!" titah Ares yang dalam sekejap membuat orang-orang itu menghentikan pukulan mereka.

"Aku mau menjinakkan kucing nakal ini dulu," sambung Ares sambil mengangkat tubuh Alea kemudian membopongnya di bahu.

"Kita lihat, hukuman apa yang cocok untuk kucing nakal sepertimu ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPERANGKAP OLEHMU   7. Ego yang Terluka

    "Dia benar-benar tidak pulang ...." Alea menggumam pelan sambil memandangi halaman kediaman Ares yang luas.Lily yang melihat majikannya tengah berdiri di ambang pintu utama dengan baju tidur berbahan satin berwarna soft pink, sontak berlari menghampiri dengan panik."Nyonya Alea kenapa berdiri di sana? Nanti masuk angin ...," ucap pelayan cantik itu membuat Alea menoleh gelagapan."Hah? Tidak apa-apa ... aku hanya bosan di dalam," jawab Alea kikuk."Tunggu sebentar, Nyonya!" pinta perempuan berseragam hitam putih itu sebelum kemudian berlari memasuki kamar Alea.Beberapa saat kemudian, Lily kembali dengan luaran pakaian yang tengah Alea kenakan. Saat ini, perempuan itu memang mengenakan baju tidur bahan satin bermodel terusan sebawah lutut. Sedangkan yang Lily bawa adalah jubahnya yang memiliki lengan panjang dan lebar serta bagian bawah yang longgar juga menjuntai sampai kaki."Tolong pakai ini, Nyonya ...," pinta si pelayan berambut sebahu yang diiyakan saja oleh Alea.Setelah meng

  • TERPERANGKAP OLEHMU   6. Sekarang Giliranku

    "Pilihlah!"Alea mendongak bingung menatap suaminya yang pagi ini melempar beberapa map di atas ranjang. Pria yang masih sibuk memasang dasi sambil berdiri itu tidak memberikan penjelasan lagi meski Alea menunggunya bersuara lagi."Baca itu, bodoh!" maki Ares gemas sambil menunjuk map yang berserakan di hadapan istrinya.Alea pun membuka tanpa bertanya lagi. Begitu melihat isi berkas tersebut, perempuan itu semakin mengernyit bingung."Untuk apa data jabatan dan jobdesk ini?" tanya Alea heran."Aku memberimu pekerjaan. Daripada kau bosan dan memilih mencoba hal baru seperti bunvh diri. Lebih baik kau menghasilkan uang," jawab Ares sambil berkacak pinggang.Alea yang tidak percaya dengan tawaran itu, sontak mengerjap terkejut. "Benarkah?! Aku boleh bekerja?!" tanya perempuan itu heboh.Sejenak, Ares ikut terkejut begitu menyadari istrinya bisa heboh juga. Biasanya, sejak kali pertama melihatnya, perempuan itu begitu pasif dan kalem. Bahkan saat Ares mengangkanginya semalaman, Alea tida

  • TERPERANGKAP OLEHMU   5. Lebih Baik Mati

    "Perintahkan seluruh pelayan untuk mengosongkan rumah malam ini! Mereka tidak boleh masuk ke sana sampai aku meminta."Mendengar ucapan suaminya yang entah menelepon dengan siapa, tubuh Alea seketika menegang kaku. Berarti, tidak ada siapa pun di rumah besar itu saat mereka kembali ke sana nanti.Hanya ada mereka berdua.Hanya ada Ares dan Alea."Iya, rumah pegawai yang ada di belakang. Sampai aku tahu ada yang menyelinap masuk, awas saja!" Peringatan tegas itu entah ditujukan kepada siapa. Tapi malah Alea yang kini merinding di sampingnya.Begitu Ares selesai berbicara lewat handphone, hening merajai dalam mobil Rolls-Royce hitam metalic yang dihuni sepasang suami istri tersebut. Hening yang entah kenapa membuat Alea merasa tercekik. Berada sedekat ini dengan Ares selalu saja berhasil menyita pasokan oksigennya dengan cara yang aneh."Kau begitu pendiam saat tidak bersama kekasihmu, ya?" Komentar mengejek Ares, lagi-lagi hanya ditanggapi Alea dengan membuang muka.Hal yang tentu saja

  • TERPERANGKAP OLEHMU   4. Istri yang Nakal

    "Apa yang terjadi padamu?!"Alea membuang muka begitu pertanyaan super terkejut sang kekasih terlontar setelah melihatnya. Perempuan itu bahkan bersedekap dada guna melindungi tubuhnya yang hanya berbalut kemeja putih kebesaran.Tidak ada pelindung lain di dalam sana. Entah celana dalam ataupun b*ra. Selepas menggempurnya berjam-jam di kamar mandi, Ares sepertinya menutupi tubuh sang istri dengan kemejanya sendiri. Terbukti dari pakaian ini yang terasa cukup besar hingga syukurnya bisa menutupi setengah paha Alea."B*jing*n itu memukulimu, Lea?!" tanya Matheo semakin marah begitu melihat wajah kekasihnya yang penuh lebam.Tanpa menjalankan mobilnya yang masih terparkir di samping rumah besar Ares, kekasih dari Alea itu kini sibuk meraba wajah dan lengan kekasihnya yang penuh lebam. Begitu melihat banyak bekas kissmark di sekitar leher perempuan itu yang terbuka, Matheo bahkan menggemelatukkan gigi murka."Aku akan membunuhnya. Demi Tuhan, Lea ... aku tidak akan mengampuninya!" Mendeng

  • TERPERANGKAP OLEHMU   3. Tawanan

    "Bawakan makan siang untuknya ke kamar. Aku akan kembali malam nanti."Samar-samar, Alea dapat mendengar suara sang suami yang tengah mengobrol dari luar kamar. Perempuan itu tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di ranjang. Namun, begitu merasakan pening yang menghinggapi kepala, perempuan itu memilih menyerahkan diri pada buaian bantal yang empuk.Seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Lebih sakit daripada saat ia terbangun tadi pagi. Alea bahkan tidak tahu ini sudah jam berapa. Tapi tidak ada satu pun hal yang terlintas di pikirannya selain tidur dengan nyaman.Demi apapun, Alea benar-benar kelelahan."Nyonya Alea, apa Anda sudah ingin makan?" Seorang perempuan masuk ke kamarnya sambil membawa senampan makanan.Begitu aroma rempah masakan tak sengaja terhidu indera penciumannya, kantuk Alea seketika sirna. Berganti rasa lapar yang perlahan ia sadari sudah dirasakannya sejak kemarin.Maka, perempuan itu pun mengangguk sambil bangkit duduk. Membuat pelayan yang juga masuk ke kamarny

  • TERPERANGKAP OLEHMU   2. Sudah Tidak Suci Lagi

    "J-jangan ... tolong jangan ...."Alea mencengkeram tangan Ares yang bertengger di paha dalamnya. Bukannya berhenti, elusan sensual itu malah bergerak hingga pangkal paha. Tubuh Alea kontan meremang geli oleh sentuhan tersebut."Aku tidak menerima penolakan, Alea." Di ruangan temaram itu, Alea merasakan tubuhnya diseret menuju ranjang.Tubuhnya bahkan terdorong hingga jatuh terlentang. Baru saja hendak bangkit, sebuah cengkeraman di dagu membuat napas perempuan itu tercekat. Setelah netranya beradaptasi pada gelap, Alea bahkan mampu menangkap siluet wajah Ares yang tengah membungkuk di atas tubuhnya."Shhh ... sakitt ...." Alea meringis begitu cengkeraman di dagunya kian menguat."Bagus, aku suka melihatmu kesakitan," sahut pria di atasnya yang kini beralih menangkup pipi tirus Alea.Tangan besar Ares membuat sebagian wajah mungil sang istri nyaris tertutup. Sedangkan Alea terpejam begitu elusan lembut itu lagi-lagi berubah menjadi cengkeraman. Satu kecupan kasar bahkan mendarat di bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status