Share

3. Tawanan

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2025-08-29 15:58:23

"Bawakan makan siang untuknya ke kamar. Aku akan kembali malam nanti."

Samar-samar, Alea dapat mendengar suara sang suami yang tengah mengobrol dari luar kamar. Perempuan itu tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di ranjang. Namun, begitu merasakan pening yang menghinggapi kepala, perempuan itu memilih menyerahkan diri pada buaian bantal yang empuk.

Seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Lebih sakit daripada saat ia terbangun tadi pagi. Alea bahkan tidak tahu ini sudah jam berapa. Tapi tidak ada satu pun hal yang terlintas di pikirannya selain tidur dengan nyaman.

Demi apapun, Alea benar-benar kelelahan.

"Nyonya Alea, apa Anda sudah ingin makan?" Seorang perempuan masuk ke kamarnya sambil membawa senampan makanan.

Begitu aroma rempah masakan tak sengaja terhidu indera penciumannya, kantuk Alea seketika sirna. Berganti rasa lapar yang perlahan ia sadari sudah dirasakannya sejak kemarin.

Maka, perempuan itu pun mengangguk sambil bangkit duduk. Membuat pelayan yang juga masuk ke kamarnya tadi pagi segera berlari membantu setelah meletakkan nampan di atas nakas. Alea meringis sakit saat tubuhnya bergerak kemudian memilih bersandar di kepala ranjang.

"Siapa yang memakaikan aku baju?!" Seketika, Alea mengerjap terkejut begitu menyadari tubuhnya yang baru ia sadari terbalut kemeja putih kebesaran.

"Sepertinya Tuan Ares, Nyonya. Karena tidak ada pelayan yang diizinkan masuk selain saya sejak tadi pagi ke sini," jelas perempuan cantik itu sopan.

Alea menghela berat. Bingung harus berterima kasih atau memaki. Karena yang menyebabkan Alea tidak bisa mengenakan pakaiannya sendiri juga jelas pria itu. Jika tidak menggempurnya di kamar mandi hingga  Alea kehilangan kesadaran, mungkin Ares tidak perlu repot-repot mengurusnya.

"Silakan dimakan, Nyonya. Apa perlu saya temani?" tanya pelayan berambut sebahu itu lagi lembut.

Sikap tenang dan suara sopannya tanpa sadar membuat Alea merasa aman. Hal yang kontan membuat istri sah putra tunggal keluarga Zelardo itu mengangguk pelan.

"Tolong temani aku," jawab Alea lirih sambil mulai memakan hidangan yang disajikan si pelayan.

Melihat wajah pucat dan rambut berantakan istri majikannya, diam-diam pelayan yang tampak seumuran Alea itu meringis kasihan. Dia tahu Ares adalah sosok yang kasar saat bermain dengan perempuan. Beberapa kali, pria itu bahkan membawa berbagai macam jenis perempuan hanya untuk menghabiskan malam di rumah besar ini.

Tapi, pelayan itu sama sekali tidak tahu bahwa sang majikan akan memperlakukan istrinya sama seperti perempuan-perempuan yang dikencani sebelumnya hanya atas dasar memuaskan naf*su. Jika memang menjadikan istrinya sebagai mainan yang bisa dipakai saat Ares ingin saja, kenapa tidak menyewa perempuan lain seperti malam-malam sebelumnya?

"Namamu siapa?" tanya Alea tiba-tiba sambil menatap penasaran pelayan yang berdiri di sisi ranjangnya.

"Lily, Nyonya." Pelayan cantik itu menyahut cepat.

"Perkenalkan, aku Alea. Alea Anderson." Alea menyodorkan tangan yang langsung dijabat Lily dengan senang hati.

"Semoga Nyonya betah di sini, yaa? Saya senang karena Tuan Ares akhirnya punya pasangan, rumah ini jadi tidak sepi lagi." Lily mengungkapkan isi hati sambil tersenyum ramah.

Sedangkan Alea membalas dengan senyum getir. "Duduk lah!" titah perempuan itu sambil menepuk spasial kosong di sisi ranjang.

Membuat Lily dengan canggung duduk di hadapan majikan barunya yang kini melanjutkan makan dengan lahap.

"Apa Tuan Ares memukuli Nyonya?" tanya Lily hati-hati begitu merasa Alea sepertinya bisa diajak bicara.

Alea mengangguk sambil terkekeh hambar. "Bisa kau lihat sendiri. Dia menghabisiku sejak semalam, bahkan tadi pagi."

Sahutan santai Alea justru membuat pelayan cantik itu cemberut. "Maaf tidak bisa membantu Nyonya. Saya juga bekerja di sini untuk melunasi hutang orangtua saya, jadi saya tidak berani membuat Tuan Ares marah." Penjelasan penuh rasa bersalah Lily dibalas Alea dengan gelengan ribut.

"Tidak perlu minta maaf. Berarti posisi kita sama. Jadi kita bisa berteman, kan?" sanggah Alea yang diangguki Lily antusias.

"Berarti orangtua Nyonya juga punya hutang pada Tuan Ares?" tanya Lily penasaran.

Alea mengangguk lesu. "Lebih tepatnya hutang budi. Dia menjadi investor utama dan terbesar di perusahaan Mamaku yang hampir bangkrut, sebagai gantinya dia memintaku pada Mama untuk dinikahi."

Penjelasan Alea membuat Lily sontak mengernyit heran. "Sebenarnya ... menurut saya, Nyonya Alea yang paling beruntung," sahut pelayan itu ragu.

"Kenapa bilang begitu?" sahut Alea skeptis.

"Tuan Ares punya banyak perempuan, Nyonya. Hampir setiap malam dia menghabiskan waktu dengan perempuan yang berbeda-beda. Namun, tidak ada yang pernah serius dikencani apalagi dibawanya kembali ke sini, setidaknya dua kali,

"Tapi Nyonya Alea punya status yang jelas. Nyonya Alea bahkan menjadi istri sah Tuan Ares, bukan kekasih apalagi tunangan." Penjelasan panjang lebar Lily hanya dibalas Alea dengan kekehan hambar.

"Tapi aku juga sudah punya kekasih, Lily. Kami sudah berencana menikah tahun depan. Tapi sekarang ... lihatlah aku sekarang! Aku sudah menjadi istri orang, aku sudah dinodai ...,

"Kekasihku tidak mungkin mau padaku lagi."

Mengingat kekasihnya, seketika naf*su makan Alea yang tadi tinggi, lenyap seketika. Berganti rasa hambar juga matanya yang memanas.

Apa reaksi pria itu setelah mengetahui kabar tentang pernikahan Alea?

Drrrt ....

Tenggelam dalam lamunan membuat Alea terlonjak begitu mendengar handphone-nya yang bergentar, tanda ada seseorang yang menelepon. Lalu, begitu meraih benda pipih itu dan menemukan sebuah nama tertera di pop up notifikasi, tubuh Alea seketika menegang.

Matheo.

Kekasihnya menelepon Alea.

Apa pria itu sudah mendengar tentang berita pernikahannya? Alea yakin sudah. Karena pria itu memang sering berkunjung ke rumah dan menemui Alexa. Apalagi jika Alea hilang kabar berhari-hari seperti sekarang, kekasihnya pasti langsung panik dan mencari Alea ke mana saja.

"Saya keluar dulu, Nyonya." Lily yang menyadari majikannya butuh privasi, segera pamit dan meninggalkan kamar Alea.

Sedangkan Alea, sibuk memandangi layar handphone-nya yang masih menunjukkan panggilan masuk. Sambil terpejam dengan tangan bergetar, Alea akhirnya menekan icon hijau guna mengangkat panggilan.

"Halo ... ALEA! Kau di mana?!"

Tangis Alea seketika pecah begitu mendengar nada panik dalam vokal kekasihnya dari seberang sana. Jadi, demi menyamarkan isakan, perempuan itu meringkuk sambil menutup mulut.

"Alea! Kau tidak apa-apa, kan?!" Menyadari tidak ada sahutan, kekasihnya pun bertanya kian panik.

"Theo ...." Alea memanggil dengan suara serak dan lirih.

"Theo, tolong aku .... Maafkan aku---aku ... a-aku menikah dengan orang lain. Aku---"

"Ssttt! Jangan menangis ... tolong jangan menangis, Alea." Ucapan terbata Alea dipotong oleh pria itu dengan rengekan sedih.

"Apa kau sudah tahu?" tanya Alea memastikan.

"Sudah. Tante Alexa memberitahuku. Maaf karena aku jadi kekasih yang tidak berguna, maaf karena tidak bisa menyelamatkanmu dari pernikahan itu ...," ucap sang kekasih penuh sesal.

Alea kian terisak nyaring begitu menyadari kekasihnya yang tidak marah sama sekali. Justru, pria itu malah menyalahkan diri. Alea jadi semakin menyesal karena sudah pasrah sejak sebelum pernikahannya terjadi.

Seharusnya Alea berjuang untuk kabur. Supaya Matheo tidak menyalahkan dirinya sendiri seperti saat ini.

"Matheo ... tolong bantu aku. Aku mau pulang, aku tidak mau di sini ...." Alea memohon cepat begitu menyadari sekarang adalah kesempatan terbaik untuknya melarikan diri.

Ares tidak ada di rumah. Pria itu juga tadi bilang akan pulang malam. Alea pasti punya cukup waktu untuk kabur sejauh-jauhnya.

"Tentu saja aku akan membantumu, Sayang. Sekarang cepat bagikan lokasimu lewat Wh*tsApp, aku akan segera ke sana dan menjemputmu." Perintah Matheo dengan cepat diiyakan oleh Alea.

Berikutnya, perempuan itu melakukan apa yang diminta sang kekasih kemudian bangkit berdiri dengan susah payah. Tidak dipedulikannya bagian bawah tubuh yang tidak terlindung apa-apa kecuali kemeja putih kebesaran yang hanya mampu menutupi hingga setengah paha.

Hal terpenting saat ini adalah keluar sebelum Ares menyadarinya. Atau Alea hanya akan menjadi tawanan  pria bejat itu selamanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPERANGKAP OLEHMU   7. Ego yang Terluka

    "Dia benar-benar tidak pulang ...." Alea menggumam pelan sambil memandangi halaman kediaman Ares yang luas.Lily yang melihat majikannya tengah berdiri di ambang pintu utama dengan baju tidur berbahan satin berwarna soft pink, sontak berlari menghampiri dengan panik."Nyonya Alea kenapa berdiri di sana? Nanti masuk angin ...," ucap pelayan cantik itu membuat Alea menoleh gelagapan."Hah? Tidak apa-apa ... aku hanya bosan di dalam," jawab Alea kikuk."Tunggu sebentar, Nyonya!" pinta perempuan berseragam hitam putih itu sebelum kemudian berlari memasuki kamar Alea.Beberapa saat kemudian, Lily kembali dengan luaran pakaian yang tengah Alea kenakan. Saat ini, perempuan itu memang mengenakan baju tidur bahan satin bermodel terusan sebawah lutut. Sedangkan yang Lily bawa adalah jubahnya yang memiliki lengan panjang dan lebar serta bagian bawah yang longgar juga menjuntai sampai kaki."Tolong pakai ini, Nyonya ...," pinta si pelayan berambut sebahu yang diiyakan saja oleh Alea.Setelah meng

  • TERPERANGKAP OLEHMU   6. Sekarang Giliranku

    "Pilihlah!"Alea mendongak bingung menatap suaminya yang pagi ini melempar beberapa map di atas ranjang. Pria yang masih sibuk memasang dasi sambil berdiri itu tidak memberikan penjelasan lagi meski Alea menunggunya bersuara lagi."Baca itu, bodoh!" maki Ares gemas sambil menunjuk map yang berserakan di hadapan istrinya.Alea pun membuka tanpa bertanya lagi. Begitu melihat isi berkas tersebut, perempuan itu semakin mengernyit bingung."Untuk apa data jabatan dan jobdesk ini?" tanya Alea heran."Aku memberimu pekerjaan. Daripada kau bosan dan memilih mencoba hal baru seperti bunvh diri. Lebih baik kau menghasilkan uang," jawab Ares sambil berkacak pinggang.Alea yang tidak percaya dengan tawaran itu, sontak mengerjap terkejut. "Benarkah?! Aku boleh bekerja?!" tanya perempuan itu heboh.Sejenak, Ares ikut terkejut begitu menyadari istrinya bisa heboh juga. Biasanya, sejak kali pertama melihatnya, perempuan itu begitu pasif dan kalem. Bahkan saat Ares mengangkanginya semalaman, Alea tida

  • TERPERANGKAP OLEHMU   5. Lebih Baik Mati

    "Perintahkan seluruh pelayan untuk mengosongkan rumah malam ini! Mereka tidak boleh masuk ke sana sampai aku meminta."Mendengar ucapan suaminya yang entah menelepon dengan siapa, tubuh Alea seketika menegang kaku. Berarti, tidak ada siapa pun di rumah besar itu saat mereka kembali ke sana nanti.Hanya ada mereka berdua.Hanya ada Ares dan Alea."Iya, rumah pegawai yang ada di belakang. Sampai aku tahu ada yang menyelinap masuk, awas saja!" Peringatan tegas itu entah ditujukan kepada siapa. Tapi malah Alea yang kini merinding di sampingnya.Begitu Ares selesai berbicara lewat handphone, hening merajai dalam mobil Rolls-Royce hitam metalic yang dihuni sepasang suami istri tersebut. Hening yang entah kenapa membuat Alea merasa tercekik. Berada sedekat ini dengan Ares selalu saja berhasil menyita pasokan oksigennya dengan cara yang aneh."Kau begitu pendiam saat tidak bersama kekasihmu, ya?" Komentar mengejek Ares, lagi-lagi hanya ditanggapi Alea dengan membuang muka.Hal yang tentu saja

  • TERPERANGKAP OLEHMU   4. Istri yang Nakal

    "Apa yang terjadi padamu?!"Alea membuang muka begitu pertanyaan super terkejut sang kekasih terlontar setelah melihatnya. Perempuan itu bahkan bersedekap dada guna melindungi tubuhnya yang hanya berbalut kemeja putih kebesaran.Tidak ada pelindung lain di dalam sana. Entah celana dalam ataupun b*ra. Selepas menggempurnya berjam-jam di kamar mandi, Ares sepertinya menutupi tubuh sang istri dengan kemejanya sendiri. Terbukti dari pakaian ini yang terasa cukup besar hingga syukurnya bisa menutupi setengah paha Alea."B*jing*n itu memukulimu, Lea?!" tanya Matheo semakin marah begitu melihat wajah kekasihnya yang penuh lebam.Tanpa menjalankan mobilnya yang masih terparkir di samping rumah besar Ares, kekasih dari Alea itu kini sibuk meraba wajah dan lengan kekasihnya yang penuh lebam. Begitu melihat banyak bekas kissmark di sekitar leher perempuan itu yang terbuka, Matheo bahkan menggemelatukkan gigi murka."Aku akan membunuhnya. Demi Tuhan, Lea ... aku tidak akan mengampuninya!" Mendeng

  • TERPERANGKAP OLEHMU   3. Tawanan

    "Bawakan makan siang untuknya ke kamar. Aku akan kembali malam nanti."Samar-samar, Alea dapat mendengar suara sang suami yang tengah mengobrol dari luar kamar. Perempuan itu tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di ranjang. Namun, begitu merasakan pening yang menghinggapi kepala, perempuan itu memilih menyerahkan diri pada buaian bantal yang empuk.Seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Lebih sakit daripada saat ia terbangun tadi pagi. Alea bahkan tidak tahu ini sudah jam berapa. Tapi tidak ada satu pun hal yang terlintas di pikirannya selain tidur dengan nyaman.Demi apapun, Alea benar-benar kelelahan."Nyonya Alea, apa Anda sudah ingin makan?" Seorang perempuan masuk ke kamarnya sambil membawa senampan makanan.Begitu aroma rempah masakan tak sengaja terhidu indera penciumannya, kantuk Alea seketika sirna. Berganti rasa lapar yang perlahan ia sadari sudah dirasakannya sejak kemarin.Maka, perempuan itu pun mengangguk sambil bangkit duduk. Membuat pelayan yang juga masuk ke kamarny

  • TERPERANGKAP OLEHMU   2. Sudah Tidak Suci Lagi

    "J-jangan ... tolong jangan ...."Alea mencengkeram tangan Ares yang bertengger di paha dalamnya. Bukannya berhenti, elusan sensual itu malah bergerak hingga pangkal paha. Tubuh Alea kontan meremang geli oleh sentuhan tersebut."Aku tidak menerima penolakan, Alea." Di ruangan temaram itu, Alea merasakan tubuhnya diseret menuju ranjang.Tubuhnya bahkan terdorong hingga jatuh terlentang. Baru saja hendak bangkit, sebuah cengkeraman di dagu membuat napas perempuan itu tercekat. Setelah netranya beradaptasi pada gelap, Alea bahkan mampu menangkap siluet wajah Ares yang tengah membungkuk di atas tubuhnya."Shhh ... sakitt ...." Alea meringis begitu cengkeraman di dagunya kian menguat."Bagus, aku suka melihatmu kesakitan," sahut pria di atasnya yang kini beralih menangkup pipi tirus Alea.Tangan besar Ares membuat sebagian wajah mungil sang istri nyaris tertutup. Sedangkan Alea terpejam begitu elusan lembut itu lagi-lagi berubah menjadi cengkeraman. Satu kecupan kasar bahkan mendarat di bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status