#Testpack Bulan Madu Memanggil (75)[Wanita itu? siapa?] Akhirnya kukirim jawaban berupa pertanyaan.lima menit, sepuluh menit, tak di balasnya.[Jangan memberi info kalau nggak memberi solusi.] Sekali lagi kukirim jawaban pesan untuknya.tanda hijau itu berubah menjadi gelap. Artinay dia tak mau berpanjang chat lagi denganku. Okelah terima kasih kalau begitu sudah memberitahuku meskipun kentang karena tidak sekalian dengan menyebut namanya.[Dit, bisa minta tolong sekali lagi?][Minta tolong apa, Rin?][Ada satu akun facebook yang misterius. Apakah kamu juga bisa bantu aku melacak siapa orang di balik akun ini?] Aku mengirimkan satu link akun tersebut.[Oh, sebenarnya ini bukan keahlianku kalau melacak pemilik akun sosmed. aku hanya bisa membantu kalau itu soal pemilik nomor handphone, tapi baiklah, aku coba, Rin. Mungkin temanku ada yang bisa bantu.][Oke, Dit, makasih, ya, udah mau aku repotin lagi.]Selang sehari kemudian aku mendapat kabar dari Adit. Bahwa pemilik akun itu tingg
#Test_PackKado dalam Pohon dan Swiss (76)Wah ini pesan dari Mas Aksa. [Mas, kamu lagi istirahat? Bisa telepon? Jadi udah cuti, ya, Mas?] kujawab pesan itu dengan emot bahagia.[Ya, Mas lagi santai, Dek. Habis shalat sunnah rawatib.][Masyaa Allah suamiku sholehnya. Jadi gimana rencana kita, Sayang?][Alhamdulillah Mas ada waktu dua minggu. Mas sengaja sediakan ini untuk kita bulan madu.][Alhamdulillah, panjang sekali itu, Mas, dua minggu. Sebaiknya Turki dulu, biar kita lebih cepet ketemu, ya ‘kan? Dan Mas nggak perlu jemput aku ke Indonesia. Kita ketemu langsung di Turki, ya. Biar waktunya lebih efektif. Nanti dari Turki kita ke Swiss.][Bener, Sayang. Tapi nggak apa-apa Mas nggak jemput ke Indonesia?][Nggak apa-apa, Mas. Aku kan biasanya juga terbang sendirian. Aku bisa jaga diri, ‘kok.][Oke, kalau gitu. Tapi selalu kabari ya, dan waspada. Selama kamu terbang Mas akan standby tunggu kabar. Nanti Mas pesankan tiketnya, ya.]Setelah mendiskusikan banyak hal, pembicaraan berakhir
#Testpack (77)Test Pack ART-ku.-Honeymoon and Babymoon- Sebuah kotak cincin berwarna merah, di dalam plastik yang lumayan tebal. Plastiknya sudah koyak dan rapuh, tapi kotak perhiasan ini masih utuh bentuknya. Lapis beludru diluarnya sudah rontok bulu-bulunya dan warnanya tak lagi merah. Memudar menjadi cokelat. “Aku buka, ya, Mas.”“Buka aja, Dek. Bisa bukanya?”Ternyata agak susah. Mungkin karena terhimpit daging pohon yang makin tahun makin menempel jadi engselnya berkarat atau tertekan ke dalam.“Iya, susah, ni, Mas.”Lelakiku itu mengambil alih, dan klik! cukup sekali tarikan. Sebuah cincin emas dengan permata berlian di tengahnya. Sangat manis. Cincin dengan model sederhana namun berkesan manis, dan ukuran yang tidak terlalu besar. Mas Aksa menarik tanganku perlahan, meraih jemariku dan memasangkannya pada jari manisku.“Ternyata pas, Sayang.” wajahnya berbinar menatap tanganku, dikecupnya jari itu lembut.“Iya, Pas ... Mas ...." Aku menutup mulutku dengan tangan kanan. Tap
#Testpack (78)Test Pack ART-ku-Hari-hari Tanpa Aksa-"Mas ... Lagi?"Ia hanya tersenyum. Membuka jaketku, membuka sepatu sportku, kaus kaki, terakhir membuka jilbab dan dalamannya pelan-pelan. Memandangi wajahku lama.“Jadi ini wajahnya istri hamil ….” Ia tidak bertanya, mungkin berguman.Satu kecupan mendarat manis pada bibir basahku.Lalu ia menatap lekat lagi wajahku. memainkan jemarinya menapaki inci demi inci wajah ini dengan, Sayang. Berakhir pada perut dan mengusap-usapnya lama di sana.“Allah begitu cepat mengabulkan do’a, Mas, Dek.”“Begitu, ya, Mas?”“Mas pikir masih akan lama untuk bisa hamil. Mas sampe bingung dan sedikit memaksa atasan biar bisa buruan bulan madu dan bisa bikin kamu hamil, Dek. Tapi ternyata bulan madu di Indonesia kemarin langsung, Mas masih takjub.” Senyumnya lebar menatap langit-langit kamar.“Rasanya hati Mas seperti ada petasan yang meledak terus menerus dari tadi.” Wajahnya berbinar dengan senyum masih terus berhias lekat di sana.“Jadi rencana ki
#Testpack (79)Test Pack ART-ku-Dedek Utun Kembar yang Kuat, Ya-Ya Allah, pentalan demi pentalan dari anak-anak tangga membuat kepalaku pusing, pinggangku nyeri seperti terbakar.Aku yang berusaha bangkit menjadi sangat lemah begitu mendengar teriakan mereka.Ada darah?? Dadaku bergemuruh, gemetar seketika menjalari tubuh. Ja-jangan sampai ….Seketika aku merasakan area bawahku menjadi basah. Mereka sudah membantuku berdiri. Segera kupegang area belakang pantatku. Basah. Iya, basah. Secepat kilat kulihat jemariku, merah! Enggak, ini cuma darah biasa, jangan sampai!Secepat kilat mereka sudah memapahku masuk mobil, menuju rumah sakit. Andi meminta maaf kepadaku berkali-kali.“Bukan salah kamu, Mas Andi,” ucapku kepada pemuda berusia dua puluh lima tahun itu. Aku memang selalu memanggil dengan sebutan Mas dan Mbak kepada siapapun yang berusia lebih muda sebagai bentuk menghargai mereka.“Iya, Bu. Tapi karena saya, ibu jadi kaget dan jatuh.” Ia tampak shock melihat darah yang tembus p
#Testpack (80)Test Pack ART-kuFirasatLelaki dengan tas punggung besar itu berlari-lari di antara bom dan senapan yang menghujaninya. Dia terus berlari, berlari dan berlari melewati kawasan perang itu.Ketika ada satu bom besar di hadapannya meledak, ia berbalik arah, berlari tunggang langgang menghindarinya hingga sepatunya terlepas satu, ia terus berlari tanpa sempat mengambilnya. Wajahnya basah oleh keringat, otot-otot di lehernya nampak keluar dan menegang mengimbangi kecepatannya berlari. Dadanya kembang kempis dengan napas yang terengah-engah. Ia berlari sembari terus memegangi tasnya yang nyaris lepas dan hampir membuatnya terpelanting.Ya Allah, akan kemana sebenarnya lelaki itu. Terdengar teriakan memanggil namanya. “Aksa!”“Aksa!”Jadi lelaki itu bernama Aksa? Seperti tak asing dengan nama itu. Tapi dia siapa? Kenapa aku mengenal namanya tapi tak tahu siapa dia? Bahkan aku seperti mengenali jaket hitam yang ia pakai. Tapi aku pernah melihatnya dimana? Ah, kenapa ingatanku
#Testpack (81)Test Pack ART-ku-Kekasih Baru Mas Hangga-Aku menahan napas menunggu jawaban Mama.“Aman, Sayang. Allah masih lindungi, tadi waktu kamu pingsan, dokter bawa Mama dan kamu ke ruangan dokter kandungan untuk di cek janinnya. Alhamdulillah si kembar bayi yang kuat, kayak Papanya insyaa Allah.”Pfiuh … kelegaan luar biasa menjalari hati. Meski aku masih khawatir karena sehat hari ini, belum tentu untuk esok. Efek dari jatuh tidak bisa langsung dirasakan hari ini. Semoga allah tetap jaga anak-anak dalam kandunganku.Sementara tubuhku yang sesaat setelah kecelakaan seperti remuk, saat ini seperti tak merasakan sakit apapun. Ini karena aku diberi obat penahan nyeri banyak-banyak. Semoga besok aku kuat pada saat obatnya pelan-pelan mulai dikurangi, dan yang terpenting tidak berpengaruh kepada janin yang kukandung. Amin.***AjtEfek obat tidur membuatku cepat mengantuk, tanpa terasa hari sudah sore. Aku terbangun namun tidak kutemukan siapa-siapa di dalam ruangan. Aku terbatuk-b
#Testpack (82)Test Pack ART-ku-Jangan Bikin Karin Baper, Mas-“Kenapa? Kok cuma dilihat? Nggak diangkat?”Aku hanya mematung memandangi gawai itu.“Dari Aksa? Perlu Mas keluar?”Lelaki itu bangkit keluar ruangan. Padahal aku hanya sedang berpikir, sebaiknya apa yang harus aku katakan, seandainya kuangkat panggilan video ini.Tiga kali panggilan video terabaikan. Maaf, Sayang, dari tadi aku belum siap mengangkatnya. Aku bahkan saat ini sedang merindukan kehadiranmu. Sedang butuh mendengar suaramu. Mendengar nada dan getar suaramu, rasanya menjadi tenang. Aku sedang gelisah, Sayang, karena ada orang-orang yang sedang berusaha mencelakaiku. Aku nggak tahu gimana nasibku di sini tanpa kamu. Sementara Mas Hangga, dia sudah tak pantas melindungiku lagi. Aku butuh kamu, tapi aku nggak tahu harus bicara apa kalau kamu mengetahui keadaanku. apakah kamu akan lebih marah lagi?“Sayang, kamu lagi sibuk, ya? Video call-nya nggak diangkat. Apa kamu masih marah?”Voice darinya.Aku lupa mensettin