Share

TETANGGA SEBELAH RUMAH
TETANGGA SEBELAH RUMAH
Author: Kasih Dgreen

Tetangga Baru

"Tetangga Sebelah Rumah"

"Baru pindahan ya, Mbak?" tegur salah seorang tetangga kepadaku.

"Iya, Bu, mari mampir, tapi masih berantakan." tawarku kepada tetangga tersebut sambil tersenyum.

"Iya, makasih Mbak. nanti aja kalau udah rapi pindahannya, baru mampir," jawabnya sambil tersenyum.

"Iya nih Bu, emang belum rapi, karena masih diangkatin barang-barangnya," ucapku lagi.

Kami memang baru saja pindah beberapa jam yang lalu, dikarenakan suamiku yang ditempatkan oleh perusahaan tempatnya bekerja di daerah sini, dan akhirnya rumah inilah yang kami tempati sekarang dengan sistem sewa alias ngontrak.

Tak lama datang lagi seorang tetangga, yang sepertinya masih belia, karena kalau dilihat dari wajahnya yang masih muda sekali, kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang, tapi tak terlalu cantik, ada kesan judes juga di wajahnya, dia memakai daster selutut.

Dia berdiri disebelah Wanita paruh baya yang tadi mengobrol denganku.

Dia tersenyum sinis padaku, seperti orang yang tak suka akan kehadiranku disini.

"Pindahan darimana, Mbak?" tanya wanita itu padaku.

"Oh, saya dari kota seberang, Mbak." Lalu dia membentuk huruf O di mulutnya.

"Emang Suaminya kerja apa disini?" tanyanya lagi, kepo.

"Suami saya kerja di perusahaan swasta, sebagai karyawan biasa dan kebetulan dimutasi kesini karena pembukaan cabang baru, jadi kami sekeluarga ikut pindah kesini," jelasku pada wanita itu.

"Oh …." dia hanya ber-Oh ria.

"Ya udah, Mbak. Saya duluan ya? semoga betah disini ya? oh iya lupa, kenalin saya Tukijah, panggil saja Ijah. Rumah saya di sebelah sana ya, kapan-kapan mampir kalau senggang," ucapnya ramah sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman, lalu kubalas jabatan tangannya.

"Iya, Bu Ijah. kenalin saya Karina. panggil saja Nina," jawabku sambil tersenyum, sedangkan wanita di sebelah Bu Ijah tadi masih saja terdiam dan sesekali memperhatikan kami berdua.

"Ya udah, Yuk, Mbak Ella, Mbak Nina duluan ya?" lalu Bu Ijah segera berlalu, dan wanita yang aku ketahui namanya barusan ternyata bernama Ella, dia hanya mengangguk tersenyum pada Bu Ijah.

"Mari mampir, Mbak," tawarku sambil tersenyum pada wanita tadi yang masih berdiam diri di tempatnya.

"Nggak makasih." Lalu dia langsung pergi begitu saja, membuatku seketika terpaku dengan sikapnya.

Kenapa ya tuh tetangga? Sikapnya aneh banget.

💋💋💋💋

"Mama, aku mau main ya, disana?" Anakku Rara menunjuk ke sebuah rumah di sebelah kami, yang hanya dibatasi oleh jalan kecil, padahal kami baru saja pindahan hari ini, tapi Rara sudah ingin bermain dengan teman barunya.

"Main disana? emangnya Rara udah kenal sama teman barunya?" tanyaku sambil mensejajarkan tubuhku dengannya, serta merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Kenal, Mama. Boleh ya?" rajuknya lagi.

"Yaudah boleh, terus Abang Aditnya mana sekarang?" tanyaku lagi pada putri kecil kesayangan papanya.

"Abang Adit disitu juga, lagi main. aku tadi mau ikut, cuma nggak boleh sama Mbak Zahra," jawabnya sambil menyebutkan salah satu nama temannya.

"Ya udah gapapa, tapi nanti sebentar lagi pulang ya? kalau kerjaan Mama udah rapi," ucapku sambil mencubit pipinya yang chubby.

"Makasih, Mama, Muaachh." lalu dia pergi berlari menuju rumah temannya yang persis berada di sebelah rumah kontrakan kami, hanya berbatasan dengan jalan kecil saja rumah tetangga tersebut dengan kontrakan kami.

💋💋💋💋

Mas Rian-Suamiku masih membersihkan bagian lantai atas rumah kami, sedangkan aku membereskan bagian bawah.

Setelah lantai bagian bawah beres, aku berniat untuk memanggil anak-anak untuk segera pulang ke rumah, untuk mengajaknya mandi sekalian beristirahat.

Karena sejak tadi pagi saat kami pindah, mereka kubiarkan bermain di depan rumah sambil berbaur dengan teman baru dan berkenalan.

Kini aku sudah sampai di samping rumah tetangga tersebut, mereka memang tak melihatku yang datang dari arah samping, lamat-lamat kudengar seperti suara Mbak Ella disana yang sepertinya sedang berbicara dengan anakku Adit.

"Adit, mau nggak punya Mama baru? emangnya Mama Adit galak nggak sih?" ujarnya pada Adit.

Sontak saja ucapannya membuat diriku sedikit terkejut, karena rasanya tak pantas dia berkata seperti itu pada anak kecil yang baru berusia tujuh tahun.

 "Nggak mau ah, Tante. Adit nggak mau punya Mama baru. Mama Adit juga baik kok, nggak galak. malah Adit sering dibeliin mainan sama Mama," jawabnya polos.

"Ehm … gitu ya, kalau Papa Adit diambil sama Tante, Adit marah nggak?" pertanyaan apalagi ini? kenapa makin lama makin ngelantur ya? 

Belum sempat Adit menjawab, lalu aku tak mau berlama-lama dan segera menemui mereka berdua yang sedang asik mengobrol. Mbak Ella tampak terkejut dengan kehadiranku, dan aku pun pura-pura tak tahu menahu akan hal tadi yang sudah terlanjur kudengar.

"Eh, Mbak Ella ada disini juga ternyata. Adit, Rara, kita pulang dulu yuk sayang. mau mandi terus bobo siang, besok baru main lagi ya?" Tegurku pada Mbak Ella, sekalian mengajak mereka berdua untuk pulang.

"Iyalah Mbak saya disini. Ini kan emang rumah saya," jawabnya jutek.

"Oh, ini rumah Mbak Ella toh ternyata, maaf ya saya nggak tahu, kan baru pindah disini." ucapku sambil melemparkan senyum padanya, tapi dibalas dengan senyum sinis olehnya. tak apa, yang penting awas saja sampai macam-macam. Apalagi mau berniat mengambil Papanya anak-anak! Huh, jangan harap.

Lalu setelah memanggil anak-anak untuk pulang, aku pun segera berpamitan dengan Mbak Ella.

"Mari, Mbak. saya permisi dulu," pamitku pada Mbak Ella, tapi dia tak menjawab malah melengos.

Astaghfirullah, tetangga aneh. Dasar.

💋💋💋💋

Rumah kami kini sudah rapi, bagian atas juga sudah rapi oleh Mas Rian, kini kami sedang menikmati makan malam yang dibeli melalui pesan antar.

"Mas, tetangga sebelah kita orangnya aneh. sebel aku," ucapku memulai pembicaraan pada Suamiku.

"Aneh, kenapa Mah?" tanyanya sambil menyuap makanan.

"Iya, masa dia ngomong yang aneh-aneh sama Adit. katanya mau ngambil kamu lah dari aku, katanya mau ganti Mama lah, nggak jelas banget. Sumpah." rajukku, kesal kalau ingat kata-kata Mbak Ella tadi.

"Kok dia bisa sampai ngomong gitu sama Adit? Adit itu kan anak kecil, aneh memang," jawabnya.

"Iya makanya, padahal kita baru aja pindah disini. Tapi udah dapet tetangga kaya gitu, ampun deh." Aku menimpali lagi.

Tak lama terdengar suara pintu diketuk, Tok! Tok! Tok!

Aku pun langsung bergegas menuju ke ruang tamu untuk segera membukakan pintu.

Dan ternyata yang datang adalah Mbak Ella, dia membawa sepiring pisang goreng ditangannya.

"Maaf, Mbak. Saya ganggu ya? Ini ada sedikit makanan untuk Suaminya," dia menyodorkan piring berisi pisang goreng tersebut ke arahku, jelas aku terpaku bukan karena pemberiannya tapi karena ucapannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status