Alano sedang melapor ke Anthony Marriot mengenai musuh Gabriel Nostra, sepulang mereka dari Napoli kemarin. Carlo dan Brando sudah tewas di tangan Alexandra dan Gabriel. Dari pernyataan Carlo, mereka akhirnya mengetahui pengawal Luigi DiMaggio yang menyabotase pesawat Frank Nostra sesaat mengudara menuju Moscow.
Seperti dalam pikiran mereka berdua saat ini, Romano yang akan membalaskan dendam untuk Gabriel. Alano menyuruh mencari pengawal yang telah menggantikan posisinya untuk Luigi DiMaggio. Malam ini mereka berdua sedang bertemu. Tak lama lagi Agustine akan dilenyapkan juga."Kau yakin manusia terkutuk itu yang menewaskan sahabatku Frank dan Sara Nostra?" tanya Anthony Marriot serius di ujung sambungan telepon antara Napoli dan Milan."Tidak salah lagi, Anthony-! Pengawal Agustine pemain lama di dunia hitam sebelum bergabung ke Luigi DiMaggio. Manusia busuk itu bekerja demi uang dan tidak ada belas kasihan. Hidupnya makin glamour, setelah FrankRuang kerja mewah sang mafia Gabriel Nostra sedang menghadapi masalah genting. Romano datang ke kantor siang ini membawa berita penting. Pengawal Alano dan Alexandra ikut juga mendengarkan hasil investigasi Romano semalam. "Agustine selama ini menipuku, sengaja mengambil posisiku dan menyingkirkan diriku dari Luigi DiMaggio. Itulah mengapa, aku tak bisa mencegah kejahatannya sampai saat ini. Pengaruh yang buruk menguasai pamanmu, sering melakukan pekerjaan kotor dan menerima banyak upeti dari koleganya. Termasuk eksekusi Frank dan Sara Nostra, si bedebah Agustine juga Fausto yang melaksanakannya!" "Aku tak yakin bisa menyelamatkan Zio Luigi DiMaggio. Ayahku dulu bercerita sejak Grandpa - Nonno Nostra tiada, adik Frank menghilang kemudian datang mengambil perusahaan warisan tapi tidak mampu mengelolanya lagi. Kupikir, kau yang paling tahu tentangnya selama ini!" "Manusia malas itu tidak setangguh ayahmu, Gabriel! Ia hanya mencari uang mudah kemudian membuangny
Pengawal dari Luigi DiMaggio, bajingan Agustine menceritakan peristiwa lama yang dilupakan orang, tapi tidak bagi putra dan pengawal Frank Nostra. Mereka berempat segera memburunya, menuju ke lantai tiga, pintu kedua sebelah kiri setelah keluar dari lift. Kunci digital dengan memakai kartu khusus pembuka pintu, menyusahkan bagi Alano. Peluru melesat ke mesin pengunci pintu, terdengar bunyi bip dan pintu langsung membuka. Tak perlu adab kesopanan, menghadapi pembunuh Frank Nostra dan istrinya. Ruang tamu kosong tak ada orang. Romano dan Alexandra menyusuri dapur dan ruang lainnya yang memiliki interior bagus dan berkelas bagi seorang pengawal mafia. Harusnya Romano tahu semua itu berasal dari mana. Jika bukan karena komisi Luigi DiMaggio dan Antonio memberi fasilitas banyak ke Agustine, atas kerja kerasnya menyabotase pesawat Frank Nostra menuju Rusia. Terdengar suara dua orang melenguh di dalam kamar. Teman kencan Agustine ternyata sedang membalas hasratnya s
Dokter Julian usai bekerja di Rumah Sakit langsung meluncur ke nightclub miliknya. Si brengsek Gabriel mengajak bertemu untuk minum malam ini. Tiba lebih dulu seperti biasanya, dan duduk di depan bartender yang sangat mengenal dirinya. "Kau sendiri, Doc?" "No, sebentar lagi keparat Gabriel akan muncul juga. Jika ia bukan owner tempatku bekerja, aku tak peduli dengan ajakannya untuk ke sini. Tugasku semakin banyak mengurus pasien juga menjadi kepala Rumah Sakit!" "Doctor Julian ...." "What?" Bartender mencoba mengingatkan, tapi sang mafia Gabriel Nostra sudah berada di sampingnya mendengar keluhannya. "Apa kau ingin aku turunkan jabatanmu menjadi office boy, atau lebih baik kau mencari asisten baru huh!" Julian terjebak, "Sialan kau, Gabriel! Jika aku memiliki asisten seperti Camorra, pekerjaanku pasti menjadi lebih mudah!" Gabriel tersenyum. Alexandra tertutup oleh tubuhnya yang kekar dan muncul saat namanya disebut Julian. Gadis itu j
Sahabatnya membiarkan gadis itu minum sesuatu yang memabukkan. Tingkahnya berbeda kali ini. Bukan hanya narkoba yang bisa membuat orang lupa diri, tapi minuman beralkohol bagi seorang yang tidak biasa, akan berefek luar biasa. Gabriel berbisik ke telinganya mengajaknya beristirahat di ruang VVIP yang disediakan oleh Julian. "Kau mabuk, sayang. Sebaiknya kita duduk dulu agar kau tidak jatuh nanti!" Alexandra mengelak. "No, i am okay, Gabriel!" Tapi laki-laki itu menggandengnya, mengajak keluar dari lantai dansa. Gadis itu menghentak tangannya, Gabriel melihat matanya mengarahkan ke ruang toilet. Alexandra ingin mengajak bersenang-senang di sana! Pikiran kotornya terhapus sekejap saja, saat gadis itu memang ingin ke toilet sesuai kebutuhan dirinya, bukan yang lain. Bodohnya sang mafia Gabriel Nostra! Di puri Milano lebih hangat dan istimewa dari pada mereka harus melakukan di nightclub. Gabriel membiarkan Alexandra ke dalam sendirian dan menunggunya di
Matanya yang gelap kini mulai menyala terang, masih menyesuaikan dengan seisi ruangan. Hanya satu lampu kecil dan sekelilingnya berantakan, sebuah gudang tak terpakai. Banyak kotak kayu bekas bertumpuk di depan dan belakangnya. Ough! Alexandra mencoba bergerak, tapi tidak berhasil. Oh shit! Tangannya terikat kuat di belakang kursinya, tak bisa melepaskan diri, pergi kemana-mana lagi. Ia masih mencoba mengingat apa yang terjadi dengannya. Tadi malam bersama Gabriel dan Julian di nightclub, mereka sedang minum dan asyik berdansa. Ia menuju toilet, Gabriel menunggunya di luar namun sedang asyik dengan tiga wanita murahan mengerubunginya bagai lalat, mengalihkan pikiran serta perhatiannya darinya. Seseorang telah menculik dirinya tanpa sepengetahuan Gabriel Nostra. Apakah pria itu dan sahabatnya Julian, menyadari telah kehilangan Alexandra? Entahlah! Tidak tahu harus berpikir apa lagi agar terbebas dari penculikan ini. Kepalanya sedikit pening, minuman Jack Danie
Cedro telah menembak perut Alexandra. bersamaan Gabriel dan dua pengawalnya Alano juga Romano menembak musuhnya. Mereka terlambat menghabisinya. Gadis itu sedang terikat tidak bisa melepaskan diri menjadi target empuk bedebah Cedro, adiknya Fausto. BUKKKK! Dinding rumah sakit bergema, Gabriel melampiaskan pukulan sangat keras. Buku-buku jarinya terkelupas berdarah, menyesali kebodohan dan kesalahannya. Peluru itu tidak seharusnya bersarang di tubuh Alexandra Camorra! Membayangkan timah panas itu dapat menghancurkan rahimnya dan merusak masa depannya, padahal Gabriel yang melakukan pertama kali menodai kesucian terhadap gadis itu sebelumnya.Betapa banyak kesalahan dilakukan dirinya dan belum sempat ia meminta maaf padanya. Seandainya masih diberi waktu agar bisa terus bersamanya, selamanya! Dering handphone mengganggu kesedihan hatinya. Zio Anthony Marriot menunggu kabar selanjutnya tentang Alexandra Camorra. Ia tidak ingin mengabarkan berita buruk
Sebuah tangan mungil membangunkan Gabriel. Usapannya itu sangat dikenal menyapu rambut ikalnya perlahan. Matanya membuka, di depannya gadis cantik itu sedang tersenyum padanya.Ia sudah sadar lebih dulu. Dari semalaman Gabriel menjaga Alexandra setelah operasi selesai. Tak beranjak sedikitpun dari kursi di samping ranjangnya, lalu tertidur di dekat tubuhnya. "Hai Camorra, kau sudah lebih baik?" sapa Gabriel. Tangan Alexandra diusapnya dan diciumnya lembut. "Seperti terasa ditabrak truk. Untunglah Doctor Julian tidak mabuk saat mengoperasi diriku!" Keduanya tertawa. Lelucon yang tidak lucu sebenarnya jika peluru itu masih bersarang di perutnya. Untunglah Julian cekatan dalam tugasnya. Beruntung juga bedebah Cedro meleset mengenai sasaran tembaknya. Gadis itu selamat, sementara dirinya tewas. Musuh mereka berkurang satu. Gabriel menggenggam tangan Alexandra mengucapkan kata-kata yang disimpan begitu lama. Anthony, Julian, Alano, dan Romano ada di ruang peraw
Pengawal Alano dan Romano duduk bersama Gabriel Nostra mendengar hasil pembicaraannya dengan Zio Anthony Marriot. Saat berpapasan di luar ruang perawatan, pria paruh baya itu terlihat biasa saja. Raut muka yang ceria, identitas rahasianya tadi sudah terbuka di depan keponakannya tadi."Ada apa lagi Gabriel? Musuhmu hanya tinggal Antonio sekarang, lalu apa yang kau pikirkan lagi?""Beatrice! Ia ada hubungannya dengan Cedro. Begitu benci terhadap Camorra semalam, lalu memberi tahu lokasi keberadaan aku berdua Camorra di nightclub.""Nonsense! Bagaimana mungkin wanita seperti Beatrice glamour begitu berhubungan dengan seorang pengawal, kau sudah gila Gabriel!""Beatrice tidak membutuhkan uang tapi kepuasan, Romano!"Kedua pengawal itu terdiam, Beatrice gemar melampiaskan nafsunya ke pria lain. Suaminya Kevin juga bersikap sama dengannya. Di nightclub mereka bebas memilih pasangannya tapi tetap saja berakhir dengan keributan. Drama pasangan suami istri