Pengawal Romano datang tergesa-gesa ke ruang makan dan membisikkan sesuatu pada Gabriel Nostra. Julian dan Alexandra ikut memandangi keduanya, pasti berita penting di bawa Romano hingga mereka tidak boleh mendengarnya. Alexandra tak tahan lagi, instingnya mulai bekerja.
"What's going on, Gabriel?"
"Nothing! Habiskan makan malamnya, nanti kita bicara. Julian akan kembali bertugas ke rumah sakit. Pengasuh Elisa segera membawa adikmu kembali beristirahat di kamarnya."
"Donee--ee. Aku sudah selesai makan, Zio Gabriel. Bolehkah aku mencium pipimu sebelum pergi ke kamarku?"
Gabriel Nostra mengangguk. Angela mengelap mulutnya sampai bersih dengan tisu makan. Ia beranjak dari tempat duduknya menuju Gabriel, meraih bahunya yang bidang dengan kedua tangan mungilnya.
Sang mafia terlalu tinggi bagi anak kecil itu, tangannya memeluk Angela lalu memangkunya agar bisa lebih dekat lagi. "Grazie Zio Gabriel, makanannya enak dan aku jadi mengantuk karena sudah kenyang. Besok pagi, aku mau sarapan buatanmu lagi. Ciao!" ujar Angela senang.
Kiss kiss, dua kali mendarat di pipi kiri dan kanan Gabriel. Kemudian Angela segera turun dari pangkuannya, kini giliran Julian lalu ke Alexandra.
Wajah kakaknya begitu kesal melihat sikap manja adiknya ke sang mafia, adiknya sudah dibawa pengasuh Elisa ke kamarnya.
"Gabriel, kau sungguh keterlaluan memanjakan Angela. Ia menyangka hidup di sini selamanya. Hentikan sikap konyol dirimu terhadap adikku!"
"Why not Camorra, you fucking jealous. Kalian boleh tinggal sampai kapan pun kau mau. Puri ini terlalu besar bagiku, jika aku dengar kau protes lagi tentang keputusan menerima kalian di sini. Besok pagi akan ku seret kau dari tempat tidurmu langsung ke kolam renang!"
"Damn you!"
Alexandra langsung pergi meninggalkan Gabriel dan Julian menuju kamarnya. Akhirnya Julian mengerti yang terjadi di antara dua orang yang bertengkar di depannya.
Makan malamnya sudah selesai. Drama tadi cukup menghibur. Membayangkan, seandainya ia yang menjadi Gabriel.
Mungkin makan malam akan di akhiri dengan gadis itu sebagai makanan penutupnya. Dan senyum Julian membuat sahabatnya curiga. Pikiran kotor merajai Julian saat ini.
"Kenapa senyummu seperti itu? Kau ingin mengejekku lagi huh!"
"Minta maaf-lah segera padanya, Gabriel! Kau hanya mengulur waktu sia-sia. Jika sayapnya sudah sembuh, maka gadis itu akan terbang jauh meninggalkanmu!"
"Apa maksudmu berbicara begitu?"
"Gabriel, percuma kau lulus cum-laude, bergelar mafia kejam, tampan dan don juan jika tidak bisa menaklukkan hatinya. Kau ingat bukan, pepatah Roma tidak bisa di bangun dalam semalam apalagi soal hubungan kalian. Berdamai-lah dengan hatimu!"
"Grrr ---- kau terlalu mencampuri urusanku. Pergilah bekerja!"
"Okay Dude, lain kali undanglah aku makan malam. Senang menyaksikan tontonan drama dari perjumpaan sampai ke percintaan kalian. Aku harap semua berakhir happy ending!"
"Bedebah kau!"
BUKK! Untunglah hanya sebuah tisu bekas makan Gabriel yang di lemparkan ke arah Julian. Bukan sebilah pisau tajam yang dipakai memotong daging steaknya. Julian kembali menertawai sang mafia, seorang Gabriel Nostra harus terus naik darah menghadapi keluguan kedua gadis yang berada dalam satu atap dengannya.
Sahabatnya sungguh beruntung, tidak hanya mendapatkan kakaknya tapi adik kecilnya yang manis ikut menyemarakkan isi seluruh puri Milano yang terlalu horor. Tanpa kehidupan nyata di dalamnya.
Romano menghormat pada sahabat Gabriel Nostra saat mengantarkan keluar dari Puri. Lalu kembali ke dalam menemui bossnya di ruang kerja.
"Kau sudah makan malam, Romano?"
"Aku sedang menunggu kabar informanku yang sedang memantau di kediaman bajingan Antonio!"
"Natasha berada di sana?"
"Kau tidak perlu cemburu, Gabriel! Dia hanya sampah sekarang. Pasti kau sudah tahu alasan wanita jalang itu mengapa ada di pelukan pria tua itu sekarang!"
"Bastardo! Mulai besok kau kunci semua arsip penting perusahaan, pindahkan ke server lain agar ia tidak bisa mengakses data apapun. Gunakan cara manis, agar ia terperangkap ke dalam jebakan kita. Perempuan jalang itu menyusahkan hidupnya sendiri!"
"Mungkin aku bisa mendapatkan manfaat juga. Ikut menikmati seluruh tubuh dan wajahnya yang cantik, sebelum aku patahkan batang leher dan dagu angkuh itu!"
"Take your chance! Jangan sia-siakan, Romano!"
"Kau harus lebih berhati-hati, Gabriel. Kantormu kini d jaga beberapa pengawal. Natasha sudah berani bermain kasar dengan mendatangi musuhmu, Antonio. Ini semua berhubungan dengan Camorra, kalian berdua sasaran mereka!"
"Aku tidak bodoh, Romano! Hanya perlu sedikit mengulur waktu untuk menghancurkan Antonio sampai ke akarnya. Jika benar Camorra keponakan Zio Anthony Marriott, aku rasa pertempuran semakin terbuka lebar. Antonio bedebah itu segera di larung ke laut Mediterranean!"
"Kau yakin itu? Kekuasaan dan kekuatan mafiosi Sisilia Zio Anthony di Napoli sangat besar!"
Just wait and see! Gabriel Nostra terus berusaha menutupi jejak Alexandra Camorra demi keselamatan dirinya dan adiknya. Semua keadaan berbalik 360° semudah dirinya membalikkan tangannya.
Orang-orang yang berkhianat terhadap sang mafia muda Gabriel Nostra segera mendapatkan balasan yang setimpal. Tak kecuali Natasha, sekretarisnya. Perempuan brengsek itu membawa banyak mala petaka dan bencana, ia harus segera menyudahi kesalahannya.
Zio Anthony Marriot sedang mengatur sesuatu di luar dugaan mereka, Gabriel merasakan itu. Sikapnya yang berwibawa penuh kehati-hatian dan koneksi besar dalam lingkungan mafia Sisilia harus diperhitungkan oleh musuh-musuhnya.
Alexandra dan Angela Camorra bukan dari kalangan biasa. Mereka berdua berasal dari keluarga mafia tanpa disadari sebelumnya. Perlindungan keamanan berlipat ganda agar mereka jauh dari banyak masalah.
Gabriel Nostra menunggu konfirmasi yang dibutuhkan oleh Zio Anthony mengenai keponakan yang disayanginya sebelum melakukan penyerangan yang berbahaya ke lawan bisnis mereka.
Orang tua Gabriel Nostra dan Alexandra Camorra terpaut dalam satu benang merah yang sama dalam masa lalu mereka. Sungguh Gabriel tidak menyangka, jika semua masalah satu persatu makin terkuak.
Orang-orang yang berusaha melukai kedua gadis itu tak lama lagi menuai balasan yang manis, nyawa dibayar nyawa. Kehilangan keluarga yang dicintainya sebagai luka yang tak pernah bisa dilupakan begitu saja.
Sang mafia muda terus menuntut balas, kali ini ia bisa berkolaborasi dengan gadis itu memukul balik lawan dengan kemampuan yang telah diasahnya dalam beberapa tahun ini memegang perusahaan ayahnya, Frank Nostra.
Teka-teka kehidupan masa lampau bukan lagi penutup cerita yang apik. Natasha pengkhianat mulai memainkan emosi sang mafia Gabriel Nostra, perempuan jalang itu berhubungan dengan mafia lainnya, tanpa tahu kematian juga mengikuti takdirnya.
***
Ketegangan mulai terjadi beberapa hari ini. Sekretaris Natasha begitu berang, di meja kerjanya berkeluh kesah tidak dapat mengakses data perusahaan milik Gabriel Nostra. "Romano, apa servers perusahaan kita sedang bermasalah? Pekerjaanku makin menumpuk, beberapa clients meminta balasan email soal persetujuan project proposal dengan Gabriel Nostra!" "Coba kau tanyakan langsung ke Gabriel atau assistant pribadinya." "Damn it! Gadis itu merusak pekerjaan selama ini aku susun susah payah. Datang seenaknya mengambil milikku, akan kubalas perbuatannya!" Romano bersikap santai menghadapi sikap Natasha yang mulai resah. Apa pun yang dilakukan oleh pengkhianat itu, terus di amati. Tingkah laku wanita jalang itu makin berubah sejak bermalam di kediaman musuhnya. Ia mendapat laporan karyawan IT di mana Natasha mencoba meretas data perusahaan dan tidak berhasil dalam beberapa hari ini. Satu minggu ini tampil acak-acakan, tak ada wajah sendu merayu. Watak aslinya
Hari ini semua menjadi tegang di kantor setelah kejadian tadi siang. Gabriel Nostra ikut gusar mencari Alexandra Camorra. Pengawal Romano pun tidak tahu di mana dirinya. Porsche merah melaju kencang menuju puri Milano, berharap gadis itu ada di sana. Dua puluh menit ia tiba di depan dua pilar tinggi besar. Saat penjaga membukakan pintu mobil, terdengar suara tangis anak kecil nyaring di dalamnya. Gabriel berlari menemukan Angela berada di belakang pengasuh Elisa. Seorang wanita cantik sedang memarahi mereka berdua. What's going on here! Monique menyambutnya, berkata manis di depan Gabriel Nostra. Mencium kedua pipinya dengan desahan merayu. "Mon Cher, aku rindu padamu! Kenapa kau tidak menjemput di bandara?" Sang mafia tertegun. "Ada apa ini Monique, mengapa kau ada di Milan?" Nada suara Gabriel begitu kesal. Monique pura-pura merajuk, "Oh kau selalu begitu padaku, Gabriel. Hari ini ada jadwal pemotretan di Milan, kemudian ke kota lainnya. Berharap kau bisa temani di
"GA--BRIEEELLLL!" Teriak Alexandra yang masih memakai selimut tebal menutupi tubuhnya. Gadis itu seenaknya saja menggandeng Gabriel ke teras belakang Puri Milano. Mereka berhenti di depan kolam renang yang luas. "Whatt---ttt? Apa kau tak bisa bicara pelan padaku, Camorra!" Tugas Gabriel baru selesai memasak breakfast untuk Angela, sausage - omelettes - french fries. Dan hadiahnya yang ia terima setiap pagi, kiss kiss di pipinya kanan dan kiri. Tapi kakaknya malah mengajaknya bertengkar lagi. Langsung menarik tangan Gabriel dari dapur. Menghindari tatapan Angela dan pengasuh Elisa. Alexandra menanyakan mengenai semalam. "Apa yang terjadi denganku Gabriel, semalam kau mencoba menyentuhku lagi huh!" "God Damn it, Camorra! Semalam kau hampir di perlakukan tidak senonoh oleh bajingan Steven. Aku pergi ke kampus, menghajar sampai patah tulang, karena berani menyentuh assistant pribadiku!" "Mon Dieu ~ Tuhanku! Aku tidak ingat apa-apa, tapi kemarin memang ke
Milan Romano memasuki ruang kantor sang mafia yang terlihat lelah di wajahnya. Ia hanya menduga semalam telah terjadi sesuatu di antara Gabriel Nostra dan Alexandra Camorra. "What's up Gabriel?" "Brengsek Camorra! Semalaman suntuk menjaganya, membuatku kurang tidur. Reaksi obat yang diberi keparat Steven terus bekerja." "Dan kau tidak dapat apa-apa dari itu?" "Pagi tadi aku di tampar lagi olehnya. Ia mengira semalaman menyentuh dirinya, padahal tangan dan mulutnya yang tak berhenti bermain di tubuhku. Penyiksaan sekali!" "Kau tidak ingin membalasnya semalam, karena pernah menyakitinya setelah pulang dari pesta dansa lalu?" "Yeah, aku kasihan melihatnya seperti itu, walau hatiku menginginkannya juga." "Kau main hati, Gabriel!" "Sudah satu bulan ini, brengsek itu memutar-balikkan duniaku. Perampokan logistik, pesta dansa, perburuan di Napoli, dan banyak masalah lain, terus berhubungan dengan Camorra. Gadis ini cuk
Esok harinya di kantor Gabriel Nostra. Seorang tamu istimewa datang mengejutkan. Anthony Marriott langsung terbang dari Napoli ke Milan ingin melihat seseorang yang pernah dibawa anak muda itu ke kediamannya.Tapi Alexandra Camorra tidak berada di sana. Gabriel mengundangnya makan malam untuk bertemu Angela Camorra. Zio Anthony Marriott menyetujui, hari ini ada pertemuan penting dengan kolega di Milan. Dan kesempatannya berjumpa dengan keponakan yang lain. Gabriel berterima kasih atas yang apa yang dilakukannya semalam. "Grazie,Zio Anthony! Semalam sniper-mu bekerja dengan baik, berhasil menyelamatkan Camorra." Pria paruh baya itu mengangguk. "Pengawalku, si bedebah Guido mengirimkan di luar perintah. Tangan kanan milikku yang cerdas. Keponakanku bisa selamat dari musuhnya semalam. Apa kau tahu pelaku pengirim dua penyusup di kediaman Monsieur Didier?" Gabriel mengiyakan. Zio Anthony pun sudah tahu. Hari ini kedatangannya demi membalas perbuatan musuhnya satu demi satu.
Gabriel tampil berbeda malam ini, begitu juga Angela Camorra. Keduanya sedang asyik bermain bersama hingga adiknya tertawa bahagia. Jarang melihatnya saat dulu tinggal di istana musuhnya, Antonio. Alexandra baru kembali dari kampus bergegas membersihkan diri, lalu makan malam bersama mereka. Tak dibutuhkan waktu lama berhias, rambutnya yang panjang digelung, wajah tirusnya yang cantik terlihat lebih segar. Di bawah tangga menuju ruang makan, suara riuh Angela mewarnai suasana. Ia melihat seseorang yang baru datang dan mengenalnya dua kali di Napoli. "Hi Alexandra, senang bertemu dirimu lagi. Bagaimana lenganmu?" sapa Anthony Marriot. Senyumnya mengembang melihat gadis itu bertambah dewasa. "Grazie Tuan Anthony, kau memberi perawatan terbaik kemarin. Lenganku sudah sembuh sekarang." Pria paruh baya itu mengangguk. "Panggil aku, Zio Anthony. Gabriel sudah aku anggap putraku selama ini, senang bisa di undang ke sini lagi!" Gabriel melepaskan gendongan Angela, me
BRAKK! Pintu mobil dibanting keras, ketika kendaraan telah dihentikan oleh Romano. Ia terdiam sesaat Gabriel keluar, wajahnya penuh kemarahan. Sang mafia menutupi perasaannya yang terdalam, melampiaskan dengan emosi kasarnya. Alexandra dan Angela Camorra terus menjadi target musuhnya. Begitu pun Gabriel Nostra sendiri, mereka bertiga harus selalu bersama. Tidak akan pernah terpisahkan sampai kapan pun juga! Parameter penjagaan maksimum sudah menyala, saat bajingan Antonio dan Natasha mulai merencanakan membunuh Camorra di kediaman Monsieur Didier kemarin. Gabriel tidak ingin sesuatu yang terjadi pada gadis itu lagi. Romano sedang bergerak menuju ke lantai tiga sebuah apartemen kumuh. Diikuti oleh Gabriel yang masih terlihat berang atas permintaan gadis itu di mobil tadi. Alexandra berada tak jauh darinya, juga masih kesal atas sikap sang mafia yang terlalu keras padanya. Dua anak muda yang aneh! Pengawal Romano hanya bisa menggelengkan
Alexandra menikmati pemandangan Teluk Calanque De Morgiou yang begitu indah dan cantik, saat mobil yang ditumpanginya melintas. Sepuluh menit kemudian mereka turun dari mobil. Sebuah mansion milik Monsieur Didier. Pria berusia senja itu menyambut dengan gembira memeluk dua anak muda yang datang berkunjung jauh dari kota. "Bienvenue - selamat datang, anakku! Kalian pasti lelah, mari kita ke teras dan menikmati minuman dingin di musim panas ini. Ini kekasihmu yang pernah diburu di acara pesta dansa di kediamanku kemarin?" "Merde! Ia asistant pribadiku, Monsieur!" "Kau punya banyak kesempatan menjadi kekasihnya, Gabriel! Apa kau buta, tidak melihatnya begitu muda dan cantik? Aku tak yakin hanya bisa memegang senjata atau pisau, tapi suatu hari bisa membelai dirimu!" Oh shit! Seharusnya Gabriel tidak membawa gadis itu bersamanya, menjadi guyonan tuan rumah. Matanya melirik ke belakang, Alexandra pelan-pelan melangkah sedikit mundur darinya. Wajahnya memer