Home / Urban / THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan / Bab 10-Kapal Rongsok - Part III - end

Share

Bab 10-Kapal Rongsok - Part III - end

Author: Aljum'ah R
last update Huling Na-update: 2025-02-08 10:42:15

Seiring berjalannya waktu, hubungan antara Thomas dan Sam semakin dekat. Sam menjadi mentor bagi Thomas, memberikan nasihat dan bimbingan tentang bagaimana cara bertahan dan berkembang di dunia bawah kota. Thomas merasa bahwa dia menemukan tempat yang tepat untuk melindungi keluarganya, meskipun harga yang harus dibayar adalah keterlibatan dalam dunia kriminal yang penuh bahaya.

Menyambut Kehidupan Baru

Thomas mulai merasakan perubahan dalam hidupnya. Dia tidak lagi hidup dalam keputusasaan dan kehilangan, melainkan memiliki tujuan dan arah yang jelas. Dia merasa bahwa dia memiliki kekuatan untuk mengubah nasib keluarganya, meski itu berarti harus terlibat dalam dunia yang jauh lebih gelap daripada yang pernah dia bayangkan.

Namun, dia juga tahu bahwa keputusan ini membawa risiko besar. The Heptagon adalah organisasi yang sangat kuat dan berbahaya, dan jika dia terlalu terlibat, dia bisa menjadi target balasan dari pihak-pihak yang ingin menjaga rahasia organisasi ini tetap tersembunyi. Dia harus berhati-hati dan pintar dalam setiap langkah yang dia ambil, memastikan bahwa dia dan keluarganya tetap aman.

Ketika fajar kembali menyingsing di balik cakrawala kota yang masih dipenuhi bayang-bayang dunia bawah, Thomas merasakan sebuah titik balik yang telah lama dinantikannya. Kehidupan baru telah mulai terbentuk, dan di tengah deru mesin serta hiruk-pikuk pelabuhan, ia mulai menemukan tempatnya yang sebenarnya.

Thomas di Toko Koran

Sejak penggusuran dan tragedi yang melanda keluarganya, Thomas telah mengambil langkah berani untuk memulai lembaran baru. Kini, ia menetap Bersama Sam di. Di balik rak-rak koran yang rapi dan meja kayu yang penuh coretan tinta, Thomas menemukan kestabilan dan ketenangan yang selama ini dicari. Di sinilah ia belajar mengelola informasi, menyusun strategi, dan merangkai kata-kata yang kemudian akan menjadi senjatanya dalam mengarungi dunia bawah yang penuh intrik.

Meskipun tugasnya di toko koran tampak sederhana, setiap hari Thomas bekerja di sana dengan semangat yang membara. Di balik rutinitas itu, ia mulai memahami bagaimana informasi bisa menjadi kekuatan.

Murphy, Sang Penerus Masa Depan

Sementara itu, Sam, yang sejak awal menunjukkan niat baiknya meski dengan caranya yang tersembunyi, mengambil keputusan yang mengubah segalanya bagi keluarga Thomas. Dengan kepedulian yang tulus, Sam memastikan bahwa Murphy, adik bungsu Thomas, mendapatkan kesempatan yang tidak mungkin terpikirkan dalam kehidupan jalanan. Ia menepati janjinya untuk mengirim Murphy ke sebuah sekolah super elit sebuah institusi yang dikenal luas di kalangan kalangan elit dan masyarakat kelas atas karena kualitas pendidikannya yang luar biasa. Sekolah tersebut dinamakan Sanskerty Square Academi (SSA).

Di Akademi ini, Murphy mulai belajar dari para guru terbaik, mendapatkan fasilitas yang sangat lengkap, dan berinteraksi dengan teman-teman dari latar belakang yang beragam. Pendidikan di sekolah ini bukan hanya tentang buku dan pelajaran formal, melainkan juga tentang mengasah kemampuan berpikir kritis, memahami strategi, serta membangun jejaring yang kelak akan sangat berguna di dunia nyata. Melalui pendidikan yang bergengsi ini, Sam dengan jelas menunjukkan bahwa ia memiliki visi besar untuk masa depan Murphy dan, secara implisit, bagi keluarga kecil Thomas.

Murphy, yang awalnya tampak rapuh dan lugu, perlahan berubah menjadi sosok yang lebih percaya diri dan cerdas. Ia menyerap setiap pelajaran dengan antusiasme, menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk keluar dari jerat kehidupan yang keras di jalanan. Sementara Thomas bekerja keras dibawah Sam, ia melihat secara langsung bagaimana Sam rela mengorbankan sesuatu demi masa depan Murphy. Pemandangan itu, meski menyakitkan karena mengingatkan pada kenangan pahit masa lalu, mulai menumbuhkan benih-benih harapan baru dalam diri Thomas.

Penerimaan dan Tekad Baru

Kehadiran Sam sebagai figur yang tak hanya menyediakan bantuan sementara, tetapi juga investasi masa depan melalui pendidikan bagi Murphy, menjadi titik balik emosional bagi Thomas. Awalnya, Thomas meragukan keterlibatan dirinya dengan The Heptagon, organisasi bawah tanah yang selama ini dianggap sebagai kekuatan gelap yang harus dihindari. Namun, ketika ia menyaksikan secara nyata bagaimana Sam, dengan keteguhan dan tanpa ragu, menyekolahkan adiknya ke Sanskerty Square Academi (SSA), segala keraguan itu mulai sirna.

Thomas mulai memahami bahwa The Heptagon, meskipun beroperasi di dunia bawah dengan cara-cara yang tak lazim, kini telah menjadi bagian dari dirinya. Ia menerima bahwa dalam situasi yang penuh kekacauan dan tragedi, kekuatan yang ditawarkan oleh organisasi tersebut bisa menjadi senjata untuk membangun kembali kehidupan. Tanpa penyesalan, Thomas memutuskan untuk membuka lembaran baru dengan tekad yang kuat: ia akan membuat The Heptagon semakin besar dan berpengaruh.

“Jika ingin bertahan hidup dan melindungi Murphy, aku harus memanfaatkan segala sumber daya yang ada,” gumam Thomas suatu malam sambil menatap tumpukan koran dan buku strategi di meja kerjanya. Dalam hati, ia berjanji bahwa tidak ada lagi penyesalan atau ragu ia akan mengukir nasibnya Bersama The Heptagon dan mengembalikan kejayaan yang pernah hilang.

Melihat Murphy yang kini mendapatkan kesempatan emas untuk menimba ilmu, Thomas merasa seolah seluruh bagian dirinya yang selama ini terombang-ambing di antara keputusasaan dan harapan mulai menemukan pijakan yang kokoh. Ia menyadari bahwa untuk mengubah nasib keluarganya, ia harus menguasai dunia informasi dan kekuatan di baliknya. The Heptagon, dengan segala intrik dan kekuasaannya, kini bukan lagi musuh yang harus dihindari, melainkan bagian dari jalan untuk mencapai tujuan besarnya.

Dalam momen-momen sunyi di toko koran, saat lampu-lampu kota mulai redup dan bayang-bayang malam menyelimuti pelabuhan, Thomas merasakan kehangatan baru dalam tekadnya. Ia tidak lagi meratapi masa lalu, melainkan fokus untuk melangkah ke depan. Dengan keyakinan bahwa pendidikan adalah senjata utama untuk Murphy dan bahwa kekuatan The Heptagon dapat diolah untuk keuntungan mereka, ia memutuskan untuk bergabung sepenuhnya dengan kekuatan bawah tanah itu.

Dari hari ke hari, Thomas mulai menulis rencana-rencana strategis di sela-sela pekerjaan di toko koran. Ia mengumpulkan data, membaca setiap berita, dan merancang skema untuk memperluas operasi diantara kalangan-kalangan bawah kota. Setiap kata yang ia tulis, setiap strategi yang ia susun, semakin mengukuhkan niatnya bahwa masa depan keluarganya dan mungkin dunia bawah itu sendiri akan berubah dengan kehadirannya.

Dengan keyakinan yang kian membesar, Thomas menyadari bahwa tidak ada jalan kembali ke masa lalu yang penuh penyesalan. Ia kini memilih untuk melangkah ke depan, dengan The Heptagon sebagai sayap yang akan membawanya melampaui keterbatasan dan duka yang pernah ia alami.

Malam itu, ketika angin berhembus lembut di antara rak-rak koran yang berjajar rapi di toko, Thomas duduk termenung di balik meja kerjanya. Di depannya terbentang tumpukan rencana dan catatan, saksi bisu dari tekad barunya. Ia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai bahwa ada jalan panjang yang harus ditempuh untuk mengubah nasibnya dan melindungi Murphy.

Di balik segala luka dan kehilangan, terbitlah cahaya baru. Cahaya itu bersinar terang dari harapan yang kini ia tanamkan melalui setiap rencana, melalui setiap keputusan yang diambil. Thomas, dengan hati yang tegar dan tekad yang membaja, menerima bahwa The Heptagon telah menjadi bagian dari dirinya. Tanpa penyesalan, ia bertekad untuk menjadikan kekuatan tersebut sebagai landasan untuk membangun kembali masa depan keluarganya sebuah masa depan di mana ia tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan menguasai dunia bawah kota yang selama ini telah menjeratnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

    Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 34 - Transformasi Thomas - Part 03

    Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

    Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 32- Transformasi Thomas - Part I

    Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

    Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 30 - Bayangan dan Ancaman- Part I

    Langit malam di Afrika Selatan terbentang luas, bertabur bintang yang bersinar di atas kota Johannesburg. Thomas berdiri di balkon kamar hotelnya, menghirup udara malam yang segar, tetapi pikirannya jauh dari ketenangan yang ditawarkan kota ini. Sudah dua minggu sejak operasi besar-besaran Heptagon menghancurkan Black Dawn di Afrika, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.Di belakangnya, suara langkah kaki mendekat. Thomas menoleh dan melihat Sebastian N'Dour berdiri dengan tangannya disilangkan di dada, ekspresi wajahnya tetap setenang biasanya."Kau seharusnya menikmati malam terakhir di Afrika sebelum kembali ke akademi," ujar Sebastian.Thomas mengangguk pelan. "Sulit untuk merasa lega ketika kita tahu bahwa ini belum selesai."Sebastian tersenyum tipis dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya sebuah pisau berbilah hitam dengan ukiran tribal khas Afrika. Ia menyerahkannya kepada Thomas."Ini sebagai kenang-kenan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status