Home / Urban / THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan / Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

Share

Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

Author: Aljum'ah R
last update Last Updated: 2025-02-17 22:26:00

Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.

Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."

Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."

Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.

Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka meneguknya bergantian, tanpa gentar, tanpa ragu.

Setelah gelas kosong, keempatnya saling menggenggam tangan yang masih berdarah, menyatukan luka mereka dalam genggaman erat.

"Dari hari ini, kita bukan lagi sekadar tim."

"Kita adalah saudara."

"Saudara sedarah."

Gelombang semangat membakar dada mereka. Tidak ada air mata, tidak ada kesedihan. Hanya keyakinan bahwa mereka akan terus maju, tidak peduli seberapa keras dunia mencoba meruntuhkan mereka.

Malam itu, di dalam ruangan sunyi yang hanya disaksikan oleh dinginnya malam, lahirlah sumpah yang tidak akan pernah bisa dipatahkan oleh waktu, jarak, atau bahkan kematian.

Meleburkan Baja

Langit senja membentang luas di atas wilayah terpencil yang tak terdaftar dalam peta resmi dunia. Tempat ini berada jauh dari peradaban, dikelilingi oleh pegunungan terjal, hutan lebat, dan suhu yang tak kenal ampun. Di sinilah Thomas akan ditempa, dihancurkan, dan dibentuk kembali menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada sebelumnya.

Udara dingin menerpa wajah Thomas saat ia berdiri di tanah keras yang kini menjadi tempatnya bertahan hidup. Tidak ada perintah, tidak ada instruksi, hanya kegelapan yang mengelilinginya. George melemparkan Thomas dari ketinggian 10 m dari dalam helikopter sebelum dia ditinggalkan sendiri, tanpa senjata, tanpa makanan, dan tanpa petunjuk. Ini adalah awal dari adaptasi ke neraka.

Malam mulai merayap masuk, menelan cahaya terakhir dari matahari. Thomas berjalan pelan melewati pepohonan, setiap langkah terasa berat karena beban kelelahan yang mulai menyelimuti tubuhnya. Udara malam begitu dingin terasa membekukan dan menusuk tulangnya, sementara bayangan gelap di balik pepohonan membuatnya tetap waspada. Ia harus menemukan tempat berlindung sebelum tubuhnya menyerah pada suhu yang semakin jatuh.

Ia menemukan sebuah pohon besar dengan akar menonjol keluar dari tanah, menciptakan celah yang cukup besar untuk bersembunyi. Dengan cepat, ia merayap masuk ke dalamnya, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan tubuhnya yang menggigil. Tapi ini hanya perlindungan sementara. Besok, ia harus mulai berburu.

Hari Pertama:

Ketika matahari pertama menyentuh cakrawala, Thomas terbangun dengan tubuh kaku dan perut melilit kelaparan. Tenggorokannya terasa kering, dan kepalanya berdenyut karena kurangnya cairan. Ia tahu bahwa jika ia tidak segera menemukan air dan makanan, tubuhnya tidak akan bertahan lama.

Dengan sisa tenaga, ia mulai berjalan. Ia mengikuti suara gemercik air yang samar terdengar di kejauhan. Setelah hampir satu jam berjalan melewati medan berbatu dan semak belukar yang tajam, ia akhirnya menemukan sungai kecil yang mengalir di antara batu-batu besar. Tanpa pikir panjang, ia menjatuhkan diri ke tepi sungai dan menenggak air langsung dengan kedua tangannya. Air itu dingin kotor dan pahit, tetapi bagi Thomas, itu adalah penyelamat hidup.

Namun, bahaya tak pernah jauh. Saat ia mengangkat kepalanya dari air, matanya menangkap sesuatu yang bergerak di seberang sungai. Seekor serigala berdiri di sana, menatapnya tajam.

Thomas membeku. Ia tahu ia tidak bisa melawan hewan liar itu tanpa senjata. Perlahan, ia mundur, tetapi serigala itu tidak bergerak, hanya memperhatikannya. Mungkin ia tidak dianggap sebagai ancaman, atau mungkin serigala itu hanya menunggu waktu untuk menyerang. Dengan hati-hati, Thomas mundur lebih jauh ke dalam hutan, meninggalkan sungai dan pemangsa yang kini menghantui pikirannya.

Dihari kedua tanpa makanan dan kelaparan semakin menjadi-jadi. Tenaganya mulai menipis, pikirannya mulai goyah. Ia harus menemukan makanan.

Matanya menangkap seekor kelinci kecil yang melompat di antara semak. Instingnya langsung bereaksi. Ia bergerak perlahan, mendekati buruannya tanpa suara. Saat kelinci itu berhenti, Thomas melompat dan mengulurkan tangannya. Cengkeramannya meleset.

Kelinci itu berlari cepat, meninggalkan Thomas dengan rasa frustrasi yang mendalam. Ia tidak bisa gagal lagi.

Ia mulai mencari cara lain. Ia mengumpulkan ranting-ranting kecil dan mulai membangun jebakan sederhana. Dengan menggunakan akar tanaman sebagai tali improvisasi, ia merancang sebuah jerat sederhana di dekat area di mana kelinci tadi terlihat. Lalu ia menunggu.

Satu jam. Dua jam. Tidak ada yang terjadi. Tapi Thomas tetap bertahan.

Di saat hampir putus asa, ia mendengar suara kecil. Jeratnya bergerak.

Ia segera mendekat dan melihat seekor kelinci terperangkap dalam jeratnya. Dengan cepat, ia meraihnya dan, tanpa ragu, menghabisinya dengan tangannya sendiri. Untuk pertama kalinya dalam dua hari, ia memiliki makanan.

Ia mencari batu tajam dan mulai menguliti hewan itu, lalu mengumpulkan ranting kering untuk menyalakan api. Api kecil menyala, memberi kehangatan sekaligus cahaya pertama sejak ia tiba di tempat ini. Hanya berselang 5 menit saat hendak membakar daging kelinci tersebut, hujan turun dengan sangat deras.

"Sial, kenapa hujan ini tidam mau kompromi". Gumam Thomas kesal. Sembari berlari memegangi kelinci buruannya ia mencari tempat berteduh untuk memakan hasil buruannya. Saat Thomas melihat ke sisi timur, ada sebuah pohon besar berusia ratusan tahun dengan cekungan besar ditengahnya, Thomas memilih tempat tersebut untuk berteduh.

Thomas terduduk dan menggigil kedinginan dengan rasa lapar yang sangat menggeliat diperutnya, Thomas mencari ranting dan batu untuk membuat perapian. Akan tetapi semuanya basah karena kondisi hujan yang sangat deras. Dia menatap kelinci hasil buruannya.

"arrrggh… persetan dengan memasak". Thomas mencengram daging kelinci itu menggigitnya kuat dan memakannya mentah-mentah, dengan lahap seperti seekor serigala yang kelaparan.

disetiap gigitan terasa lezat baginya saat itu. Tapi ia tahu, ia harus segera membuat strategi yang untuk bertahan hidup.

Ujian Bertahan Hidup Sejati

Tidur bukanlah sebuah kemewahan di tempat ini. Thomas terbangun mendadak di tengah malam oleh suara gemerisik di semak-semak. Jantungnya berdegup kencang. Apakah itu serigala yang ia lihat kemarin?

Tangannya segera meraih batu tajam yang ia simpan di dekatnya. Ia menahan napas, berusaha mendengar lebih jelas.

Kemudian, sesuatu bergerak cepat di kegelapan. Refleksnya menendang ke arah suara itu, lalu ia berguling menjauh.

Ia meraih obor kecil dari sisa api unggun sebelumnya dan menyalakannya. Mata kuning bersinar di kegelapan.

------------> Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

    Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 34 - Transformasi Thomas - Part 03

    Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

    Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 32- Transformasi Thomas - Part I

    Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

    Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 30 - Bayangan dan Ancaman- Part I

    Langit malam di Afrika Selatan terbentang luas, bertabur bintang yang bersinar di atas kota Johannesburg. Thomas berdiri di balkon kamar hotelnya, menghirup udara malam yang segar, tetapi pikirannya jauh dari ketenangan yang ditawarkan kota ini. Sudah dua minggu sejak operasi besar-besaran Heptagon menghancurkan Black Dawn di Afrika, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.Di belakangnya, suara langkah kaki mendekat. Thomas menoleh dan melihat Sebastian N'Dour berdiri dengan tangannya disilangkan di dada, ekspresi wajahnya tetap setenang biasanya."Kau seharusnya menikmati malam terakhir di Afrika sebelum kembali ke akademi," ujar Sebastian.Thomas mengangguk pelan. "Sulit untuk merasa lega ketika kita tahu bahwa ini belum selesai."Sebastian tersenyum tipis dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya sebuah pisau berbilah hitam dengan ukiran tribal khas Afrika. Ia menyerahkannya kepada Thomas."Ini sebagai kenang-kenan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status