Share

Bab 9: Melacak Harapan di Tengah Badai

Sersan Jamal dan dua kopralnya berjalan ke arah Awan. Mereka mengepung Awan dan menatapnya dengan tatapan tajam.

“Hai, bocah,” kata Sersan Jamal. “Kamu takut?”

Awan menatap Sersan Jamal dengan tatapan berani. “Aku tidak takut,” katanya.

Sersan Jamal tersenyum sinis. “Oh, ya?” katanya. “Lalu mengapa kamu terlihat seperti pengecut?”

Kopral Joko dan Kopral Bayu tertawa. Mereka kemudian menarik kaki Awan dan memaksanya duduk di kursi.

“Ayo, mengaku saja,” kata Sersan Jamal. “Kamu tidak akan bisa lolos.”

Awan menggelengkan kepala. “Aku tidak bersalah,” katanya.

Sersan Jamal meninju perut Awan dengan keras. Awan meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah.

“Ayo, mengaku saja,” kata Sersan Jamal lagi. “Atau kamu akan merasakan sakit yang lebih parah lagi.”

Kopral Joko menampar pipi Awan. Awan kembali meringis kesakitan, tetapi dia tetap diam.

Sersan Jamal menarik kursinya dan duduk di atasnya. Dia meletakkan kakinya di atas jempol kaki Awan dan menekannya dengan keras. Awan berte
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status