Share

Part 18

Teh Pahit

Setelah semua isi perut Bagas sudah tak bergejolak. Dirinya keluar dengan tubuh yang lemas dan pucat. Bagas bersandar didinding depan kamar mandi. Keringat sebiji jagung membasahi kening dan juga tubuhnya.

"Masuk, Gas, Ibumu sudah biarkan teh hangat," titah Oak Andi yang berdiri di pintu belakang rumah yang mana menghubungkan dengan sumir dan kamar mandi.

Dengan langkah yang masih lemas, Bagas, kembali masuk, namun kala melihat meja makan perutnya kembali merasa mual, apalagi mengingat bagaimana Pak Andi memakan kaki ayam. Bagas, kembali lagi ke kamar mandi dan memuntahkan cairan bening yang berada di lambungnya.

"Bapak ini, anak orang itu," lirih Bu Utari yang menyenggol lengan sang suami.

"Halah cuma begitu saja kok. Sesekali gak masalah, untung tadi Anisa, buat sup kesukaan bapak." Tawa Pak Andi pecah kalah membayangkan ekspresi sang menantu.

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan raut wajah pucat pasi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status