Share

Chapter 73

Penulis: MISTERIOUS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 18:59:12

Langkah Lin Gong terlihat ringan, hampir melompat-lompat seperti kijang kecil yang baru dilepas ke padang rumput. Rambutnya yang panjang sedikit berantakan oleh angin, namun ia sama sekali tak peduli. Matanya berbinar penuh antusiasme, menyapu setiap sudut hutan yang mereka lalui.

Bau dedaunan basah bercampur aroma tanah menyegarkan penciumannya, namun perhatian Lin Gong terfokus pada aura samar yang terasa familiar.

“Kita semakin dekat! Aku bisa merasakannya!” seru Lin Gong, suaranya menggema di antara pepohonan. “Wu Yu, kau harus percaya instingku kali ini!”

Xuan Li, yang berjalan beberapa langkah di belakangnya, tidak menanggapi. Pandangannya tetap tenang, hampir malas, meski matanya sesekali menyapu sekitar dengan waspada. Ia bukan tipe yang mudah terbawa suasana seperti Lin Gong. Bagi Xuan Li, tindakan berlebihan seperti itu hanya membuang-buang energi.

“Jika kau salah lagi, aku tidak akan segan meninggalkanmu,” gumam Xuan Li datar. Namun, ia tetap mengikutinya.

Tiba-tiba, langk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 437

    Pusaran itu muncul tiba-tiba, tanpa peringatan. Arus sungai darah yang semula tenang bergejolak, membentuk spiral besar berwarna merah pekat. Sebelum sempat bereaksi, tubuh Xuan Li dan Mo Xiang terhisap masuk.Tubuh mereka terlempar ke dalam pusaran seperti daun dalam angin ribut. Dalam sepersekian napas, kesadaran mereka lenyap, dan ketika mereka membuka mata kembali, pemandangan di sekitar sudah berubah total.Cahaya suram menyelimuti tempat itu. Mereka berdiri di tanah berlumpur berwarna hitam keunguan. Meski tak ada langit atau sumber cahaya yang jelas, tempat itu tidak sepenuhnya gelap. Seperti ada sinar samar yang merembes dari balik kabut tipis yang menyelimuti udara.Mo Xiang terbatuk pelan. Ia menyentuh dadanya. "Kita... masih hidup?"Xuan Li menatap sekeliling, matanya tajam menyapu setiap detail. Ia mencoba merasakan energi spiritual di sekitarnya dan terkejut."Kita berada di dalam ruang terisolasi. Dimensi internal," gumamnya. "Tapi... kita tetap bisa bernapas. Bahkan tub

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 436

    Langit Alam Luar selalu gelap dan pekat. Tidak ada bintang, tidak ada bulan, hanya bayangan hitam yang menggantung tanpa arah.Xuan Li dan Mo Xiang melintasi udara dengan tenang, tetapi langkah mereka terhenti di atas hamparan daratan asing. Di saat mereka hendak menyeberang, tubuh mereka mendadak kehilangan daya apung spiritual.“Aneh.” Mo Xiang berseru pelan. Ia melayang turun bersama Xuan Li. “Energi spiritualku mendadak tak merespons.”Xuan Li mengangguk pelan. “Tempat ini memiliki tekanan tak terlihat. Jalur energi seperti ditekan paksa oleh suatu kekuatan.”Langkah mereka kini beralih ke tanah. Setiap tapak terasa berat, seakan bumi menolak kehadiran mereka.Hamparan di depan adalah dataran tandus berwarna merah kehitaman, seolah pernah diliputi kobaran api atau darah yang membeku. Di kejauhan, mengular sungai yang tidak seperti sungai lain: airnya merah pekat, kental seperti darah, dan mengalir perlahan dengan aroma logam menusuk hidung.Mo Xiang menatap takjub. “Sungai darah?

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 435

    Tiga hari berlalu.Bagi banyak orang, itu waktu yang terlalu singkat untuk menyiapkan sebuah pernikahan. Tapi di Istana Naga Ular, segalanya berjalan cepat. Terencana. Terstruktur. Tanpa celah bagi keraguan.Saat matahari mulai naik dari balik pegunungan kabut, beberapa pelayan berseragam ungu gelap mengetuk pintu kamar tamu yang dihuni Xuan Li. Mereka membungkuk sopan dan menyerahkan sebuah peti hitam panjang, dihiasi ukiran naga dan ular melilit.“Ini jubah pengantin, sesuai adat klan kami,” ucap salah satu pelayan.Xuan Li menerimanya tanpa berkata apa-apa. Tatapannya singkat, lalu ia menutup pintu dan mempersiapkan diri.Di luar, Istana Naga Ular dihiasi dengan lilin spiritual dan kain merah pucat. Tidak ada suara riuh, tidak ada denting seruling atau tabuhan genderang. Klan naga ular tidak pernah menyukai keramaian. Bagi mereka, ikatan suci tak perlu dirayakan dengan sorak sorai. Yang penting adalah kehormatan dan pengakuan.Mo Xiang berdiri di salah satu sudut aula utama, menya

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 434

    Ketua klan naga ular suci menatap Xuan Li dalam diam. Hanya sekejap, lalu ia mengangguk tipis. “Ikut aku. Tidak baik membicarakan hal penting di luar sini.”Ia berbalik tanpa menunggu jawaban dan melangkah ke dalam istana. Xuan Li menyusul tanpa ragu, sementara Mo Xiang mengikutinya dengan langkah ringan, namun waspada. Meskipun tidak bisa dikatakan akrab, setidaknya mereka tidak sedang dalam posisi saling bermusuhan.Langit di atas Istana Naga Ular mulai menggelap, meski belum malam. Cahaya yang temaram dari dinding batu memberi suasana sunyi yang menekan. Aula utama begitu besar, dengan ukiran ular dan naga yang saling membelit di setiap tiang penyangga. Aura kuno terasa menekan jiwa.Mei Hua sudah menunggu di dalam. Ketika pandangannya bertemu Xuan Li, tubuhnya menegang sesaat. Ia tidak menyangka pria itu sekuat itu. Ketika pertama kali menggodanya, ia hanya ingin mempermainkan seseorang yang tampak dingin. Namun kini, ia justru segan."Aku... tidak menyangka kau akan menang," gu

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 433

    Mo Xiang berdiri di sisi arena dengan diam. Ia tidak mencegah Xuan Li. Dalam hati, ia bahkan ingin melihat lelaki itu menghancurkan arogansi klan naga ular suci.“Biar mereka tahu siapa yang mereka hina,” gumamnya. Senyum tipis terbit di wajahnya.Klan Naga Ular Suci memang besar. Tapi bagi Xuan Li, kekuatan mereka tidak lebih dari pasir kering di tangan. Sekilas mungkin tampak banyak, tapi hancur hanya dengan sedikit tekanan.Ketua Klan berdiri di sisi timur arena batu, tubuhnya tegak, mata tajam mengawasi. Suaranya menggelegar, menggetarkan tiang-tiang batu raksasa.“Kompetisi dimulai! Pertarungan pertama, Wu Yu melawan Lin Que!”Wajah beberapa tetua menegang. Penempatan ini bukan kebetulan. Ketua klan sengaja menempatkan Xuan Li di awal, berharap ia kalah secepatnya dan pergi membawa malu.Lin Que melompat ke tengah arena. Sosoknya tinggi, bersenjata tombak, napasnya dalam dan stabil. Ia adalah cucu salah satu tetua, dikenal dengan kekuatan dan kecepatannya.Namun Xuan Li hanya mel

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 432

    Kedatangan mereka tidak disambut hangat.Gerbang utama terbuat dari tulang naga, menjulang tinggi. Patung-patung kepala ular raksasa menghiasi sisi kanan dan kiri, mulutnya terbuka, mengalirkan kabut dingin dari dalam. Prajurit berjubah ungu berdiri di kedua sisi pintu, mata mereka tajam, penuh kecurigaan.Begitu Mei Hua melangkah turun, puluhan pasang mata langsung tertuju padanya. Sebagian berseru pelan, sebagian terdiam dengan rahang mengeras.Xuan Li dan Mo Xiang mengikuti dari belakang. Suasana di tempat ini dingin dan berat, seperti racun tak berwarna yang merayap di udara.Mo Xiang bergumam pelan. “Apa ini… sarang ular atau penjara?” Mei Hua tidak menjawab. Langkahnya tegap, tapi Xuan Li melihat tangannya sedikit gemetar. Ia tahu bukan karena takut, melainkan karena tekanan dari sejarah dan hubungan darah yang mengikatnya di tempat ini.Seseorang berteriak dari kejauhan.“Dia kembali! Mei Hua kembali!”Tak lama kemudian, sebuah suara berat menggema dari aula utama.“Bawa dia k

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 431

    Saat fajar menggigit ujung langit, aroma daging panggang perlahan mengusik kesunyian hutan kristal. Asap tipis naik di antara celah pohon, menyebarkan bau gurih yang membangkitkan naluri dasar manusia: lapar.Xuan Li membuka matanya. Meditasinya telah selesai. Napas spiritual masih mengalir di sekujur tubuh, tapi kini perutnya mengirimkan sinyal yang lebih mendesak.Ia berdiri tanpa suara, mengenakan kembali jubah hitamnya, lalu melangkah ke arah sumber aroma. Tak lama, langkah lain terdengar dari belakang.Mo Xiang menguap panjang, wajahnya masih tampak kusut.“Kenapa perutku kosong sekali…” gumamnya.Begitu mencium aroma panggangan, ia langsung terbangun sepenuhnya dan berlari mengikuti jejak Xuan Li.Di sebuah celah terbuka di antara akar pohon kristal, Mei Hua duduk bersila. Sebuah api kecil menyala di depannya, dan potongan besar daging berwarna merah keemasan berputar pelan di atas bara.Mei Hua menoleh saat Xuan Li datang. Tanpa berkata apa-apa, ia memotong sepotong dan menyodo

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 430

    Xuan Li tidak haus wanita. Ia bukan pria yang mudah tergoda oleh kecantikan, apalagi bujuk rayu. Tapi tubuh ini, sekeras apapun kendalinya, tetap manusia. Dan manusia... punya batas.Tubuh Mei Hua seperti dipahat dari serpihan roh langit dan darah naga. Kehangatannya membakar dan menenangkan dalam waktu bersamaan. Setiap sentuhan membawa aliran energi yang samar tapi dalam. Aura spiritual dari tubuh perempuan itu menyatu begitu mulus dengan jiwanya.Awalnya ia ingin menahan diri. Tapi setiap detik bersama Mei Hua mengikis logika dan mengganti kesadaran dengan insting. Dan ketika semuanya dimulai, tidak ada lagi yang bisa dihentikan.Yang tak Mei Hua sadari, teknik pemikat yang ia gunakan bukan sekadar membangkitkan hasrat pria. Dalam tubuhnya, benih yang tertinggal akan terkunci. Ras naga ular suci memang memiliki kesuburan tinggi. Begitu bersatu, kemungkinan hamil nyaris pasti.Tapi saat ini, ia tidak memikirkan itu.Mei Hua hanya ingin memastikan satu hal: pria ini, pria misterius

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 429

    Cahaya kehijauan dari pohon kristal masih menyelimuti hutan. Udara sunyi, tapi tidak nyaman. Mei Hua duduk bersandar pada batu, menatap punggung pria yang duduk bersila tak jauh darinya, diam, tenang, tapi dalam ketenangan itu tersembunyi sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata.Xuan Li.Aroma tubuh pria itu seperti giok murni yang dibakar dalam tungku roh. Ada sesuatu yang tidak biasa pada napasnya, seolah tiap helaan mengandung energi hidup yang langka. Bagi orang biasa, itu tak terlihat. Tapi bagi makhluk seperti dirinya dengan tubuh setengah spiritual, setengah keturunan naga, bau itu memiliki efek menyembuhkan yang luar biasa.Hanya dengan menghirup napas Xuan Li dari kejauhan, luka-luka halus di permukaan kulit Mei Hua mulai pulih perlahan. Rasa sakit di dalam tubuhnya menipis, seperti kabut yang terbakar matahari.Ia menunduk, menggigit bibirnya. Mata hitamnya mengerjap, mengingat pesan dari tetua klan beberapa bulan lalu."Jika kau membawa jodohmu sendiri ke audisi, ka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status